Part 64 'Slowly But Surely'

315 75 28
                                    

Sinka sedang menangis khawatir, ia sedang berada di rumah Elyas. Menunggu Dave yang tak kunjung pulang, serta nomor ponsel yang tidak aktif membuat Sinka panik dan takut. Berita ini tentu membuat Elyas dan Nusa ikut panik, dengan segera ia meminta orang untuk mencari cucunya. Bahkan menantu bule nya pun ikut mencari keberadaan Dave.

"Sudah jangan menangis terus, kasihan Bayi kamu dia pasti ikut merasakan apa yang di rasakan ibunya, kamu sekarang tenang. Oma yakin Dave baik-baik saja"

Sinka hanya menganggur dalam pelukan Nisa.

Nisa sangat menyayangi Sinka, begitu pula Elyas. Hampir 10 tahun ia mengenal Sinka. Dari berstatus teman, sahabat, hingga kini menjadi istri dari cucunya.

Rasa cinta dan sayang Sinka kepada Kinal memang begitu besar, selalu ada dalam setiap keadaan apapun. Menjadi tempat bersandar, mencintai diam-diam dalam keadaan sepihak. Tak membuat wanita muda dalam delapan nya ini mundur atau meninggalkan Kinal.

Bahkan pertama kali Kinal sadar dari koma yang lama. Sinka dengan sabar merawat Kinal tak kenal lelah, dari menemani teraphy, hingga 6 bulan lamanya Kinal bisa dikatakan sembuh dan dapat beraktivitas normal. Selalu menghibur nya, selalu ada disaat sering kali sakit di kepalanya kambuh atau sakit di bagian tubuh lainya. Sampai mensupport Kinal yang ingin  membangun usaha arsitek.

Cklek

Pintu terbuka mengalihkan semua atensi memandang kearah pintu.

"Dave!"

Sinka dengan segera menghampiri dengan berlari kecil, memeluk Kinal dengan erat dan tangisan. Dave membalas pelukan istrinya, bisa ia rasakan ketakutan dalam diri Sinka yang begitu erat memeluk dan disertai gemetar di tangannya. Hati Dave mencelos mengetahui itu, bisa-bisa nya ia membuat istrinya cemas seperti ini. Ia pun berusaha menenangkan Sinka dengan mengusap lembut punggung dan kepala belakang Sinka.

"maafkan aku, bikin kamu khawatir sayang"

Sinka hanya menjawab dengan anggukan, ia masih  tak ingin melepas pelukan nya.

"Dave, syukurlah kamu tidak apa-apa, kami khawatir. Kemana kamu semalaman?" tanya Opa El.

Tubuh Dave menegang namun dengan cepat ia menutupi nya. "Maaf Opa aku semalam kepala ku pusing dan aku tidak sadar tertidur di soda kantor, dan hp ku juga mati"

"Lalu bagaimana sekarang? Apa masih terasa pusing? Lebih baik kamu periksa kan ke dokter" ujar Oma Nisa.

"Tidak udah oma, aku tidak apa-apa, mungkin kemarin karena aku telat makan saja"

Opa Elyas menepuk lembut pundak cucunya "Lain kali jangan terlalu di forsir untuk bekerja, nak. Opa tidak mau terjadi apa-apa padamu"

"iya Opa, kalau gitu kami pamit ke kamar dulu"

Dave membersihkan tubuh terlebih dahulu, setelahnya ia memakan makanan yang sudah disiap kan oleh Sinka. Setelahnya ia berkata ingin beristirahat pada Sinka. Ia meminum obat tanpa sepengetahuan Sinka. Obat yang sudah sering ia konsumsi sejak ia mengalami mimpi yang sering hadir dalam tidurnya.

Hanya ia dan dokternya yang mengetahui, kedua kakek dan nenek serta Sinka tak tahu apapun. Dave sengaja tidak memberitahukan, karena ia ingin tahu apa hal yang sudah ia lupakan. Selama ini istri dan kakek nenek nya selalu melarang jika dirinya bertanya hal yang berkaitan dengan ingatan nya.

Ah bicara soal ingatan, Dave mengingat saat pagi tadi saat ia bangun dan berada di tempat asing. Ia baru menyadari ada sepasang tangan kecil yang memeluk nya.

Bocah laki-laki yang ia tahu bernama Denzel.

Tengah malam Denzel terbangun karena ingin buang air kecil, namun saat ingin kembali tidur. Pria kecil itu memilih untuk melihat keadaan Dave, dan ia perlahan mendekati Dave menatap penuh kerinduan akan Daddy bearnya itu.

Levirate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang