Selamat Membaca
Adami pulang dengan rasa kecewa yang menyelimuti hatinya, ia kecewa saat tau rumah sahabatnya itu telah berganti pemilik apalagi Laura tidak memberitahukan hal ini pada dirinya.
"Law kok jahat banget sih sampe-sampe gamau gue tau tentang kepindahan lo," lirih Adami menangis air matanya yang hendak terjun menyusuri pipinya.
"Gue dianggap apa sama lo sihhh," ucapnya.
Perempuan berwajah mungil itu menangis didalam mobil miliknya. Dirinya masih tidak bisa mempercayai apa yang dilakukan oleh sahabatnya sendiri.
"Kecewa banget gue sama lo. Law," gumam Adami seraya memukul stir yang ada dihadapannya.
Kini Adami hanya bisa pulang dengan tangisan yang menemaninya padahal, tujuan awal berkunjung ke rumah Laura untuk membawa Laura pergi jalan-jalan.
....
Laura masih dalam posisi yang sama dengan sebuah tangisan dan rasa marah dilubuk hatinya yang paling dalam, baru kali ini dirinya di kecewakan oleh lelaki dan itu orang yang ia sayangi.
Tatapan Laura tak lepas dari lelaki berkaos hitam dihadapannya, tatapan penuh makna yang ia lemparkan pada Arasya.
"Lo mau apaa?" tanya Laura lirih.
"Lo tau kan gue lagi hamil? LO TAU KAN SYAA!" lanjut Laura.Arasya diam seperkian detik dan menatap malas wajah Istrinya, "Gue tau," jawabnya singkat.
"Dan ini anak Looo! Ini anak lo bukan anak siapa-siapa. Syaa, apa lo masih ga percaya soal ini?" cecar Laura.
"Gue ga pernah nyuruh lo buat hamil. Laura!" tekan Arasya.
"TAPI LO YANG BUAT GUE HAMIL. ARASYAA! SAMPE-SAMPE GUE HARUS MERELAKAN MASA DEPAN GUE DEMI ANAK INI !" Laura berteriak hingga ruangan yang sempit ini bergema ditelinga siapapun yang mendengarnya.
"Elo yang buat gue gini. Loo Hikss," lirih Laura dengan suara rintihan tangisnya.
Arasya berdecak lalu mencengkram kasar wajah Laura memakai tangannya sendiri, "Ingat yaa! Hal ini gaboleh sampe terdengar kesiapapun kalau enggak ... Bayi yang dikandungan lo gue abisin," ancam Arasya dan melepaskan cengkramannya.
"Lo udah keterlaluan!" sergah Laura.
"Jangan banyak omong. Lo tinggal lakuin aja gausah protes," ucap Arasya seraya melepaskan ikatan yang mengikat tubuh Laura.
Seakan tak terjadi apa-apa Arasya merangkul Laura dan membawa ke dalam mobil.
"Gausa macem-macem yaa," bisik Arasya disamping telinga Laura.
Keduanyapun pergi meninggalkan gudang tua itu dengan santai meskipun Laura masih terdengar menangis ditempat duduknya.
Sesampainya di rumah, Arasya segera menarik tangan Laura untuk masuk kedalam rumah dan menjatuhkan tubuh Laura dilantai yang terlihat berserakan.
"Aww," rintih Laura saat tubuhnya terjatuh diatas lantai ruang tamu.
"Lo mabuk disini?" tanya Laura setelah matanya melihat sekeliling ruangan penuh dengan botol alkohol dan juga miras.
"Iyya. Kenapa? Mau marah? Ga perluu yaa, mending lo beres-beres deh gue mau tidur." Arasya meninggalkan Laura sendiri.
Laura membuang nafasnya kasar lalu berdiri untuk membuang botol-botol yang berserakan dilantai dan di meja.
"Aku takut. Buu," gumam Laura.
Pagi harinya Laura turun kebawah untuk menyiapkan sarapan paginya bersama Arasya, seakan sudah tak terjadi apa-apa Laura tetap menjalankan pekerjaannya sebagai seorang Istri.
Saat dirinya membuka kulkas ia terkejut disaat isi kulkas sudah berantakan ditambah bahan makanan untuk dimasak sudah tidak ada ditempatnya.
"Loh kemana? Apa gue belum belanja ya," ucap Laura seraya menggaruk tengkuk yang tak gatal.
Saat ini Laura hanya bisa duduk dikursi ruang makan dan memegang gelas berisikan air putih untuknya dan susu untuk Arasya.
"Arasya," panggil Laura saat melihat Arasya turun dari tangga.
"Hm,"
"Bahan masakan kita habis. Ntar gue belanja tapi uangnya gapunya," ucap Laura.
"Gausah belanja gue bisa makan diluar," sahut Arasya.
Laura mengerutkan dahinya, "Terus gue?" tanyanya.
"Up to you, yang penting gue kenyang." putusnya lalu melangkahkan kaki pergi.
Laura segera mengejar suaminya itu yang hendak keluar dari rumah.
"Anterin gue, gue ga tau jalan."
"Gausa manja lo pergi sendiri atau minta sama sahabat lo itu, dah gue mau pergi!" ketus Arasya.
Sekali lagi, Laura menghembuskan nafas kasarnya dan duduk dikursi dekat pintu keluar untuk memutar otaknya agar bisa mendapatkan cara untuk pergi ke sekolah.
"Mana hp gue rusak lagi," gumam Laura.
"Pake telfon rumah, yayaya."
Laura menekan tombol-tombol timbul yang berangka dialat telfon kabel itu ia menghubungi Adami, sahabatnya.
Hallo. Miii,
Siapa?
Gue Laura, Miii minta tolong dong. Bisa gak?
Ga Bisa, gue lagi dijalan. Tutup dulu ya,
Lo... Miii
Tut
Adami menutup telfonnya sepihak, entah mau kemana lagi Laura meminta bantuan apalagi dengan lingkungan rumahnya yang terkenal sepi seperti tak ada penghuni yang membuat dirinya semakin kebingungan untuk bisa pergi ke Sekolah, kalaupun pake kendaraan umum pasti ga akan cukup waktunya.
SEGINI DU LU YAAA
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktor Itu Suamiku [SELESAI]
Novela Juvenil{ŚÉĹÉŚĄÌ} "AWALNYA EMANG MEMBOSANKAN, TAPI DIHARUSKAN UNTUK DIBACA TERUS" Hati Dan Pikirannya Sangatlah Bertolak Belakang, Apalagi Dengan Tujuannya. Banyak Yang Diinginkan Oleh Aktor Muda Itu Dari Perjodohannya Dengan Seorang Gadis Sederhana Berum...