[Stage 9|B] Meminjam

13K 1.4K 4
                                    

Kedua netra Gallend terus menilik pergerakan Arum. Gadis itu berjalan bersisian dengan sosok yang diketahui Gallend sebagai Rumi. Di depan keduanya, ada seorang perempuan dan laki-laki yang Gallend lupa nama mereka-tapi ia tahu lelaki itu adalah salah satu event planner di D'Amore juga.

Interaksi kerja sama antara D'Amore Organizer dengan Mahameru Production-EO milik Gallend-memang kebanyakan dilakukan oleh Laras, Event Planner yang menjadi perwakilan MP. Jadi, wajar bila Gallend tidak ingat semua nama mereka. Kecuali Arum, yang sudah beberapa kali terlibat dalam kondisi aneh dan tidak wajar dengan dirinya.

Langkah keempat orang itu kini menuju sayap kanan resto, cukup jauh dari posisi meja Gallend. Arum-gadis yang sudah membuat Gallend sakit kepala sejak beberapa hari ini-tampak sedang tersenyum menanggapi celotehan Rumi.

Setelah insiden tiga hari lalu, hari ini adalah kesekian kalinya Gallend melihat Arum di D'Amore. Sebenarnya, sudah beberapa kali sebelum ini Gallend datang ke hotel hanya untuk menemui gadis itu. Apa pun yang terjadi pada mereka di kamar hotel, sekali pun tidak ada hal buruk yang terjadi pada saat itu, tetap saja peristiwa yang menimpa keduanya meninggalkan rasa bersalah untuk Gallendra.

Pria itu ingin meminta maaf, sekaligus membicarakan tentang bagaimana keduanya harus menyikapi bijak kejadian lalu. Namun, setiap kali Gallend hendak berjalan mendekati Arum, setiap kali itu pula Arum menghindar. Selalu. Mulai dari melenyapkan dirinya sendiri sebelum mereka berhasil bertatap muka dalam jarak dekat, mau pun sampai menguntaikan segala macam alasan hanya untuk membuat Gallend tidak punya kesempatan bicara.

Hubungan mereka yang hanya sebatas rekan kerja, tidak memungkinkan Gallend untuk langsung terang-terangan bersikap 'sok' dekat dengan perempuan itu di hadapan para temannya, kan? Apalagi Gallend terhitung jarang sekali mengunjungi D'Amore Organizer.

"Bisa aja mata lu jelalatan!" Suara Virgo menarik atensi Gallend untuk kembali memandangi Dariel. Sahabatnya itu masih menatap takjub entah pada siapa-tapi Gallend yakin tatapannya tertuju ke Arum dan kawan-kawan karena mata Dariel juga bergerak ke arah di mana keempat orang itu duduk.

"Ternyata ada tamu di hotel ini yang cakep banget kayak malaikat, ya?" Dariel bertanya tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun.

"Yang mana, sih?" Virgo ikut-ikutan penasaran, membuat Gallend memutar bola mata-jengah. Di antara ketiga temannya, hanya Hakim yang tampak tidak perduli dan lebih memilih menghabiskan minumannya sendiri.

"Cewek yang pakai baju putih." Dariel menjawab seraya menunjuk ke satu arah. "Yang rambutnya dikepang satu. Cantik banget, kan? Kayak bayi wajahnya." sambungnya lagi dengan nada gemas. Sedetik kemudian matanya melotot lantaran Virgo memukuli bahunya kuat-kuat.

"Etdah. Bisa aja lo mujinya, Bambang!" rutuk Virgo.

Tidak memedulikan pergulatan Dariel dan Virgo yang saling memiting leher, Gallend alihkan pandangannya pada bibir cangkir berisi espresso di tangan. Dia kesal, tanpa alasan. Deskripsi penampilan yang Dariel utarakan sepenuhnya ada pada Arum.

"Lend."

Gallend mengangkat wajah saat Dariel memajukan tubuh untuk menatapinya lebih dekat.

"Cewek yang barusan gue lihat. Lo kenal dia enggak, sih?" Dariel memberi sorot pandang penuh harap, mencipta ujung bibir Gallend tertarik sedikit ke atas. "Perhimpunan cewek kenalan lo 'kan banyak. Kali aja lo tau."

"Emang lo udah pernah ketemu malaikat? Seharusnya lo ketemu iblis dulu. Dosa-dosa lo, kan, berlimpah."

Sesegara Gallend menyuarakan pendapat, Hakim dan Virgo terbahak sementara Dariel langsung memberinya tatapan seolah ingin melemparkan segala kursi dan meja di resto pada Gallend. Sayang, ekspresi itu tak berlangsung lama. Gallend tidak merasakan kemenangan yang panjang, karena Dariel tiba-tiba mengulas senyum.

"I don't listen to such crap like you, Gallendra [1]." ujar Dariel, sebelum dengan senyum liciknya ia bangkit berdiri. Mengibaskan ujung kerah kemejanya sendiri, penuh percaya diri. "Kita lihat gue bisa dapatin cewek itu atau gak."

Gallend mengatupkan rahang tanpa sadar dan sebelum dia sempat melarang, Dariel sudah berjalan selangkah namun terhenti karena tubuhnya tak sengaja bertubrukan dengan seorang pelayan yang datang dari arah berlawanan. Suara nampan jatuh membuat perhatian seisi resto tertuju pada Dariel.

"Ouch!" ia berdecak kesal, melihat lengan kemejanya kini berwarna kuning terkena cairan minuman. Tepat ketika dirinya memusatkan fokus pada si pelayan yang terus-menerus meminta maaf, Gallend berdiri dan menepuki bahunya. "Be calm, dear.."

Dariel mengumpat dalam hati mendengar godaan Gallend yang disertai senyuman mengejek. Lebih mengumpat lagi saat menyadari Gallend berlalu pergi menuju tempat yang semula ingin Dariel tuju.

Dariel terperangah. Dengan kesal, diahlikannya pandangan pada kedua teman yang juga saling menatap heran melihat kepergian Gallend.

"He knows that girl?! [2]"

Sialnya, Hakim dan Virgo hanya menggendikkan bahu sebagai jawaban.

*

"Untung aja kamu ketidurannya di ruang kantor, Rum. Coba kalau enggak sengaja ketiduran pas lagi ada di rooftop, bisa-bisa ada pengunjung hotel yang punya niat jahat malah bawa kamu ke kamar hotelnya. Hiiii.. ngeri banget, deh." Rumi bergidik. "Lagian kamu, kok, bisa-bisanya sih sampai ketiduran pas lagi pesta."

"Ya, kan, ngantuk banget Mi." Arum menanggapi, tersenyum tipis. Sejujurnya dia tidak nyaman dengan pembahasan ini. Karena sedikit banyak, ucapan Rumi seperti tebakan yang benar terjadi. Dirinya memang berakhir di kamar Gallendra.

"Arum.."

Ya Salam! Baru saja namanya terbersit di pikiran, suara orang itu sudah terngiang-ngiang lagi di telinga Arum.

"Lho? Pak Gallend? Kok, ada di sini?"

Setelah Padma berucap, senyum Arum tertahan. Jantungnya seakan pindah ke perut saat suara Gallendra terdengar lagi. Tepat dekat di sebelah kanannya.

"Saya ada perlu dengan Mbak Arum. Maaf jika mengganggu, tapi.. enggak keberatan 'kan Arumnya saya pinjam sebentar?"

 enggak keberatan 'kan Arumnya saya pinjam sebentar?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[1] Aku tidak mau dengar omong kosongmu.

[2] Dia kenal gadis itu?!

Precious StageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang