Dave masih bertumpu pada lutut berhadapan dengan Sinka, mata diliputi kebingungan dan keputusasaan. Sinka tidak puas dengan jawaban dari Dave meski dirinya terpilih, tapi itu bukan dari hati. Sinka menginginkan jawaban jujur dari hati, bukan karena keadaan.
Tangan Sinka terangkat memegang pipi kiri Dave. Mengelusnya perlahan. Lalu menggelengkan kepalanya pelan seraya berkata. "Putuskan dengan benar dari hatimu Dave, tanya pada hatimu siapa yang kamu pilih. Aku tahu ini berat tapi segala sesuatu ada pilihan dan risikonya"
Setelah mengatakan itu Sinka beranjak untuk pergi.
"Sinka tunggu, kamu mau kemana?"
Sinka berbalik, "Aku akan pergi selama kamu berpikir. Jika kamu memilihku, datangi aku dan jemput aku pulang. Apapun atau siapapun yang kamu pilih aku akan menerimanya sekalipun itu menyakitkan"
"No Sinka! jangan pergi. A-aku pilih kamu"
Langkah Sinka terhenti oleh cekalan Dave. Kepala Sinka menggeleng dengan pelan, dan berbalik menatap Dave
"Tidak Dave, jika kamu memilih ku hanya karena status--- Sinka menjeda ucapan nya.
Perlu kamu tau, Veranda pun masih berstatus istri kamu"
DEG
"A-apa? Bagaimana mungkin? Bukan kah aku sudah bercerai? "
"Itu kenyataan nya kalau kamu tidak percaya kamu bisa tanyakan pada Opa, kalian belum bercerai karena saat itu Ve mengandung Aluna. Tapi kenyataan itu disembunyikan oleh keluarga Veranda dan di rekayasa seolah kalian resmi bercerai" Dave terdiam mencerna kebenaran yang baru diketahuinya, ia benar-benar tak habis pikir kenapa semakin rumit masalah yang dihadapinya. Kenapa Tuhan selalu mempermainkan nya?
Melihat Dave terdiam, Sinka berbalik dan melangkah pergi. Bukan bermaksud tega meninggalkan Dave begitu saja, tapi disini baik Veranda, Dave, maupun Sinka sama-sama mempunyai lukanya masing-masing, tersakiti dan tersiksa oleh keadaan.
Dari atas tangga Veranda berdiri menyaksikan keduanya, tadinya ia kira Dave dan Sinka sudah pulang. Namun ternyata ia malah harus menonton. Ve sangat yakin meski Sinka memberitahu status dirinya yang masih menjadi istri sah, Dave akan tetap memilih Sinka. Dan ya Ve tak ingin egois lagi, sudah cukup ia mengikuti keogisan nya dengan berusaha merebut Dave. Meski sulit Ve berjanji akan mengikhlaskan Dave untuk bersama Sinka, karena wanita itu lebih pantas mendapatkan Dave. Wanita tangguh, baik dan setia. yang tidak pernah sedikitpun meninggalkan atau menyakiti Dave. Tidak seperti dirinya terdahulu.
Ve tak sadar jika kini Dave tengah menatap kepadanya.
"Aarrrggghhh"
Tersadar Ve refleks turun menghampiri Dave yang memegangi kepalanya. Ingatan dan fakta baru yang di ketahui membuat kerja otaknya terlalu keras. Kembali menimbulkan rasa sakit di kepala nya.
"Dave!"
Ve membawa Dave ke sofa. "Apa kamu membawa obatnya?"
Dave mengangguk "Di mobil"
Ve dengan sigap keluar menghampiri mobil Dave untuk mencari obat, setelah dapat ia membawanya tak lupa mengambil air putih. Ve membantu Dave meminum obat, setelah selesai. Ve diam sambil menunggu reaksi obatnya.
Beberapa menit berlalu, Dave mulai tenang rasa sakit kepalanya memudar.
Dave menggenggam tangan Ve, matanya dengan pelan terbuka untuk menatap Veranda. Lalu mencium punggung tangan Ve. "Ve maafkan aku, seandainya aku tidak mengalami kecelakaan mungkin takan seperti ini keadaan nya"
"Semua ini terlalu sulit, aku benar-benar tidak bisa memilih salah satu dari kalian. Rasaku untuk mu tak pernah hilang, nyatanya sejauh apapun aku pergi bahkan melupakan mu. Perasaan dan cintaku tetap bertahan. Meski sekarang ada cinta lain di hatiku. Maafkan aku yang menyakitimu" Dave menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levirate (END)
Fanfiction(Venal area) Warning Awas BAPER !!!! [Private acak] 😼 (25 oktober 2016) BxG Ketika Cinta sejati hadir menjelma Cinta yang baru, menawar hati yang sudah tertutup mati. "Hati dan Cintaku sudah mati , tapi Kenapa dengan perlahan namun pasti kamu...