39.Aktorku

226 7 1
                                    

Happy Reading

Setelah kepulangan Arasya semalam Laura lebih memilih untuk tidur di sofa ruang keluarga yang berada di lantai bawah, meski dingin Ia tetap akan disana karena takut jikalau suaminya nanti akan marah lagi.

Oh ya, Laura tidak bisa tertidur lelap karena pikirannya sendiri yang terus berputar-putar ditengah malam ini.

"Syaa. Kok kamu jadi berubah kaya gini, please aku pengen kamu jadi Arasya yang dulu," lirih Laura ditengah-tengah posisi terlentangnya.

Suara ayam sudah terdengar di telinga Laura, pagi ini masih disuguhi dengan perasaan kecewa dihati Laura. Meskipun begitu, dirinya akan tetap melaksanakan kewajibannya sebagai Istri.

"Engap banget nih perut," ucap Laura sambil berjalan menuju toilet dibawah tangga.

Setelah mencuci muka, Laura melangkahkan kakinya menuju dapur untuk memasak sarapan pagi Arasya.

Dengan lihainya Laura memasak sayur daging kesukaan Arasya dan juga makanan lainnya.

"Hufftt udah beres, tinggal mandi terus bangunin Arasya." Laura menyelesaikan masaknya dan menata makanan itu dengan rapi diatas meja makan.

Seusai Laura mandi Ia membangunkan Arasya untuk segera membersihkan tubuhnya yang tercium bau masam, apalagi semalam dirinya tidak mengganti pakaiannya.

"Arasyaa, bangun."

"Syaa. Ayo bangun, mandi terus makan,"

Laura terus membangunkan suaminya itu perlahan-lahan hingga membuat Arasya terusik.

"Apasiih? ngantuk banget," ucap Arasya dengan nada suara khas seseorang yang baru bangun dari tidurnya.

"Mandi dulu terus makan, aku tunggu."

Laura pergi keluar dari kamar menuju ruang makan yang ada dibawah tidak lupa, Laura membawa perlengkapan sekolahnya.

....

Kini saat diperjalanan menuju sekolah hanyalah keheningan yang menemani pasangan muda kali ini. Tak ada obrolan ataupun tingkah apapun dari keduanya.

Hening.

"Syaa," panggil lirih Laura.

"Hmm,"

"Semalem kok bau alkohol dimulut kamu?" tanya Laura perlahan.

"Ya karna abis minum, kenapa?" sahut Arasya tanpa melihat sedikitpun wajah Laura.

Laura terdiam sejenak untuk menahan rasa marahnya pada Arasya.

"Lalu, kok bau minyak wangi cewe gitu?" ucap Laura.

Arasya membuang nafasnya kasar, "Gausah kepo deh kamu. Bentar lagi sampe, masuk sekolah ntar dijemput sama supir."

Laura mengangguk dan pasrah untuk saat ini. Dirinya masih terlalu takut untuk menyangkal perkataan-perkataan dari mulut Arasya.

"Aku turun dulu," ucap Laura seraya memberikan telapak tangannya untuk menyalami Suaminya itu.

"Turun!" pinta Arasya tanpa mengindahkan atau membalas salaman tangan Laura.

Laura segera turun dan masuk kedalam gedung sekolah dengan rasa yang masih sama, kecewa.

Arasya segera melajukan mobilnya menjauh dari lingkungan sekolah Laura, rencananya ia akan bertemu dengan Hesyam untuk membahas project yang akan dihadapi kedepannya.

Hesyam, Gue Tunggu Lo Di Cafe Biasa.

Oke, Gue Bakal Kesana Sekarang.

Tut

Panggilan telfon diputus Arasya sepihak dan lebih cepat lagi laju mobil menyusuri jalanan yang masih terlihat lenggang.

Sesampainya Arasya di Cafe yang telah dijanjikan, ia segera pergi kesuatu tempat yang berada dipojokan Cafe untuk menunggu Hesyam.

"Halo broo," sapa Hesyam saat dirinya baru sampai.

"Hai, duduk!" suruh Arasya.

Sebelumnya mereka sudah memesan minuman dan makanan untuk pagi ini, siapa lagi kalau bukan Arasya yang memesan.

"Sebelum bahas kerjaan, apa rencana lo lagi?" tanya Arasya sambil memasukan kentang rebus kedalam mulutnya.

"Gue pengen Laura tau lo yang sebenarnya, syaa. Setelah itu lo bebas buat ngelakuin apapun toh kalian udah pindah rumah kan," jawab Hesyam.

"Gak kecepetan?" ragu Arasya.

"Tentu tidak, lebih cepat lebih baik. Hmm, apa lo mau bakal ngebuat kehamilan Laura jadi gugur?" tanya Hesyam.

"Gue belum kepikiran itu, lagian kan itu emang anak gue." ucap Arasya.

Hesyam mengangguk mengerti. Arasya masih memiliki hati untuk tidak menyentuh bayi yang ada dikandungan Istrinya, itu bukan tujuan awal Arasya berubah.

"Gimana caranya buat Laura tau?" tanya Arasya lagi.

"Itu masalah gampang, hari ini juga bisa kok." Sahut Hesyam tersenyum sinis.

....

Hari ini kebetulan sekolah sedang mengadakan rapat dadakan sehingga seluruh murid mau tak mau harus dibubarkan lebih cepat.

Laura dan Adami berjalan berdampingan keluar menuju parkiran khusus para siswa SMA Bina Bangsa.

"Law. Lo mau bareng?" tanya Adami.

"Ga deh, gue dijemput Arasya."

"Oke deh gue duluan yaakk," ucap Adami.

"Byee,"

Laura berjalan perlahan keluar gerbang sekolahnya dan menunggu Arasya yang katanya sedang dalam perjalanan.

"Heyooow anak cantik. Udah sembuh nih?" itu suara Raka dan membuat kaget Laura.

"Lu ngagetin gue bambank. Ngapain sih deket-deket lagi," ucap Laura kesal.
"Lagian urusan kita udah selesai yaa, makasih buat segala-gala-gala-galanya," lanjut Laura tanpa jeda.

"Udah galak ajee lu. Gue gabut nih, nongki skuyyy," ajak Raka.

Laura memutar bola matanya malas, "Gamau. Gue sibuk, lagian kan biasanya sibuk sama Papah looo kan?" sahut Laura.

"Aelah Papah gue lagi di bandung. Jauh dimata tapi tenang dekat dihati, kaya gue sama lo gituu ehe," celetuk Raka.

"Jijik bangkong,"
"Gue sama lo itu deket dimata tapi jauh dihati. Yaa, kaya pluto lah, sono pergiiii!" ucap Laura.

"Agak jleb dikit ya bund. Hehe," kekeh Raka.

Laura akan semakin gila kalau berlama-lama dengan Raka, meskipun cewe lain akan terus nyaman jika didekatnya tapi tidak untuk Laura.

"Gue pergi. Bayyyy,"

Aktor Itu Suamiku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang