"Dave aku mau pulang"
"Kenapa mendadak gini, Biasanya juga dua hari disini besok baru kita pulang. Kamu kenapa ada apa? "
Di kamar Dave dan Sinka sedikit terjadi perdebatan kecil. Sedari subuh tadi Sinka sudah mengajak Dave untuk kembali ke rumah mereka. Namun di tolak oleh Dave. Karena ia masih ingin menikmati weekend nya di rumah kakek dan nenek nya.
Sinka menghembus nafas nya, ia kini duduk di ranjang. Memijat kepalanya yang terasa pening.
Dave menghampiri lalu menggantikan tangan Sinka untuk memuji pelipis nya. "Kamu sakit?" tanya Dave.
Sinka menggeleng, "Cuma pusing aja kok, maafin aku ya. Bikin kamu pusing karena ajakan aku untuk pulang"
"Gak apa-apa sayang"
Sinka memilih untuk menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Dave, memeluk dan menghirup aroma suaminya. Sejujurnya Sinka takut, ia tidak siap dengan hari ini. Tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak. Ia tidak mau kehilangan lelaki yang dicintai nya. Dua tahun ia berjuang untuk cintanya, hingga kini dirinya berhasil mendapatkan hati dari pria di pelukan nya ini.
Rasanya baru kemarin ia merasakan kebahagiaan, mencintai dan dicintai balik oleh pemilik hatinya. Siapa yang tidak bahagia?. Tapi kini hari yang paling tak di inginkan pun terjadi. Sebagai seorang wanita apalagi sedang mengandung. Ia tak ingin kehilangan atau berpisah dari suami.
Ah kenapa Tuhan senang memberinya kejutan?
Slituasi yang benar-benar tidak menguntungkan siapapun. Bagaimana ini? Apa yang harus Sinka lakukan?
.
.Veranda merasa terusik dari tidurnya, ia membuka mata perlahan dan duduk. Matanya memejam, rasa pusing ya masih terasa. Saat sudah mampu menyesuaikan pandangan, Ve teringat kedua anaknya. Ia pun menatap jam yang memang sudah pukul 6 pagi.
Ia pun menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan mulut. Setelah nya ia bergegas keluar kamar, mencari anaknya.
Melihat kamar di sebrang nya dengan pintu terbuka sedikit. Membuat Ve menghampiri tanpa pikir panjang. Ve melihat ada oma Nisa dan Gracia yang sedang memberikan sesuatu.
"Luna?"
Gracia dan Nisa sedikit terkejut karena tak mengetahui keberadaan Veranda.
"kakak?"
"Luna kenapa?" Ve sangat khawatir melihat putrinya pucat, tangannya menyentuh dahi serta leher Aluna.
"Luna demam kak dari kemarin, kak Ve udah baikan?"
Ve tak terlalu mendengar pernyataan terakhir dari adiknya ia terfokus pada Aluna yang langsung ingin di gendong olehnya. "mami"
"Iya sayang, maafin mami ya?" Ve memeluk dan menciumi putrinya.
Karena Aluna sudah di tangani oleh Ve, Gracia pun memilih untuk membersihkan diri. Oma Nisa pun memilih keluar, untuk menyiapkan sarapan. Sementara Denzel masih tertidur di ranjang yang sama dengan Luna.
Ve sibuk mengurusi Aluna dari membersihkan tubuh nya hingga menyuapi dan kini putrinya sudah lelap kembali, sementara si sulung Denzel sedang di mandikan oleh Gracia.
Selesai menidurkan Aluna Ve bangkit perlahan, dan suara pintu yang dibuka tanpa ketuk. Sedikit membuat Ve berjengit kaget.
"Kinal?"
Posisi keduanya berhadapan, Kinal yang masih berada di daun pintu sedangkan Ve berjarak satu meter dari pintu. Ve menatap tanpa kedip, memastikan jika memang ini buka sekedar khayalan nya semata. Ini nyata, Kinal ya masih hidup. Dia tidak bermimpi. Tak disadari airmata nya mengalir bebas, bahkan langkah kaki Ve terangkat begitu saja ke arah Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levirate (END)
Fanfiction(Venal area) Warning Awas BAPER !!!! [Private acak] 😼 (25 oktober 2016) BxG Ketika Cinta sejati hadir menjelma Cinta yang baru, menawar hati yang sudah tertutup mati. "Hati dan Cintaku sudah mati , tapi Kenapa dengan perlahan namun pasti kamu...