S E M I N G G U
K E M U D I A N...Tak terasa sudah seminggu Laura hanya berdiam diri di rumah dan tak kemana-mana setelah kejadian menyedihkan pada dirinya.
Laura rindu akan suasana sekolah, temen-temennya dan juga kegiatannya. Dulu Laura menginginkan menjadi Alumni yang dihormati disekolahnya itu namun sayang sekarang harus pupus karna keadaan.
Kejadian kemarin itu sudah tersebar melalui berita di TV karena faktor sekolah Laura menjadi sekolah favorit di Ibu kota apalagi setiap tahunnya mengeluarkan alumni terbaik. Artinya, Laura sudah mencoreng nama baik sekolahannya sendiri.
"Gue mau menyesal tapi sudah kejadian, sakit banget rasanya." Gumam Laura seraya merebahkan tubuhnya diatas sofa.
Laura mengusap perutnya yang sudah membesar dengan halus. Beberapa bulan lagi, Laura akan menjadi Ibu dari seorang anak yang tak diakui oleh Ayahnya.
"Sedih banget nak jadi kamu, maafin orang tuamu ini ya nak."
Sesaat kemudian, Arasya kembali pulang ke rumah dengan raut wajah yang sama seperti kemarin-kemarin itu.
"Laura!"
"Lo bener-bener kurang ajar yaa, udah mempermalukan nama sekolah gara-gara anak tak berbapak itu!" ucap Arasya seraya menatap tajam Laura."Aku? Bukannya ini gara-gara kamu?"
"Loh kok salahin gue? Udah jelas-jelas lo yang hamil, kenapa malah gue?" sesal Arasya.
"Lo yang udah buat ini semua, lo yang udah nikahin gue karna paksaan, lo yang udah buat gue sakit hati, lo juga yang udah hamilin gue tapi malah ga menganggap semua ini ada! Terus, lo kemana aja sekarang? Kayaknya kita memiliki status yang gajelas sekarang,"
"Dan yang lo harus tau, karna lo gue... Gue jadi harus kehilangan cita-cita! Gue kehilangan sekolah gue, gue kehilangan semuanya. Itu gara-gara LO. ELOOO!"
Dada Laura naik turun dibarengin dengan keluarnya kemarahan dirinya pada Arasya.
"CUKUP!" bentak Arasya.
"Lo gausah bahas anak itu lagi didepan gue,"
"Dan tentang masa depan lo itu, gue gak perduli!" lanjut lagi Arasya.
Arasya pergi meninggalkan Laura lagi untuk kesekian kalinya, entah apa tujuan yang jelas dirinya datang ke rumah. Apakah hanya untuk memarahi Laura?
Laura menjatuhkan tubuhnya di lantai selepas kepergian sang suaminya yang entah kemaja. Laura menangis sejadi-jadinya, ia tak tahan akan masalah yang dirinya hadapi saat ini.
"Hiks. Gue lemah banget,"
....
Hari esok, bulan sudah berganti yang artinya kandungan Laura juga sudah menginjak enam bulan. Malam ini Laura menatap langit-langit rumahnya dan sesekali mengelus perutnya.
"Gimana dengan kelahiran gue nanti?" tanyanya didalam pikir.
"Gue kuat ga ya buat ngelahirin anak ini,"
"Gue bakal jadi Ibu yang kuat ga ya?" gumaman demi gumaman Laura suarakan.
Laura menjadi wanita kuat karena anak yang ia kandung sekarang jika tidak ada, Laura tidak mungkin sekuat ini atau sama sekali tak ada masalah yang ada saat ini.
"Gue banyak waktu untuk mencari Ibu, gue bakal memulai pencarian Ibu kemanapun itu karena saat ini gue cuman butuh ibu. Meski... " Laura tak melanjutkan kalimatnya, Ia tak akan kuat jika mengenang hal itu lagi.
Laura memantapkan dirinya untuk mencari kembali sang Ibu, mungkin dirinya akan mencari dengan jarak yang jauh entah kemana dan tak akan mungkin ada yang mengetahuinya.
Seharian ini fisiknya,hatinya, dan pikirannya sudah cukup lelah untuk bekerja. Laura, memutuskan untuk tertidur dengan tenang diatas sofa di ruang keluarga rumahnya.
Langit masih terlihat gelap pagi ini, Laura terbangun dari tidurnya setelah semalaman istirahatnya sudah terlalu cukup. Ia bergegas menuju kamarnya untuk mengganti baju.
"Gue bakal cari Ibu ke Bandung, yaa. Kota Bandung tempat kelahiran Ibu siapa tau ada disana," lirih Laura merencanakan hari pertama pencarian Ibunya ke Bandung.
Laura segera berkemas dengan beberapa pakaian yang akan dibawanya ke Bandung. Tidak banyak, tapi cukup untuk hanya berganti pakaian.
"Hai sayang, selamat enam bulan yaa." Laura mengelus perutnya yang mulai membesar dengan elusan yang halus dan penuh kasih sayang.
"Kita jalan-jalan yaa,"
Tak lupa Laura mengambil celengannya yang sudah lama ia simpan didalam tas kotor diatas lemari.
Brakkk
Celengan terbuat dari tanah liat itupun hancur dan mengeluarkan banyak uang didalamnya. Laura segera memunguti uang-uang itu dan merapikannya.
....
Adami yang sudah lama tidak bertemu dengan sahabatnya, Laura. Akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke rumah Laura melepas rindunya pada sahabat tercantiknya itu.
"Di daerah sini serem banget ya kalau malem. Si Laura, betah banget tinggal disini kalau gue mah ogah ih," celetuk Adami.
Perempuan berjaket hitam itu masuk ke dalam pekarangan rumah Laura dan menekan bel yang berada di samping pintu rumahnya Laura.
"Laura?" panggil Adami.
"Kok kayaknya sepi yaa. Apa si Laura pergi ngebucin sama Arasya?"
"Ish lagi rindu gini malah ditinggal. Nyesek banget deh jadi gue,"
Adami terus mendumel dalam kesendiriannya, ia tak pantang menyerah untul menekan bel berkali-kali berharap pemiliknya keluar rumah namun tak ada sama sekali yang menyaut.
"Kok gue curiga si Laura ga sama Arasya ya? Plus gue curiga Arasya sama Laura ini ga lagi serumah?" tebak Adami.
Dengan cepat Laura mengeluarkan ponselnya didalam tas untuk menghubungi Arasya agar bisa bertemu hari ini.
"Arasya, tolong jawab!" ucap Adami seraya mencoba beberapa kali menelfon Arasya.
Adami kembali ke dalam mobil miliknya lalu pergi entah kemana. Yang pasti, Adami akan menemui Arasya untuk menanyakan perihal Laura.
TBC
Kira-Kira Bahas Apa Yaaaa...?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktor Itu Suamiku [SELESAI]
Novela Juvenil{ŚÉĹÉŚĄÌ} "AWALNYA EMANG MEMBOSANKAN, TAPI DIHARUSKAN UNTUK DIBACA TERUS" Hati Dan Pikirannya Sangatlah Bertolak Belakang, Apalagi Dengan Tujuannya. Banyak Yang Diinginkan Oleh Aktor Muda Itu Dari Perjodohannya Dengan Seorang Gadis Sederhana Berum...