"Benar. Bisma Aswangga dan istrinya dulu memang pernah datang ke perusahaan Papamu. Waktu itu kamu masih jadi staff di sana dan belum mendirikan Mahameru Production."
Dari kursinya, kening Gallend berkerut menatap Hardiansyah. Lelaki paruh baya yang usianya hampir memasuki kepala enam itu akhirnya menjawab juga pertanyaan Gallend.
Semula Hardi ragu, tapi saat mengetahui keponakan dari istrinya, Seruni, telah dihajar oleh lelaki bernama Bara yang ternyata memiliki hubungan darah dengan Bisma, Hardi langsung menceritakan masa lalu yang selama ini dirahasiakan oleh sang kakak ipar, Sekar.
"Tapi, Om. Seingatku kami enggak pernah ketemu sama sekali setelah dulu mereka nelantarin aku di desa Gunung Kidul waktu kecil."
"Ya." Hardi mengangguk-angguk. Telunjuknya mendorong kacamata yang menghiasi hidung bangirnya. Punggungnya rebah di kursi dengan kedua tangan bersedekap. Sorot matanya seolah membawa ingatan yang berkelana pada masa beberapa tahun silam.
"Waktu itu Mas Baskoro dan Mbak Sekar melihat kedatangan mereka yang lagi nunggu kamu pulang meeting dengan klien di luar kantor. Kebetulan Om ada di sana." Hardi mengangkat bahu sekali.
"Om juga enggak tau dari mana orang tua angkat kamu mengenali Bisma dan istrinya. Tapi, saat Mas Baskoro menanyakan maksud kedatangan keduanya dengan baik-baik di awal, dia marah besar, Gallend. Dia sampai batalin rapat bulanan, lho, di hari itu."
"Kenapa Papa bisa marah?" Ini semakin aneh.
Apa pun alasan Bara begitu dendam padanya, Gallend yakin Papa dan Mama angkatnya bukanlah penyebab dari kedua orang tua Bara meninggal. Walau keterikatan mereka tidak dibatasi oleh hubungan darah, tapi kasih sayang tanpa batas yang selama ini Gallend terima dari pasangan pemilik Mahameru Art itu sudah menunjukkan sebaik apa keduanya.
Merekalah pengganti orang tua kandung terbaik, yang sepanjang tiga puluh satu tahun kehidupan Gallend, tidak pernah berada di sisinya.
"Siapa yang tidak akan marah dan sakit hati, saat berhadapan langsung dengan orang jahat yang pernah ninggalin kamu di tengah hutan sendirian malam-malam? Meski kamu hanya anak angkat Mas Baskoro, tapi Om tau jelas seberapa besar dia dan Mbak Sekar sayang sama kamu, Lend.
Dan setelah bertahun-tahun kamu sukses bekerja di Mahameru Art, Bisma malah seenaknya datang untuk minta bantuan dana buat bisnisnya yang terancam bangkrut. Om ingat sekali waktu itu, Bisma minta balas budi dari kamu mau pun Mas Baskoro karena sempat mengasuh kamu dulu. Gimana Papa kamu enggak marah coba?"
Gallend termangu. Ia memijit pelipis, tidak habis pikir mengapa kedua orang tua angkatnya tidak pernah membahas fakta tersebut.
"Waktu itu, Mamamu sempat meminta Mas Baskoro untuk memberi sedikit bantuan. Papa kamu akhirnya setuju, meski tetap saja kesal. Tapi, gimana pun mereka adalah dua orang yang sangat tahu berterima kasih. Om aja salut, lho."
Ketukan pintu menunda pembicaraan mereka. Kenzi datang untuk membawakan dua cangkir teh buat Gallend dan Hardi, setelah itu keluar dari ruangan.
"Tapi," Hardi menjeda dengan berdeham sebelum menyeruput tehnya sebentar. Begitu meletakkan cangkir pada alas piringnya lagi, ditatapnya Gallend kembali dengan wajah lebih serius.
"rupanya beberapa bulan kemudian Bisma datang lagi dan terus-terusan minta bantuan dana. Dia bahkan mengancam akan minta langsung ke kamu kalau Mas Baskoro menolak bantu. Papa kamu marah, dan mengancam balik akan melaporkan Bisma ke polisi atas tuduhan pemerasan. Sampai satu bulan setelah itu, Om dengar Bisma meninggal karena sakit-sakitan. Bisnisnya bangkrut dan punya banyak hutang, lalu istrinya meninggal dua bulan kemudian karena bunuh diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Stage
RomanceBagi Arum, Gallendra adalah buaya buntung berwujud manusia! Dia pria hidung belang yang pernah Arum temui di sepanjang sejarah hidupnya. Dalam sehari, Arum bisa memergoki Gallend bermesraan ratusan kali dengan cewek beda di mana saja. Dan kapan saja...