Apakah Jalan Yang Terbaik Adalah Perpisahan?
...
..
.Sudah dua hari Arasya tidak pulang kerumah setelah kemarin ia hanya datang untuk memarahi Laura lalu pergi kembali entah kemana.
Di dalam kelas, Laura hanya melamun dan tak bergairah untuk melakukan apa-apa meskipun sahabatnya sudah datang dan duduk bersama.
"Heyyy!" ujar Adami.
"Paan sih,"
"Ngelamun lo? Lamunin apaan, hutang ya?" tanya Adami nyerocos.
"Bukann. Mii," Laura melirik sekilias wajah Adami yang tampak kebingungan.
"Loh loh lohhh. Tu bibir kenapa luka?" tanya Adami.
Laura memegang ujung bibirnya yang terluka akibat tamparan keras Arasya semalam.
"Kegigit,"
"Ah masa sih kegigit, itu mah kaya kena benda asing deh. Ketampar gitu," sahut Adami.
"Eh bukan kok, ini tuh kejedot."
"Loh tadi katanya kegigit," ucap Adami.
"Nah itu maksudnya,"
Adami menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan rupanya dirinya sudah merasa ada yang aneh tentang Laura, sahabatnya ini.
Waktunya untuk pulang setelah berjam-jam menerima materi demi materi pembelajaran di sekolah. Rencananya, Laura akan diantar oleh Adami pulang ke rumah meskipun menurut Adami jaraknya sangat jauh.
"Law. Kok gue ga pernah liat Arasya sih di rumah atau jemput lo?" ujar Adami membuka suaranya setelah sebelumnya hanya suara kendaraan yang terdengar.
"Enghh dia lagi di luar. Mii, mungkin beberapa hari kedepan juga pulang."
"Oooo,"
"Gimana kehamilan lo? Keknya udah lumayan keliatan deh tar gimana dong sekolah?" ucap Adami.Laura sama sekali belum kepikiran soal itu ia lebih banyak memikirkan tentang Arasya yang sudah terlewat batas padanya.
"Masih bisa diakalin pake jaket terus pura-pura aja sakit," sahut Laura.
"Jaga ponakan gue baik-baik yee." Adami tersenyum sekilas.
Laura mengangguk dan menatap datar kedepan menyusuri pemikiran-pemikiran panjang yang ada dalam isi otaknya.
....
Di sore hari ini, Laura menikmati secangkir teh hangat yang baru saja ia buat. Pikirannya terus menerawang kedepan agar tau bagaimana dirinya bisa lepas dari rasa sakit yang dideritanya.
Rasa sakit yang dokter katakan parah beberapa minggu yang lalu malah sekarang seperti hilang digantikan sakit hatinya.
"Apa gue pisah aja sama Arasya?"
"Eishhhhshh mana boleh. Gue Laura yang kuat dan tangguh dalam menghadapi berbagai masalah, yaa jadi gaboleh nyerah doong kan."
Laura dengan cepat menepis pikiran-pikiran jeleknya tentang hubungan dirinya dan juga Arasya.
"Kalau lagi gini jadi kangen Ibu. Buu, emangnya Ibu ga kangen sama Laura ya?" lirihnya menatap langit.
"Kak... Katanya ini dosa kaka ya sama Arasya sampe-sampe dendamnya ke Adikmu ini looh," ucap lagi Laura.
"Sama Papah aku yang tercinta di atas sana. Laura juga kangen Papah yang selalu merhatiin Laura disaat Laura sedih dan bahagia,"
"Dan ...."
"M-- Ah sudahlah, Laura pokonya harus bangkit dan bahagia terus dengan caranya sendiri yaaa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktor Itu Suamiku [SELESAI]
Teen Fiction{ŚÉĹÉŚĄÌ} "AWALNYA EMANG MEMBOSANKAN, TAPI DIHARUSKAN UNTUK DIBACA TERUS" Hati Dan Pikirannya Sangatlah Bertolak Belakang, Apalagi Dengan Tujuannya. Banyak Yang Diinginkan Oleh Aktor Muda Itu Dari Perjodohannya Dengan Seorang Gadis Sederhana Berum...