Hmm...
Menuju Ending Kah?
Happy Or Sad Ending?
L I H A T A J A L A H....
"Law, berhentii!" Rangga masih mencoba untuk menggapai tangan Laura meski telah beberapa kali berhasil Laura akan terus melepaskan genggaman Rangga.
Malam ini cuaca cukup dingin karna hembusan angin yang kencang. Adami dan Arasya masih berada diperjalanan setelah Arasya menerima informasi mengenai Istrinya, Laura.
"Akhh jalanan pake macet segala," kesal Arasya memukul stir mobilnya.
"Syaa, kayaknya lo belok kiri deh buat pake jalan tikusnya," ucap Adami menunjukan arah depan jalanan.
Arasya melajukan mobilnya cepat agar segera sampai dilokasi dan bertemu Laura ditempat yang sudah Rangga berikan.
Lelaki berkaos hitam itu terus berharap dalam hatinya untuk bisa bertemu dengan Laura meskipun ia mengerti kesalahannya tak dapat dimaafkan lagi.
"Kemana lagi?"
"Belok kanan,"
....
Laura masih terus menghindari Rangga yang setia untuk mengikuti kemanapun dirinya pergi.
"Please jangan ikutin gue lagi!" sentak Laura.
"Lo jangan kaya gini ntar bayi lo kenapa-napa."
"Masih peduli?" ucap Laura.
Rangga tak menjawab pertanyaan Laura ia malah menundukan kepalanya seakan memohon untuk Laura mendengarkan penjelasannya.
"Gue mau jelasin semuanya," lirih Rangga.
"Apa, apa yang perlu lo jelasin lagi! Gue gak percaya lagi lo dan gue bakal pulang malam ini juga,"
Laura pergi melengos begitu saja dengan cepat sedangkan Rangga masih terdiam ditempat menatap kepergian Laura. Meskipun begitu, Rangga tetap mengikuti Laura dari belakang.
"JANGAN IKUTIN GUEE RANGGA!" teriak Laura disaat ia menyadari langkahnya diikuti.
"Tapi gue khawatir sama lo,"
Laura masih terus berlari hingga sampailah di parkiran utama Apartemen.
"Gue kecewa sama lo!" marah Laura.
Rangga terus mengejar Laura hingga membuat Laura kebingungan berlari kearah mana lagi untuk menghindari kejaran Rangga dan akhirnya ia memilih untuk berlari menyebrang jalanan yang cukup ramai di malam hari.
"LAURAAA AWAS!!"
BRAKK
Tubuh wanita tak beralaskan kaki itu terlempar kedepan dan tergelatak dijalanan disertai kucuran darah segar dari kepalanya.
"LAURAAA!!"
Rangga berlari cepat kearah tubuh Laura yang terkapar dijalanan dan disaat itu juga Arasya serta Adami sampai ditempat tujuan.
"I-itu?"
"LAURAAA," teriak Arasya. Adami menyusul Arasya yang sudah lari terlebih dahulu kearah dimana Laura tergeletak."Syaa, kita bawa langsung."
"Iyaa ayoo!"
"Gue aja yang gendong," ucap Arasya mengangkat tubuh Laura untuk masuk kedalam mobilnya.
....
Sesampainya di Rumah sakit, Laura segera ditangani oleh dokter untuk diperiksa lebih lanjut sedangkan ketiga orang yang membawa Laura khawatir setengah mati dibuatnya.
Ada rasa penyesalan dari Rangga dan ada rasa takut kehilangan dari Arasya selaku suami dari perempuan yang sedang orang-orang khawatirkan.
Takut, khawatir, marah pada dirinya sendiri bercampur aduk dalam satu waktu. Entahlah, jika sesuatu terjadi pada Laura Arasya tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri sampai kapanpun itu.
"Rangga!"
Rangga menoleh ke sumber suara yang memanggilnya tak berselang lama tangannya ditarik kasar oleh Arasya menjauh dari pandangan Adami yang tertunduk menangis dikursi.
"Apa-apaan sih lo," Rangga melepaskan genggamannya dengan kasar.
"Lo yang udah buat Laura celaka dan lo yang harus tanggung jawab semua ini. Kalau sampe ada apa-apa sama Istri gue atau anak yang dikandungnya jangan harap lo tenang!" marah Arasya.
Rangga berdecak jijik ketika mendengar penuturan dari temannya, "Lo lupa sama semua yang terjadi sama Laura? Lo lupa apa yang dibuat diri lo pada Laura, hah?"
"Ngaca braderr lo yang udah buat Laura menderita, lo yang udah buat Laura sakit fisik dan batinnya sampe-sampe Laura pergi sendirian kesini. Mana suaminya? MANA!?" papar Rangga.
"Jangan kira gue ga tau semuanya ya, gue tau kok dan gue amat-amat sangat tau. Lo nyiksa Laura, lo maki Laura sampe batinnya juga ikut terluka, ini yang namanya laki-laki gentle?" lanjutnya.
Diam seribu bahasa, itulah yang Arasya lakukan saat ini ia mencerna semua perkataan Rangga dan semua itu benar adanya.
"G-gu"
"Gue apa? Lo mau berubah? Ckk terlambat, Laura udah gak percaya lagi lo!" sela Rangga.
"Gue telfon lo bukan karna gue kasihan sama lo yaa, tapi karna gue tau Laura butuh orang buat nenangin dirinya ehh ternyata orang yang gue telfon salah,"
"Busuk!"
Kedua tangan Arasya mengepal kuat seakan-akan bersiap untuk memukul siapapun yang ada dihadapannya.
"Apa, Lo mau mukul gue? Silahkan,"
"AKHHH,"
"Gue tau gue salah, gue tau. Tapi masa gaada kesempatan buat gue memperbaiki semuanya bareng Istri gue!" ucap Arasya."Dan sekarang udah terlambat, lo udah sangat terlambat."
"Karna apa? Karna lo sendiri yang telat dalam ambil tindakan dan malah nyiksa Laura tanpa jelas apa alasannya," tutur Rangga.Tanpa sadar Adami sudah berada didekat kedua lelaki yang masih beradu mulut meskipun sudah jelas siapa yang salah diantara keduanya.
"STOP!"
"Ngapain malah jadi ribut,""Arasya," Adami mengalihkan pandangannya kearah Arasya.
"Lo seharusnya tungguin Laura disana, katanya mau berubah malah kaya gini.""Maaf," Arasya melengos pergi untuk kembali ke ruang pemeriksaan Laura.
Didepan ruang pemeriksaan, Arasya mondar-mandir tak karuan menunggu hasil pemeriksaan dari Dokter tapi entah kenapa malah semakin ditunggu semakin lama.
"Lama banget sih," kesal Arasya.
"Please gue pengen Laura baik-baik aja disana, maafin gue maaf maaaf maaf,"
....
Tenanggg Masih Ada Part Selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktor Itu Suamiku [SELESAI]
Teen Fiction{ŚÉĹÉŚĄÌ} "AWALNYA EMANG MEMBOSANKAN, TAPI DIHARUSKAN UNTUK DIBACA TERUS" Hati Dan Pikirannya Sangatlah Bertolak Belakang, Apalagi Dengan Tujuannya. Banyak Yang Diinginkan Oleh Aktor Muda Itu Dari Perjodohannya Dengan Seorang Gadis Sederhana Berum...