[Stage 3|B] Jangan Lupa Balik Arah

21.2K 2.3K 15
                                    

Denting piano, berpadu gesekan violin yang memperdengarkan instrumen musik lagu A Thousand Years menggema mengisi setiap celah-celah sudut hall room D'Amore Hotel.

Semua orang tampak menikmati suasana pesta yang syahdu. Di atas panggung berisi kursi megah berwarna putih milik sang raja dan ratu acara. Deretan para tamu undangan berdiri mengantri untuk memberikan salam pada pengantin sebelum mulai menikmati hidangan pesta.

Semua orang kelihatan bahagia. Apalagi dengan dihadirkannya Arkana Reswara, sang aktor sekaligus penyanyi berkualitas di Indonesia, sebagai pengisi acara. Seluruh tamu bersorak ketika Arkana muncul untuk pertama kalinya tadi. Semua pasti merasakan indahnya suasana pesta yang berlangsung meriah ini, tetapi tidak dengan Arum.

Gadis itu, tidak berhenti menggigit bibir. Kedua kakinya yang bersembunyi di bawah meja lingkaran berukuran sedang dan berisi enam buah kursi, berhentak-hentak kecil karena..

Gallendra duduk persis di sebelah kanannya. Dan entah bagaimana bisa alam berkompromi dengan lelaki itu, dari enam kursi di meja mereka, hanya bersisa keduanya yang duduk setelah Rumi dan Padma yang beberapa saat lalu bertahan sebagai peneman Arum-sebenarnya sebagai penikmat kehadiran Gallendra sih- kini menghilang entah ke mana.

Arum mengedarkan pandangan, tentu saja dengan mata yang sekuat mungkin tidak tertoleh pada Gallendra. Dia meringis ketika menemukan kedua temannya sudah stand by di meja prasmanan hidangan pesta.

Arum tidak mengerti, mengapa dari ratusan kursi yang ada di sini, nomor duduk lelaki itu bisa tepat berada di meja yang sama dengan Arum. Setelah lima menit mencari cara kabur, gadis itu berdiri. Menunduk sedikit pada Gallendra, dan tanpa kata hendak melangkah pergi ke mana saja-asal tidak terjebak terus dengan lelaki ini.

"Mbak Kencana Arum,"

Sialnya, suara Gallendra terpaksa menghentikan Arum yang baru tiga kali melangkah. Dengan menahan seribu satu rutukan dalam hati, Arum berbalik dan mengulas senyum lima jari terbaik yang ia miliki. "I-iya, Mas Gallend?"

Tunggu sebentar, dari mana Gallendra tahu namanya?

Ah. Arum lupa, tadi Rumi yang mengenalkan Arum tanpa diminta pada Gallendra. Rumi juga meminta maaf langsung atas nama Arum, untuk insiden tadi siang di lift. Sebenarnya, Arum memang ingin meminta maaf, tapi dia rasa barusan bukanlah waktu yang tepat. Meski Gallendra memang tetap kelihatan ramah sebagai seorang pemimpin Mahameru Production yang bekerja sama dengan D'Amore Organizer, tetap saja Arum malu.

"Mbak Arum mau ke mana? Acaranya masih jalan."

"K-ke toilet, Pak." Arum merutuki kemampuannya sendiri yang tiba-tiba lupa berbicara lancar.

Gallend mengangguk. Dia diam lagi, sehingga Arum berpikir memanfaatkan kesempatan itu untuk pergi. Tapi belum juga satu kakinya terangkat, suara Gallendra mengusik jiwa raganya lagi. Membuat gadis itu rasanya ingin mencakar dinding saking kesalnya.

"Mbak Arum,"

Berbalik lagi, memasang senyum lima jari yang dilipat gandakan menjadi sepuluh jari lebarnya. "Iya, Mas Gallend?"

"Mau ke toilet, kan?"

Arum mengangguk cepat berkali-kali, sampai serasa kepalanya berpotensi copot dari rongganya.

"Iya, Mas Gallend." Sekali lagi Arum jawab begini, apakah ada yang mau memberikannya hadiah piring? Lagipula, mengapa dari banyak kosakata Bahasa Indonesia yang baik dan benar, Cuma tiga kata ini yang bisa Arum ucapkan sekarang?

Dari posisi berdiri Arum, keningnya mengernyit kala melihat sudut bibir Gallend sedikit naik. Seketika dirinya sebal, itu jenis senyuman miring yang sama dengan tadi sore saat lelaki itu melihat Arum dari balkon kamar.

"Memangnya Mbak Arum sudah ganti jenis kelamin?"

Melongo, Arum bertanya bingung, "Maksudnya, Mas?"

Perlahan-lahan senyum miring itu berubah menjadi sebuah senyum simpul yang.. menghangatkan? Tidak, tidak. Kenapa pula hangat. Memangnya Galllendra pemanas ruangan?

Kedua kelopak mata Arum mengedip ketika Gallendra berkata dengan satu telunjuk yang mengacung ke arah yang hendak Arum tuju. "Ke arah sana itu toilet cowok." Kemudian, telunjuk itu berganti mengarah pada sisi yang berlawanan dengan posisi hadap Arum.

"Di belakang Mbak Arum itu toilet ceweknya. Jadi, jangan lupa balik arah, ya, Kalau enggak pingin di teriaki mas-mas di toilet cowok. Nanti Mbak Arum dikira mesum, lho."

Gallendra sialaaaaan.

Gallendra sialaaaaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Precious StageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang