Hai
.
.
.Setelah semalaman gadis berdarah Minang dan Sunda itu menangis, akhirnya ia keluar dari kamarnya menggunakan seragam putih abu yang terlihat cukup rapih.
"Kamu mau sarapan dulu?"Tanya Nisa saat melihat Laura menuruni tangga perlahan.
"Gak bu,"Jawab singkat Laura tanpa menengok sedikitpun.
"Laura mau berangkat, Assalamualaikum."Laura menyalami Nisa seperti biasanya hanya saja ia enggan untuk memandang wajah sang Ibu.
Nisa yang melihat itu langsung menghentikan langkah putrinya yang hendak pergi. "Tunggu!"Perintah Nisa.
"Kamu ini maunya apa sih, Ibu udah sabar karena kamu menolak perjodohan itu tapi sekarang apa?"Sesal Nisa pada Laura.
Laura memutar bola matanya, "Laura gak mau Ibu menerima perjodohan itu,"Tegas Laura memandang Nisa.
"Tapi Ibu sudah menerimanya."
Deg
Laura tersentak kaget mendengar perkataan Nisa hingga membuat ia ingin sekali mengeluarkan air bening dari matanya saat itu juga.
"Jelas, jelas Ibu sudah menerima perjodohan itu, sedangkan aku? Aku gatau menahu soal itu bu!"Geram Laura pada Ibunya.
"Sekarang terserah Ibu maunya apa Laura akan ikuti. Assalamualaikum,"Laura segera berlari meninggalkan rumah.
"Laura!"Jerit Nisa dengan emosinya yang menggebu-gebu.
Wanita yang kini sedang duduk dikursi bus menatap perkotaan Jakarta dengan sebuah tangisan yang meluncur cepat jatuh dari matanya.
"Apa Gue harus menerima semua ini, tapi apa alasan Gue menerima? "Ucap isak Laura sambil memandang jalanan dari dalam bus yang ia tumpangi.
Sesampainya di sekolah Laura segera masuk kedalam gedung sekolahnya melalui gerbang yang sepertinya hendak ditutup.
"Pagii neng, tumben baru dateng?"Tanya Pak Hilman selaku Satpam sekolah Bina Bangsa.
"Pagi mang, tadi macet hehe."Jawab Laura dengan senyuman khasnya yang manis.
Laura segera berlari menuju kelasnya yang berada di lantai dua bangunan sekolah. Banyak para Siswa yang sedang dilapangan dan juga para Siswi yang seperti biasa Gosip Pagi.
"Hei cantik! Loh kok baru nongol sih?"Tanya Adami saat melihat sahabatnya masuk kedalam kelas.
"Macet,"Jawab Laura singkat.
Adami yang merasakan bahwa Laura masih tidak baik-baik saja mendekat duduk disebelah bangku sahabatnya.
"Lo masih sedih karena hal kemarin?"Tanya Adami perlahan.
Mata Laura memandang Adami sekejap sebelum memposisikan kembali kearah bawah.
"Law sekarang lo bukan Laura yang gue kenal kemarin, Lo berubah."Bisik Adami.
Laura berdiri sambil menggebrak meja membuat Adami terkejut, bukan Adami saja tapi semua orang dikelas.
"Iyaaaa Gue berubah!!, Gue berubah Miii. Karena Gu.."Perkataannya terpotong karena Adami segera memeluk sahabatnya itu.
Laura menangis dalam pelukan Adami yang begitu erat.
"Tenang gak ada apa-apa kok,"papar Adami agar semua murid tidak khawatir ataupun ketakutan.
"Dan lo Duduk!"Titah Adami.
Laura masih menyisakan isak tangis meskipun air matanya sudah berhenti, ia memandang Adami dengan tatapan sendu.
"Maafin gue"Ucap perlahan Laura.
"Iya lo harus mulai belajar meredam emosi ya"Pinta Adami yang diangguki Laura.
Laura masih seperti seorang gadis pada umumnya yang mudah rapuh, tapi rasa lemahnya itu ditutupi dengan karakternya yang pemberani atau lebih ke BarBar-nya.
Memang Benar Cinta Tak Bisa Dipaksakan Karena Akan Merubah Jalan Ceritanya.
-Laura Putri Diandra-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktor Itu Suamiku [SELESAI]
Ficção Adolescente{ŚÉĹÉŚĄÌ} "AWALNYA EMANG MEMBOSANKAN, TAPI DIHARUSKAN UNTUK DIBACA TERUS" Hati Dan Pikirannya Sangatlah Bertolak Belakang, Apalagi Dengan Tujuannya. Banyak Yang Diinginkan Oleh Aktor Muda Itu Dari Perjodohannya Dengan Seorang Gadis Sederhana Berum...