part 26 'Karena Denzel'

1.7K 219 36
                                    

Sial, itulah yang Veranda rasakan saat ini, lebih tepatnya ia merasa hari ini adalah kesialnya. Bagaimana tidak, Ve menolak Kinal yang mendatangi rumah orangtua Veranda untuk menjemput Denzel dan tentu dirinya. Dan Veranda sangat menyesali penolakan ya karena malam ini ia harus berada dalam satu kamar yang sama, karena sang Papi yang menyuruh Kinal untuk ikut menginap.

Ve gelisah memikirkannya, membayangkan akan seperti apa ia berada dalam kamar yang sama dengan Kinal. saat ini Ve masih berada di dapur, ia sedang membuat susu untuk Denzel. Ia sengaja membuat lama. Setelah selesai Ve menarik napas panjang sebelum benar-benar meninggalkan dapur.

Kecanggungan begitu kentara Ve rasakan saat membuka pintu kamar, hanya dirinya yang merasa. Karena jika melihat Kinal, pria itu sedang asyik bermain game di ponselnya bersama Denzel. Sekali lagi Ve menghela napas memantapkan dirinya untuk menghampiri mereka, ah bukan. Tapi menghampiri Denzel.

"Sudah ya ? Bunda udah bawa susunya, waktunya Denzel tidur udah malam" Kinal menghentikan game nya. "Zel nggak ngantuk Daddy, Zel masih mau main" rengek Denzel dengan wajah cemberutnya yang membuat siapapun gemas jika melihatnya.

"Gak boleh, Denzel harus tidur. Kalau nggak, Daddy gak mau ajak Denzel main game lagi" mau tak mau Denzel menurutinya, ia menghampiri Veranda yang memegangi dot miliknya. Kinal tersenyum dan menambahkan "anak pintar, besok Denzel boleh main sepuasnya. Iyakan Bunda ?"

Veranda terperangah dengan panggilan bunda yang Kinal ucapkan, Denzel pun melepas dotnya untuk melihat kearah Kinal lalu Veranda seolah memastikan. Menyadari itu Ve mengangguk kaku "aa... Em... I-iya"

"Hore! Sekarang Zel mau bobo deh" dengan semangat ia menghisap dotnya.

"Pelan-pelan sayang"
"Pelan-pelan nak"  ujar Kinal dan Ve bersamaan.

Eh.

Kinal tersenyum manis saat Ve menatap sekilas kepadanya. Lalu Ve berdehem untuk menetralkan debar jantungnya yang tak karuan, membenarkan posisi berbaring nya. Berusaha memejamkan matanya dengan tangan mengelus kepala Denzel agar cepat tertidur.

Kinal beranjak untuk memilih tidur di sofa, karena ia sadar diri Ve sangat keberatan jika mereka satu kamar apalagi jika satu ranjang. Hanya keluarga Veranda yang tidak mengetahui hubungan sebenarnya antara Ve dan dirinya, mereka hanya tahu kalau Kinal dan Ve seperti suami-istri pada umumnya.

"Daddy mau kemana ?" pertanyaan Denzel membuat Ve membuka matanya. "Ah Dad---" belum menuntaskanya anak kecil itu memotong ucapanya langsung.

"Daddy gak boleh kemana-mana, Daddy harus bobo sama Zel disini"

Ve membulatkan kedua matanya terkejut. Ya Tuhan anakku ini. Veranda mengusap wajah pasrah. Malam ini benar-benar menguji kesabaran Veranda.

Sementara Kinal mengusap tengkuknya canggung. "Emh... Baiklah" Kinal melirik Veranda sejenak.

Kinal berbaring dan menarik selimutnya. "Daddy sini deket Denzel" protes bocah tampan itu.

Masih belum puas, Denzel kembali menyuarakan protesnya. "Peluk Daddy" kali ini Kinal yang menghela napas pasrah. "Kan Denzel sudah di peluk bunda" Kinal beralasan, ia tau Veranda sudah sangat tidak nyaman.

"Zel mau di peluk Daddy juga Bunda" tanpa di sangka, tangan kecil itu menarik jemari Kinal untuk diletakan di perutnya. Menimpa tangan Veranda yang sudah lebih dulu bertengger di perut Denzel.

DEG!

Napas Veranda tertahan, namun ia tetap menjaga matanya untuk tetap terpejam berusaha tidak peduli. Sedangkan Kinal berusaha untuk menenangkan jantungnya yang berdebar kencang, awalnya memang Kinal agak kesal namun ternyata kelakuan keponakan nya itu tak ayal membuat dirinya senang seketika. Lalu mendekatkan wajahnya untuk mencium Denzel. "Good night baby"

Levirate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang