Arum mendesah lega setelah berhasil mengempaskan pantatnya di kursi. Akhirnya, dua puluh menit perjuangannya bertahan di bawah tatapan tidak suka beberapa orang sejak dirinya berjalan di lobi hingga menaiki lift tadi, terbayarkan dengan kelegaan luar biasa setelah mencapai ruang kerjanya.
Mengulas senyum lebar, diangkatnya kedua tangan yang terkepal sebagai pemberian semangat bagi diri sendiri. Tidak apa-apa jika masih ada yang memberikannya pandangan membenci, asalkan ia bisa kembali bekerja dan terpenting, namanya bisa kembali bersih dari tuduhan melakukan hubungan seksual yang tidak sepantasnya bersama Gallendra.
Mungkin masih ada beberapa orang yang tidak memercayai penjelasan Arum, atau sengaja ingin tetap menganggap Arum 'bukanlah' wanita baik-baik.
Arum menyalakan personal computer di hadapannya, mengetuk-ngetukkan jari di atas meja lantaran gugup menunggu kehadiran Paranita. Bagaimana pun beliau pasti sudah sangat mengusahakan agar Bu Freya bersedia mendengarkan pembelaan diri dari sisi Arum dan tetap mengizinkannya bekerja di D'Amore Organizer.
Mata gadis itu melirik sekilas pada beberapa cup Cold Brew yang sempat di belinya di Coffee Shop hotel ini. Berniat memberikan salah satunya pada Paranita sebagai ungkapan terima kasih. Arum tersenyum geli mengingat betapa antusiasnya ia menjawab 'ya' pada perintah Paranita semalam, saat beliau tiba-tiba menelepon untuk memberitahu bahwa Arum sudah bisa bekerja kembali.
Paranita bilang, tanggapan negatif orang-orang terhadap video skandal itu mungkin belum sepenuhnya berkurang, dan Arum cukup merasakannya barusan. Namun, paling tidak ia tidak dicap sebagai perempuan rendahan lagi karena melakukan hubungan seks di luar nikah bersama Gallend, pria yang diketahui orang-orang masih seorang lajang. Menjadi direktur dari sebuah Event Organizer besar di Yogyakarta, dan seringnya menggunakan D'Amore Hotel sebagai venue event, menjadikan Gallendra cukup dikenal banyak pegawai di hotel ini, termasuk Bu Freya sendiri.
"Aruuum!" seruan dari arah pintu masuk menyentak gadis yang sejak tadi larut dalam lamunan. Arum menoleh dan langsung menyunggingkan senyum lebar kala mendapati Rumi sedang berlari kecil menujunya, lalu menerobos memelukinya erat.
"Akhirnya kamu balik juga, Ruum. Aku kangen banget, tau!" Rumi menjauhkan tubuh. Suara bahagianya kentara, menulari Arum membentuk segaris senyum.
"Enggak sia-sia aku, Padma, sama Guntoro baik-baikin Bu Nita tiap hari sampai kami gantian beliin sarapan dan makan siang ke beliau. Akhirnya kamu dikasih kesempatan kerja lagiii."
Kedua pupil hitam Arum melebar tidak percaya. "Serius?"
Rumi mengangguk. "Guntoro bilang, tadinya kalau enggak berhasil juga 'usaha baik-baik'-nya, dia mau pakai jasa santet online aja."
Tawa Arum mengudara dan kepalanya bergeleng tidak habis pikir atas sikap teman-temannya. "Ada-ada aja, sih, kalian. Tapi, makasih, ya, Mi." ujarnya tulus dan dijawab oleh sebuah anggukkan Rumi.
"Eh, kamu beli kopi banyak banget?"
Mengikuti arah pandang Rumi, Arum berseru kaget menepuki keningnya sendiri. "Oh, iya! Hampir lupa!" Segera diambilnya salah satu cup minuman kopi di dekat keyboard PC, dan memberikannya ke Rumi.
"Buat kamu."
"Uwoow!" Rumi tersenyum lebar sampai baris giginya terlihat. Ia menerima pemberian Arum dengan semangat. "Baik banget sih sobat aku satu ini. Thanks, ya, beb."
"Sama-sa—" ucapan Arum tercegat oleh suara lain yang berasal dari balik punggung Rumi. Padma masuk ke ruangan bersama beberapa pegawai D'Amore Organzier lainnya.
Mereka kelihatan jelas terkejut melihat Arum. Tapi, Arum bisa melihat senyum senang dan syukur yang kini mereka ulas saat menatapinya. Padma berjalan cepat, berdiri di samping Rumi yang tengah meminum kopinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Stage
RomanceBagi Arum, Gallendra adalah buaya buntung berwujud manusia! Dia pria hidung belang yang pernah Arum temui di sepanjang sejarah hidupnya. Dalam sehari, Arum bisa memergoki Gallend bermesraan ratusan kali dengan cewek beda di mana saja. Dan kapan saja...