[Stage 44] Hasil Akhir

16.6K 1.1K 47
                                    

Bantingan pigura dan botol parfum memecahkan telinga. Tak mampu berkata-kata, Seruni menatap nyalang lantai kamar Gempita yang sudah berserakan pecahan logam serta kaca. Di dekat meja rias, Gempita memandanginya dengan wajah memerah.

"Kenapa Tante jadi lebih ikutan membela gadis itu?! Dia bukan siapa-siapa Tante, kan?"

Seruni merasa jantungnya berdenyut lemah mendengar teriakan itu. Tak pernah disangka-sangkanya, bahwa Gempita yang selalu dirindukan keluarga Mahameru selama ini ternyata memiliki sifat yang sekeras ini.

"Dia memang bukan siapa-siapa, Tante!" Seruni menjawab dengan suara menggelegar yang tak kalah keras. Dengan hati penuh dongkol, ia berjalan cepat mendekati Gempi yang nyaris berubah seperti orang gila begitu Seruni memberitahuinya tentang syarat yang Arum berikan.

Memang, klarifikasi di media sosial akan memberi dampak yang hampir sama mengerikannya dengan penjara. Gempi bisa langsung mendapatkan celaan sosial dari orang-orang. Apalagi sekarang ia sudah dikenal sebagai bagian dari keluarga Mahameru yang punya nama baik dalam kalangan pengusaha di Jogja. Tapi, semua resiko ini ditumbuhkan oleh Gempi sendiri. Maka, dia yang harus menuai hasilnya.

"Dan kamu adalah keponakan Tante, Gempi! Anak dari orang tua yang sangat dikenal kebaikannya. Jadi, tolong jaga sikap kamu! Agar bisa jadi bagian dari Mahameru yang pantas!" Penekanan pada satu kata terakhir Seruni membuat darah Gempi mendidih. Satu sudut bibirnya terangkat, tersenyum sinis.

"Gimana bisa Tante bicara kayak gitu, sementara orang tua aku sendiri yang udah ninggalin aku!" jerit Gempi dengan suara melengking.

Tatapan seruni nanar, ia bisa merasakan kepahitan dari teriakan Gempi. Raungan gadis yang kini menatapinya dengan napas tersengal, kembali membumbungkan rasa bersalah yang selama ini Seruni pikul puluhan tahun. Bukan hanya kakaknya, Sekar, yang merasa menyesal karena telah lalai menjaga Gempi. Seruni pun.

Sandainya saja perpisahan itu tak pernah terjadi, tidak, seandainya saja mereka tak pernah berlibur ke Jakarta, mungkin saat ini Gempi sudah tumbuh menjadi perempuan bersifat lemah lembut seperti ibunya.

"Mungkin orang tua kamu salah dan teledor tidak menjaga kamu dulu, Gempi. Tapi mereka enggak pernah meminta pada Tuhan untuk menjauhkan kamu dari mereka. Tante yang melihat seberapa sakitnya mereka kehilangan kamu. Dan selama itu, Tante juga yang menjadi saksi seberapa baiknya Gallend melindungi mereka, padahal dia hanya anak angkat. Tapi sikap dia jauh lebih erat dari sekedar hubungan darah."

Tak ada yang bersuara lagi. Sampai Seruni berkata lagi dengan penuh ketegasan.

"Suatu saat kamu akan jadi penerus perusahaan, Gem. Seharusnya kamu belajar banyak hal dari pengalaman pahit. Seperti Gallendra. Bukan hanya kamu yang punya masa lalu buruk. Anak itu juga melalui hidupnya tanpa orang tua, bekerja keras dari kecil tapi enggak pernah mengeluh sama sekali!"

Gempita menarik napas yang tercekat, ketika suara tantenya kembali mengisi ruang sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan ia yang larut dalam tangisan.

"Ini ultimatum terakhir dari Tante. Segera buat klarifikasi di semua medsos kamu. Sekarang! Kalau kamu tetap enggak mau, Tante enggak masalah kalau Arum tetap memenjarakan kamu. Mungkin di sana, kamu bisa menggunakan akal sehat dengan lebih baik."

*

"Selamat ulang tahun, Tante. Semoga panjang umur dan sehat selalu."

Nyatanya, hubungan darah memang membuat kita memiliki jalinan yang tak akan bisa dilepas. Tapi hubungan tanpa darah yang dibalut penuh cinta dan kesetiaan, tetap mampu menjadikan kita sebagai keluarga.

Seharusnya Seruni mengingat kata-kata orang tuanya dulu dengan baik. Karena terbukti, orang yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun padanya—selain suami—adalah Gallend. Bahkan, bukan Gempita.

Precious StageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang