"Oh ya bagaimana reaksi keluargamu saat kamu pulang ?"
Saat ini keduanya sedang berada di restoran cepat saji, Sinka mengajak makan siang bersama usai keduanya meninjau lokasi yang menjadi proyek kerja mereka.
Pertanyaan Sinka membuat gerakan tangan Kinal terhenti, ia terdiam sejenak lalu menghembuskan napasnya. "Nothing, hanya Papa yang bertanya kemana aku selama seminggu kemarin. Sedangkan Bella dia yang paling khawatir, bahkan sampai menangis saat aku pulang. Sedangkan Mama...-" Kinal tak melanjutkannya, ia diam mengingat sikap Mamanya yang masih tetap sama. Lalu Kinal mengangkat bahu acuh dan melanjutkan makanya.
"Lalu Veranda ?"
"Entah, dia tidak bertanya apapun saat kami bertemu di kantor, tapi aku dengar dari Shania. Katanya Veranda sering menanyakan keberadaan ku" sekelebat ingatan kemarin siang saat dirinya membantu Veranda terlintas di otaknya.
Sinka diam memperhatikan diringi dengan anggukan kepalanya. Pikiran ya berkecamuk memikirkan jawaban Kinal, orangtua macam apa yang tidak mempedulikan anaknya. Mengetahui anaknya tidak pulang, sama sekali tak ada usaha untuk mencari tahu atau hal lainya yang selayaknya dilakukan orangtua. Hal itu sedikit membuat Sinka geram pada sikap orangtua Kinal.
Setelah selesai Kinal dan Sinka kembali ke tempat lokasi proyek mereka. Saat berjalan keduanya berpapasan dengan seorang wanita tepat di pintu masuk.
Wanita itu tak sengaja menyenggol bahu Sinka yang sedikit terhunyung kesamping.
"maaf, gak sengaja"
"Kak Melody ?" ujar Kinal yang menahan tubuh Sinka yang sedikit terhunyung.
"Eh, Davi ?" lalu pandangan Melody beralih pada wanita yang tadi di senggolnya. "Sinka ?"
Sejenak ketiganya terdiam dengan kerutan di dahi masing-masing. Lalu Sinka memecah keheningan.
"Kak Mel apa kabar ?" Sinka tersenyum.
"Ya ampun Sinka" Melody langsung memeluk Sinka. "Aku baik, kamu sejak kapan di Jakarta ? Kenapa gak ngabarin kalau kamu pulang ?"
Kedua wanita itu saling melepas rindu, Kinal yang sedari tadi diam memperhatikan. Mengusulkan untuk kembali masuk kedalam cafe, tak baik berbicara di tempat umum. Di depan pintu masuk pula.
Mereka duduk di meja yang dekat pintu keluar, mengobrol bersama. Sinka memberi tahu jika Melody adalah kakak sepupunya.
"Jadi kalian saudara sepupu ? Kenapa kamu tidak pernah cerita ?" ucap Kinal mengarahkan pandangan nya pada Sinka.
"Ya mana aku tahu kalau kita saling mengenal tanpa mengetahui" jawab Sinka, Kinal mengangguk membenarkan. Lalu mengakihkan perhatianya pada ponsel yang mendapatkan notifikasi email dari Shania.
Kinal tidak menyadari jika Melody dan Sinka saling melemparkan tatapan penuh makna, yang hanya mereka berdua pahami.Setelah cukup lama mengobrol bersama, Kinal dan Sinka pamit terlebih dulu untuk kembali ke tempat proyek mereka. Meninggalkan Melody yang masih menikmati makan siangnya sendiri.
***
"Iya sebentar lagi Daddy pulang kok" Veranda mencoba menenangkan Denzel. Sudah larut malam namun Kinal belum juga pulang. Seharian ini Veranda berada di rumah, akibat kakinya yang keselo masih terasa sakit dan membengkak. Di tambah rengekan Denzel terus menerus menanyakan Kinal sedari bangun tidur. Bocah kecil itu sangat tampak merindukan Kinal, bahkan saat Kinal sedang berbaring di rumah sakit tanpa ada yang mengetahuinya. Seharian penuh Denzel rewel dan memanggil-manggil Kinal.
Sayang saat Kinal pertama kali pulang bocah itu tidak bertemu karena ia sudah lebih dulu tertidur.
Tak lama terdengar suara mobil Kinal yang baru saja tiba. Bocah kecil itu dengan tergesa berlari kecil untuk menyambut Kinal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levirate (END)
Fanfiction(Venal area) Warning Awas BAPER !!!! [Private acak] 😼 (25 oktober 2016) BxG Ketika Cinta sejati hadir menjelma Cinta yang baru, menawar hati yang sudah tertutup mati. "Hati dan Cintaku sudah mati , tapi Kenapa dengan perlahan namun pasti kamu...