Enam tahun lalu, adalah kali pertama dalam hidupnya Arum melihat orang berciuman di depan mata. Peristiwa di mana ia memergoki Gallendra. Padahal saat menonton drama Korea pun, Arum senantiasa menutup mata rapat-rapat, menahan napas bahkan ber-istighfar, ketika dirasanya adegan drama sudah menunjukkan tanda-tanda kedua pemeran akan berciuman.
Tetapi, hanya karena satu orang yang namanya tidak pernah bisa dia lupakan, bayangan tindakan mesum itu masih melekat dan seolah baru saja terjadi kemarin. Mendapatkan pengajaran budaya tata krama Jawa yang kental dari keluarganya, Arum tahu persis bahwa berciuman adalah hal yang bisa dilakukan setelah menikah. Apalagi untuk berhubungan intim.
"Rum!" sebuah tepukan di bahu menyentak Arum. Pandangannya yang semula fokus memicing tajam pada sesosok pria di atas panggung-sedari tadi sibuk memberi arahan pada Rumi, Venue Coordinator dari D'Amore Organizer-teralih untuk menyadari keberadaan Padma yang sudah berdiri di sebelah kanannya.
"Kenapa?" tanya Arum.
"Harusnya aku yang nanya, toh. Kowe ngopo [2]?"
Bukannya menjawab, Arum hanya tersenyum sambil memerhatikan Gerakan Padma yang seperti gasing, bergerak ke sana kemari terus sejak tadi. Sebelumnya, Arum melihat gadis itu menyusun gelas dan vas kaca berwarna emas di sekeliling pinggiran meja yang sengaja diletakkan di tengah-tengah Hall, ditambah bunga baby's breath dalam vas yang melingkupi sebuah lilin putih berukuran besar. Di mana semua ornamen itu, nantinya akan dijadikan Center Pieces dari ornamen pesta yang lain.
Kali ini, tangan-tangan Padma kembali gesit menyusun syal-syal batik berbahan premium yang menjadi souvenir pernikahan dari salah satu anak pejabat di Jogjakarta. Pesta pernikahan akan digelar malam nanti. Karena itulah, Hall Room D'Amore, sudah dipenuhi oleh puluhan orang sibuk sejak pagi tadi. Termasuk Arum.
"Sebel aja. Kenapa, sih, mesti ketemu Pak Gallend lagi." Arum menggerutu sembari ikut menyusun syal di atas meja persegi berlapis taplak kain putih.
"Lho? Lho?"
Arum menyengir karena melihat Padma geleng-geleng, satu telunjuknya menunjuk-nunjuk Arum. "Kowe itu aneh. Cewek-cewek lain pada sibuk dandan karena hari ini Pak Gallend datang untuk mantau langsung persiapan dekorasi kita. Biasanya, kan, dia cuma datang pas acara aja. Secara Owner EO gitu, anak buahnya buaanyak. Pak Gallend cuma payah ngomong sebentar, jentikin jari, udah. Pegawai-pegawainya yang kerja."
Arum menghela napas. Itu adalah pujian yang kesejuta kali-mungkin-dia dengar dari semua orang yang memuja Gallendra. Mereka tidak tahu saja, seberapa mesumnya pria itu.
Meski beberapa tahun berlalu, tetapi Gallend sudah punya citra buruk yang susah diganti lagi di mata Arum. Selepas tidak bekerja lagi di D'Amore Organizer, pria itu menciptakan perusahaan Event Organizer-nya sendiri yang sekarang sudah sangat dikenal di kalangan masyarakat Jogja. Meski mesum, Arum akui Gallend memang sangat piawai dalam menangani berbagai event hingga sukses.
Tetapi, dari sekian banyak EO [3] di Jogja, mengapa harus Mahameru Production milik Gallend yang bekerja sama dengan hotel di mana Arum kini bekerja sebagai Event Planner [4]?
"Hari ini, tuh, berkah, tau, Rum! Aku aja ndak berhenti-henti ngucap syukur ngelihat Pak Gallend di sini." Padma menggerakkan dagunya ke arah panggung yang sudah terhias ratusan bunga mawar merah muda. "Itu si Rumi, pasti gigit bibir terus dari tadi gara-gara terlampau bahagia." ia mengakhiri perkataannya dengan kekehan. Tidak perduli teman di sampingnya sedang mengerucutkan bibir.
Sebenarnya, ucapan Padma tidak sepenuhnya salah. Toh, karena Arum tidak bekerja di bawah kuasa Gallend langsung, harusnya ia tidak perlu cemas berlebihan kalau-kalau matanya menangkap kemesuman lelaki itu lagi.
Tetap saja, dia masih kesal karena Gallend adalah penyebab utama mata polosnya ternoda. Cuma Gallendra, satu-satunya manusia yang memperlihatkan pemandangan dewasa di depannya. Entah sekarang lelaki itu sudah insyaf atau belum.
"Ingat, lho. Gaji kamu dari event ini sebahagiannya dari Pak Gallend juga." Satu kalimat mutlak dari Padma berhasil melorotkan bahu Arum hingga lemas. Tapi, saat ingat sesuatu, ia menoleh cepat. "Ih, siapa bilang? Orang aku digaji hotel, kok."ujarnya, tidak terima.
"Kowe lupa Pak Gallend mantannya Bu Nita? Kalau sikapmu ndak baik ke Pak Gallend, bisa-bisa bu Nita marah dan potong gajimu. Mau, toh?"
Ah, Arum lupa. Bu Paranita kini sudah menjadi Event Manager di D'Amore Organizer. Atasannya pula.
"Mau, Rum?"
Arum menggeleng lemah, "Enggak mau. Aku, kan, udah niat mau beli susu vanilla sepuluh kardus bulan ini." Suaranya melirih, tidak sadar sama sekali bahwa Padma baru saja memutar bola mata.
"Susu lagi, susu lagi. Sekali-kali koleksi cincin atau gelang kaki, gitu, lho, Rum. Memangnya Kowe anak kucing, minum susu tiap hari?"
[2] Kowe ngopo : Kamu kenapa?
[3] EO : Event Organizer, penyedia jasa profesional dalam penyelenggara berbagai acara formal maupun non-formal.
[4] Event Planner : Produser umum suatu acara; bertugas menyusun rencana dan mewujudkannya sesuai dengan tujuan suatu acara. Event planner dibantu oleh event organizer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Stage
RomanceBagi Arum, Gallendra adalah buaya buntung berwujud manusia! Dia pria hidung belang yang pernah Arum temui di sepanjang sejarah hidupnya. Dalam sehari, Arum bisa memergoki Gallend bermesraan ratusan kali dengan cewek beda di mana saja. Dan kapan saja...