Setelah peristiwa Gallend menangis-yang dibantahnya berkali-kali lantaran gengsi- di Taman Pelangi hari itu, Arum merasa Gallend menjadi lebih sensitif. Lebih sering bertanya Arum di mana, atau akan ke mana. Tidak terkesan memaksa, sih. Tapi, lebih sering dari biasanya. Bahkan, lelaki itu juga meminta kesediaan Arum untuk mengabarkannya bila Arum harus bepergian jauh, seperti ke Bandung bersama Bara dulu.
Berbicara tentang Bara, lelaki itu lebih sering menghindari Arum saat di kantor. Sekali pun mereka berkomunikasi, hanya mengenai pekerjaan. Bara seolah marah. Arum yang kebingungan sempat menanyakan semuanya pada Gallendra, dan barulah ia tahu kisah seperti apa yang Bara miliki dengan keluarga Gallend. Gallend sempat berinisiatif mengajak Bara membicarakan kesalahpahaman mereka. Ia datang ke D'Amore, tetapi Bara tetap enggan menemuinya.
Seolah masalah belum cukup di situ saja, tanda tanya lainnya terus bermain di benak Arum mengenai hubungan Gallend, Arkana, dan lelaki paruh baya di swalayan tempo hari. Arum tidak punya keberanian untuk mengungkit alasan kedatangan Arkana ke apartemen Gallendra pada lelaki itu, mengingat Gallend pernah memohon sebelumnya.
"Aduh!"
Gallendra menoleh cepat ke belakang. Menghela napas ketika dilihatnya sang kekasih sudah jatuh terduduk di atas permukaan es. Lagi-lagi.
Padahal, Gallend sudah sengaja melambatkan gerakan sepatu seluncurnya agar Arum tidak tertinggal. Berkali-kali ia juga menawarkan Arum untuk memegangi tangannya selagi berseluncur, tapi gadis itu selalu menolak. Alasannya, ingin melatih kemampuan untuk lebih bisa.
Sehingga jatuhlah gadis itu berkali-kali karena lebih sering gagal berseluncur dalam gerak cepat. Gadis itu tidak menyerah, hanya cengegesan setiap kali Gallend menghela napas menatapinya. Bara semangatnya terus meningkat, padahal hati Gallend sudah ketar-ketir sejak tadi.
Entahlah. Tidak pernah ia merasa secemas ini pada seorang perempuan. Saat bersama Lin Zhi, mungkin kemandirian gadis itu yang membuatnya jarang sekali khawatir bila dihadapkan pada keadaan yang sama seperti sekarang. Bukan artinya Arum tidak mandiri. Gallend akui, sekali pun kepolosan Arum rasanya sudah tidak bisa diukur lagi, tapi Arum juga sosok cerdas yang selalu ingin berupaya sendiri. Hanya saja diri Gallend sendiri yang bermasalah. Dia merasa harus menyingkirkan segala hal apa pun yang berpotensi membuat Arum menderita.
"Hati-hati.."
Arum mengangkat wajah, sedikit terkejut dengan kemunculan Gallendra karena alasan jatuhnya kali ini, adalah karena memikirkan tentang Arkana dan Gallend.
Arum menerima uluran tangan Gallend untuk membantunya berdiri. Menepuk-nepuk pantatnya sendiri agar menghilangkan es yang menempel di celana bahannya, Arum bercicit pelan, "Iya." Saat kepalanya terangkat lagi, ia menyengir menatap Gallendra yang hanya memasang tampang datar.
"Jatuh lagi, deh.." kekeh Arum. Gallend mendengkus.
"Kita berhenti main aja, ya? Aku enggak suka lihat kamu jatuh terus begini."
Arum mengarahkan bola matanya ke atas. "Please, deh, Mas. Ini es semua, bukan aspal. Enggak bakalan sakit, kok."
"Tetap aja.." Mata Gallend memerhatikan sangsi Arum yang kini mengusap-usap telapak tangannya sendiri. Memang tangan itu tertutupi sarung tangan untuk melindungi dari dinginnya es, tapi tetap saja ada yang Gallend khawatirkan. "hawanya, kan, dingin, Sayang."
Dengan tangan yang masih tertutupi sarung juga, Gallend beringsut mendekat untuk menyentuh pipi Arum, membuat gadis itu membeliak kaget. "Pipi kamu udah sedingin ini, lho. Kita main permainan lain aja, ya? Aku enggak mau kamu kena flu atau-"
"Maaaas.." rajuk Arum, berusaha menjauhkan kedua tangan Gallend dari wajahnya. "Aku enggak apa-apa. Beneran."
Melihat tatapan ragu Gallendra, Arum berdesis sebal. "Beneran, lhoo." Ditepuknya lengan Gallend yang tetap saja mendapatkan reaksi datar lelaki itu-seolah Gallend masih kukuh untuk menghentikan permainan ice sketing mereka di mall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Stage
RomanceBagi Arum, Gallendra adalah buaya buntung berwujud manusia! Dia pria hidung belang yang pernah Arum temui di sepanjang sejarah hidupnya. Dalam sehari, Arum bisa memergoki Gallend bermesraan ratusan kali dengan cewek beda di mana saja. Dan kapan saja...