20.Aktorku

405 13 1
                                    

W I I I I I H
Gakerasa Udah Sampe Chapter 20 Aja Nih
Makasiii Banyak Yang Sudah Baca Cerita Kegabutan AUTHOR Ini
....

SPESIAL 1k Pembacaaaa UPDATE Lagi... Jangan Lupa VOTE Ya..
M

M A K A S I  '1K' N Y A :)))

'..................'

Bulan telah menggantikan posisi matahari diatas langit sana. Sepi menjalar digelapnya malam hari, sama seperti hati Laura yang sepi lagi redup karena sumber kebahagiannya hilang begitu saja. Tak bisa dipungkiri lagi hatinya juga kini dibaluti rasa sesak yang teramat.

Sudah hampir lima jam Laura mengurung dirinya dalam kamar, Ia tidak mau keluar meskipun telah dibujuk oleh Arasya beberapa kali.

"Laura," panggil seseorang dari balik pintu kamar Laura yang tertutup rapat.

"Ini gue. Adami," ucap Adami yang baru saja datang kerumah sahabatnya setelah ditelfon oleh Arasya.

Ya, Arasya mencari tau nomer Adami demi Laura agar bisa makan atau setidaknya keluar dari kamarnya.

"Laura," panggil lagi Adami sambil mengetuk pintu pelan.

Cklekk..

Suara pintu dibuka dari dalam menampakan tubuh gadis berusia tujuh belas tahun dalam keadaan yang berantakan.

"Adami," ucap lirih Laura lalu memeluk sahabatnya.

"Ayo kita masuk kedalem!" ajak Adami agar Laura merasa tenang jika hanya berdua.

Arasya membalas senyuman Adami setelah itu berlalu menuju Balkon rumahnya.

"Jadi gak tega gue sama dia," Kata Arasya lirih ditemani semilir angin malam yang menenangkan.

Laura dan Adami sudah duduk di sebuah kasur king size milik Laura. Pelukannya tak lepas meski mereka sudah bersama.

"Law. Gue tau lo lagi gak baik-baik aja tapi please jangan buat orang lain khawatir yaa," bisikan Adami terdengar ditelinga Laura hingga membuat pelukannya kian terulur.

"Siapa yang khawatir sama gue Mii. Gaada," bantah Laura ditemani isak tangisnya yang masih tersisa.

Adami menghela nafasnya lalu tersenyum memandang sahabatnya, "Arasya. Dia khawatir sama lo, tadi aja sampe nelfon gue," kata Adami sambil menghapus air mata yang membasahi pipi sahabatnya itu.

"Akhh--" pekik Laura.

"Gue gak peduli soal itu. Tapi Ibuu Mii, Ibuuu. kenapa dia tega ngelakuin hal itu sama gue? Apa sekarang gue bener-bener dibuang? Apa gue beneran dijual? Ap... Hikss," pertanyaan beruntun datang dari mulut Laura.

"Sutttt, gue gak tau pasti apa tujuan Ibu lo, tapi tolong lo tetap positif thinking sama Ibu lo Law--" ujar Adami memegang kedua pipi sahabatnya.

"Dia tetap Ibu lo meskii..." kalimatnya terpotong dan Adami tidak mungkin melanjutkan perkataannya.

Laura menangis lagi untuk kesekian kalinya, Adami segera memeluk Laura sebagai cara mengurangi kesedihannya.

"Lo makan yaa, jangan kaya gini terus gue gak mau lo sakit." Final Adami dan langsung diangguki Laura lemas.

.....

Pagi harinya. Arasya yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya merasa ada hal aneh pagi hari ini. Ya, Suara Laura belum terdengar memanggil namanya.

Mengecek Laura adalah hal yang pertama Arasya lakukan karena ia tak ingin terjadi apa-apa dengan Laura di kamarnya.

"Lauraa, are you okay?" Arasya mengetuk pintu berwarna putih kamar Laura.

"Aku masuk yaa," ucapnya dengan segera masuk kedalam kamar Laura yang tidak terkunci.

Arasya melihat tubuh Laura yang masih dibaluti selimut tebal miliknya dan sesegera mungkin Arasya membangunkan Laura.

"Laura, kamu..." belum rampung ucapannya karena mata Arasya tiba-tiba terfokus pada wajah Laura yang begitu amat pucat.

"Kamu sakitt? Laura," khawatir Arasya sambil memegang kening Laura dengan telapak tangannya.

"Kita ke Dokter yaa, ayok!" ucap Arasya dan hendak menggendong Laura tapi tangannya ditahan oleh tangan hangat milik Laura.

Mata Laura terbuka perlahan meski badannya terlihat menggigil, "Gak perlu, Gue cukup istirahat dirumah aja," pinta Laura.

"Tap.." Laura langsung menggelengkan kepalanya tanda ia tak ingin dipaksa.

"Yaudah aku bakal jagain kamu hari ini," putus Arasya.

Laura mengerutkan dahinya dan tangannya meraba ke pipi Arasya dengan halus.

"Gak perlu, kamu syuting kan sekarang?" ucap Laura.

"Iya sih. Cuman aku pengen deket kamu dimasa-masa kamu sakit gini Laura," kata Arasya memegang tangan Laura.

"Ada bibi disini, kamu pergi ya!" suruh Laura pada Arasya.

"Oke tapii janji kalau ada apa-apa cepetan kasih tau aku," Arasya berdiri dari duduknya.

"Iyaaa iyaaa," jawab Laura dengan senyuman.

Arasya segera berlalu keluar dari kamar Laura digantikan oleh Bi Maé yang membawa kompresan untuk Laura.

Lagi Sakit Aja Manisnya Minta Ampun, Pengen Cepet-Cepet Nikah Deh Supaya Sesegera Mungkin Gue... Haha, -Batin Arasya berucap dan bibirnya tertarik kesamping.

Disisi lain dan tempat lain, Adami sedang mencemaskan kondisi sahabatnya itu yang belum datang kesekolah pagi ini.

"Gak biasanya deh, atau jangan-jangan..." Adami menggantungkan perkataannya.

"Ahh gak gak gak, smoga dia baik-baik aja," kata Adami menggelengkan kepalanya.

Triing..

Kak Arasya
Laura Gak Sekolah, Dia Sakit.

Oke Kak, Makasih Infonya.

Adami menghela nafasnya kasar, "Semoga cepet sembuh ya Law," harap Adami bergumam sendirian.

Didalam kelas terlihat guru yang sedang menjelaskan materi hari ini tapi pikiran Adami sedang berada ditempat lain. Ia memikirkan Laura.

"Heyy yang ada disanaaaaa," teriak bu Ai' sambil menghentakan kakinya.

Adami terkejut begitu pula dengan teman-temannya dikelas yang langsung memandang Adami kompak.

"Maaf bu, saya fokus lagi kok." ucap Adami.

"Heh lo kenapa?, mana Laura?" bisik siswa yang ada didepan bangku Adami.

"Dia sakit," jawab singkat Adami lalu segera memfokuskan pikirannya ke pelajaran yang ada didepannya.


TBC

Aktor Itu Suamiku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang