part 10 'Trouble'

1.9K 227 31
                                    

Saat ini Veranda sedang berada di Rumah sakit, tepatnya Ve berada di ruang rawat yang Deva tempati. Cemas dan sedih sudah menyelimuti perasaan Veranda. Ia tidak tau apa yang sudah terjadi dengan suami dan adik iparnya. Ve yang posisinya berada di kantor tiba-tiba mendapat telepon dari ibu mertuanya, yang mengabari jika Deva dilarikan ke rumah sakit. Kontan membuat Ve terkejut,  belum lagi ditambah ia sempat berpapasan dengan Kinal koridor rumah sakit dalam keadaan lebam di beberapa bagian wajahnya. Membuat ia bertanya-tanya dan menambah kebingungan nya.

Saat ini kedua orangtua Deva tengah berada di ruangan dokter untuk menanyakan keadaan Putra sulungnya itu. Gurat kecemasan kentara sekali diwajah keduanya, karena sesuatu hal yang mereka takutkan. Sementara di ruang yang berbeda Bella sedang menemani Kinal yang sedang diobati oleh suster, beruntung tak ada luka serius hanya lebam biasa, Yang hanya membutuhkan beberapa hari untuk pulih. Setelah selesai Kinal dan Bella kembali keruang rawat Deva.

Clekk..

Disana sudah ada kedua orangtuanya, dan Veranda tentunya.

"Kinal,  Papa mau bicara"

Begitu Bella membuka pintu,  suara dari Papa langsung menyambut keduanya. Kinal yang masih berdiri di depan pintu hanya menganggukan kepalanya.

"Pa,  apa gak bisa ditunda dulu ?  Kak Kinal  butuh istirahat. Papa gak lihat kak Kinal lebam-lebam kayak gini ?" ucap Bella yang terdengar protektif.

Belum sempat Papa menjawab, Kinal lebih dulu berujar. "Kak Kinal gak apa-apa,  ayo Pa" Kinal langsung membalikan tubuhnya diikuti Papa yang berjalan menyusulnya.

***

"Katakan sebenarnya apa yang terjadi Kinal ? Sehingga kakak kamu bisa seperti ini?

Keduanya saat ini berada di Taman rumah sakit, yang sedikit tak jauh dari ruang rawat Deva.

"Aku tidak tahu,  dan tidak bisa menjelaskan dengan pasti Pa"

"Jangan bercanda kamu Kinal !  Kakak kamu mengalami koleps yang cukup hebat, kamu tahu sendiri bukan riwayat kesehatan Deva?! " Rifat yang Papa sedikit terbawa emosi.

Kinal sendiri pun masih belum bisa menyimpulkan dengan pasti,  karena kejadiannya begitu cepat. Bahkan Kinal pun masih dalam keadaan sedikit shock atas ucapan Deva dan beberapa foto yang didapatkan Deva. Yang membuat Kinal terkejut bukan main, namun Kinal tidak mau gegabah menyimpulkan,  sebelum memastikan semuanya dengan benar.

"Jawab Papa Kinal! " Rifat sedikit menguncang bahu Kinal.

"Tiba-tiba saja kak Deva memukulku tanpa alasan yang aku tau, dia menyerangku begitu saja tapi tak sedikitpun aku membalasnya.  Hingga Papa,  mama dan Bella datang bertepatan dengan itu kak Deva jatuh tersungkur begitu saja" jawab Kinal yang menutupi sebagian kronologisnya, bukan tanpa alasan.  Tapi Kinal ingin memastikan dengan benar, penyebab marahnya Deva. Dan juga ia tak mau orangtuanya salah paham jika Kinal memberitahukan alasan Deva marah dan menghajarnya. Jika perkiraannya benar adanya.

"Maaf Papa tak bermaksud membentak,  keadaan Deva kritis. Kepanikan dan kecemasan Papa tidak bisa mengontrol emosi papa,  bahkan Papa tidak tahu harus beralasan apa pada Veranda"

"Maksud Papa apa? " Kinal sedikit Heran atas ucapan Papanya yang terakhir.

"Veranda tidak mengetahui sedikitpun soal penyakit Deva sampai sekarang "

"Apa?  Kenapa bisa hal sepenting ini tidak diketahui Veranda ? " kaget Kinal,

"Papa juga tidak tahu,  tapi sedari awal Deva mengenal Veranda. Ia meminta kami agar tidak memberitahu soal penyakit yang di idapnya,  dengan alasan karena tak mau membebaninya Veranda. Dan juga sebagai motivasinya untuk berusaha sembuh" jelas Rifat sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi taman.

Levirate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang