Part 12 'the Fact' 2

1.6K 217 36
                                    

Los Angeles International Airport

Kinal baru saja menginjakkan kakinya di bandara Los Angeles. Kinal tiba pukul 8 malam, Kinal menghela napas sejenak dan Menghembuskan nya dengan perlahan. Sejenak ia pandangi keadaan dan suasana bandara ini, mengingat beberapa waktu lalu hampir membuatnya gagal untuk berada di negara paman Sam ini.

Tangan Kinal terangkat mengusap bagian wajahnya yanh terasa sakit. Rasa perih di ujung bibirnya kembali terasa, begitu pula pipinya yang memar.

"Kinal..."

Kinal menoleh kearah suara yang memanggilnya, senyuman terbit di bibir tebal nan seksi miliknya. Lalu berjalan menghampiri gadis lucu yang datang menjemputnya. Pelukan adalah hal pertama yang mereka lakukan sebagai pelepas rindu diantara mereka.

"Aku kangen kamu panda gendut"

Gadis yang di panggil panda itu melepaskan pelukan mereka, dan membalas ucapan Kinal.

"Sebenarnya aku tak mau mengakui, tapi dengan sangat terpaksa. Aku juga merindukan si paus jelek ini" ujar Sinka.

Keduanya tertawa dengan lelucon ejekan mereka masing-masing. Namun tawa Sinka terhenti ketika matanya menangkap wajah Kinal yang terdapat luka memar. Tanganya terangkat untuk menyentuh pipi Kinal dengan pelan.

"Sssshhhhtt ... Jangan disentuh, perih" ringis Kinal menghentikan pergerakan tangan Sinka.

"Aku menuntut penjelasan"

Kinal hanya mengangguk, lalu menarik lengan Sinka untuk keluar dari bandara. Dan menaiki mobilnya yang di titipkan kepada Sinka selama ia berada di Indonesia. Kinal duduk di kursi penumpang sebelah kanan dengan bersandar dan memejamkan matanya, tapi ia tak tertidur. Sedangkan Sinka hanya diam fokus pada jalan, gadis penyuka panda itu membiarkan Kinal beristirahat. Walau dalam benaknya sudah terkumpul beberapa pertanyaan untuk Kinal.

Begitu tiba di apartement, Kinal langsung masuk begitu saja ia menjatuhkan tubuhnya diatas sofa. Tak menghiraukan Sinka sang pemilik yang ia tinggal kan didepan pintu dengan beberapa koper miliknya.

Sinka hanya menggelengkan kepala melihat Kinal yang sepertinya tertidur, karena Sinka mendengar dengkuran halus yang berasal dari mulut Kinal. Ya, Kinal memang sudah terbiasa dengan apartemen Sinka. Ia sudah menganggap apartemen sendiri, Sinka tak merasa keberatan akan hal itu. Tak jarang Kinal menginap di apartemen Sinka jika ia tak ingin pulang. Aturan dan buadaya barat memang berbeda dengan Indonesia, sehingga menginap ditempat yang berlawan jenis takan menimbulkan masalah besar.

Walaupun begitu, Kinal dan Sinka tetap menjaga etika dan diri mereka sendiri.

Kinal terusik dari tidurnya, ia merintih saat merasakan sesuatu yang basah di pipinya. Terlihat Sinka yang sedang mengompres lukanya dengan handuk dan air hangat, dan terakhir memberikan obat luar khusus memar yang di oleskan Sinka di bagian wajah yang lebam dan memar.

"Ini, aku bikin teh hangat untukmu"

Kinal menerimanya dan langsung meneguknya dengan perlahan.

"Makasih Sin.."

"Jadi bagaimana kamu bisa seperti ini ?"

Kinal menyimpan gelas teh yang masih tersisa setengah, lalu ia menghela nafas sebelum menceritakan keadaanya.

"Baiklah mana yang ingin kau tahu ? Tentang luka lebam ini, pertemuan ku dengan dia, atau soal sel-

"Semuanya" potong Sinka dengan wajah datarnya.

Kinal masih terdiam sejak ucapannya di potong Sinka. "itupun jika kamu mengizinkan dan mau membaginya kepada ku" lanjut Sinka yang melihat raut wajah Kinal yang ragu, Ia tahu bahwa Kinal orang tak mudah untuk terbuka. Selama ia menjalin persahabatan hingga sekarang pun, Kinal masih sama. Belum banyak kisah Kinal yang ia ketahui.

Levirate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang