Veranda berada di ruang kerjanya, matanya tertuju pada layar komputer. Namun tidak dengan otaknya, ia memikirkan kejadian beberapa saat yang lalu, saat di dalam lift.
Yang Veranda pikirkan adalah, sikap tiba-tiba Kinal yang tak diduga. Yang terlihat protektif terhadap dirinya, jelas itu sangat mengherankan baginya. Ketukan pintu menyadarkan Veranda dari lamunanya.
"Masuk"
Pintu terbuka dan munculah Deva dengan senyum di bibirnya. "Hai sayang" sapanya .
Ve melirik jam di dinding yang sudah menunjukan pukul 5 sore, pantas saja Deva datang ke ruanganya untuk pulang bersama.
"Hai juga, Bentar ya aku belum selesai"
"Mau aku bantu? " Deva berdiri di sampingnya.
"Gak usah, cuma tinggal kirim email aja kok" jawab Ve sambil menekan tombol enter.
"Selesai" ucap Ve seraya berdiri menyambar tasnya lalu menggandeng lengan Deva. "Yuk pulang".
.
.
.Diperjalanan yang ditemani kemacetan, Deva membicarakan tentang Kinal yang meminta bantuanya untuk membujuk sang Mama.
"Kenapa dia kekeuh banget balik ke L.A sih? " tanya Ve.
"Alasan yang sesungguhnya sih aku gak tau, dia cuma bilang udah nyaman tinggal di L.A dan hidupnya itu disana bukan disini"
"Aneh sekali. dimana-mana itu, lebih nyaman tinggal sama orangtua sendiri bukan? "
"Ya entahlah, tapi aku sebagai kakaknya merasa ada sesuatu hal yang membuatnya enggan untuk berada disini. Dan sesuatu hal itu berdampak besar terhadapnya, makanya dia tak mau tinggal disini"
"Kenapa gak kamu tanya aja, agar alasanya lebih bisa diterima Mama juga " Ve menjadi tertarik membahas soal adik iparnya itu.
"Kinal itu anaknya agak tertutup jika mengenai suatu hal yang berdampak sama dirinya, sekalinya Ia terbuka hanya pada orang yang begitu dekat denganya. Itupun jika dirinya mengizinkan untuk orang lain mengetahuinya"
"Bukankah kamu cukup dekat denganya?"
"Iya, tapi dia itu pintar menyembunyikan sesuatu. Walaupun aku dekat, bukan berarti dia terbuka sepenuhnya sama aku. Dia lebih suka memendamnya sendiri"
"Apalagi jika menyangkut perasaan" lanjut Deva.
****
Makan malam kali ini, suasana sedikit berubah. Sang Mama sudah tidak diam lagi seperti sebelumnya, bahkan Kinal pun sudah bisa berbicara kembali dengan Mama.
Selesai dengan acara makan malam, semua berkumpul diruang keluarga sekedar mengobrol ringan. Yang dihiasi tingkah polah Denzel yang dapat menghidupkan suasana. Seperti biasa, Kinal tak pernah lama jika sedang ikut berkumpul bersama. Ia akan pamit duluan dengan alasan mengantuk.
"Bunda, Ezel mau main mobil remote" rengek Denzel dengan aksen balita yang kurang fasih dalam mengucapkan kata.
"Boleh, bentar ya Bunda ambil dulu mobilanya"
Veranda menuju tempat bermain Denzel yang berada dilantai dua. Bersatu dengan ruang santai keluarga yang khusus berada dilantai dua. Ve mendapati mobil mainan Denzel yang berada diatas lemari khusus mainan Denzel. Karena lemarinya cukup tinggi, Veranda mencari bangku untuk ia gunakan sebagai penopang tubuhnya.
Ve mendapati bangku plastik yang cukup untuk membantunya, lalu Veranda menaiki bangku itu dan mengambil mobilan itu. Namun naas, kaki dari bangku plastik itu menginjak mainan robot berukuran kecil. Mengakibatkan keseimbangan Veranda waktu menaikinya tidak stabil, dan Terjungkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levirate (END)
Fanfiction(Venal area) Warning Awas BAPER !!!! [Private acak] 😼 (25 oktober 2016) BxG Ketika Cinta sejati hadir menjelma Cinta yang baru, menawar hati yang sudah tertutup mati. "Hati dan Cintaku sudah mati , tapi Kenapa dengan perlahan namun pasti kamu...