part 22 'Kinal oh Kinal'

1.8K 221 46
                                    

Warning TYPO !

"Baiklah jika tak ada lagi yang di nyatakan, rapat saya tutup. Dan untuk pak Edo saya minta laporan keuangan bulan ini, terimakasih selamat siang"

Veranda menghembus nafas lega, sedari tadi ia kurang memperhatikan jalan rapat yang di pimpin Kinal. Karena rasa pusing dan mual yang di alaminya. Sepertinya hari ini adalah batas dari ketahanan fisiknya, karena selama seminggu ini Veranda memforsir diri untuk proyek yang ia tangani.

Tak luput dari pandangan Kinal, selama rapat berlangsung Kinal memperhatikan Veranda yang terlihat berbeda. Bahkan Kinal sengaja mempercepat rapatnya karena Veranda.

Kinal keluar terakhir dari meeting room. Tak dipungkiri rasa khawatir nya pada Veranda terus membelit pikiran nya, andai keadaan nya tidak seperti ini. Mungkin saat ini Kinal sudah menyuruhnya untuk menghentikan pekerjaannya dan mengantar nya pulang, menyuruh untuk beristirahat. Nyata nya semua itu hanya ada dalam angan nya saja, apalagi setelah kejadian sewaktu dirinya pulang bersama. Keesokan harinya Veranda memberinya peringatan dengan perkataan yang cukup mengiris hati Kinal.

Aku tidak suka dengan perilakumu kemarin malam yang sok peduli, kamu pikir hal itu bisa membuatku berhenti untuk membencimu ?

Ingat! Kamu bukan siapa-siapa aku, dan selamanya akan tetap seperti itu. Kecuali, jika kamu bisa mengembalikan Deva padaku.

Jangan buang-buang waktumu untuk hal yang hanya akan membuatku semakin membencimu, apapun yang kau lakukan aku tak akan menyukainya.

.

.

Seperti biasa Kinal orang terakhir yang keluar dari kantornya, ketika Kinal membuka pintu mobilnya. Matanya melihat mobil Veranda yang masih berada di kantor, kinal melihat jam tanganya untuk memastikan bahwa sekarang memang sudah pukul 6 sore. Kinal mengerutkan keningnya tak biasanya Veranda masih berada di kantor, karena jam 4 sore jadwal pulang Veranda.

Kinal menghampiri mobil Veranda, tidak ada tanda-tanda Veranda. Lalu Kinal kembali dan memasuki mobilnya. Hatinya merasa tak tenang, namun Kinal berusaha menenangkan perasaannya. Setelah berpikir beberapa lama, Kinal memilih untuk menunggu Veranda di dalam mobil. Mungkin Veranda sengaja untuk pulang telat, karena ingin merampungkan pekerjaan nya.

Namun setengah jam berlalu, Veranda masih belum terlihat. Akhirnya Kinal menyerah pada pemikiran positif nya, kali Kinal mengikuti kata hati yang sedari tadi tak tenang. Ia keluar dan menghampiri security dan memintanya untuk menemani dirinya mengecek Veranda.

Beberapa kali ketukan disertai panggilan, tak ada satupun yang di jawab Veranda. Kinal pun langsung membuka pintu.

Dan...

Kosong tidak ada Veranda disini, Kinal mengedarkan pandangannya. Matanya tertuju pada makanan yang sengaja ia belikan untuk Veranda, makanan itu masih utuh dengan plastik putih yang masih tersimpul. Jelas sekali Veranda tak memakannya, Kinal sudah menduganya. Saat ia bersikukuh ingin membelikan makanan untuk Veranda, karena rasa peduli dan khawatir dihatinya lah yang memaksa dirinya untuk tetap melakukannya. Dan ternyata Veranda meralisasikan ucapannya tempo hari, untuk tidak melakukan hal yang malah semakin membuat dirinya dibenci.

Levirate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang