Happy Ending atau Sad Ending ?
...
..
."OM!?"
Tiba-tiba dadanya terasa sesak setelah melihat lelaki badan tegap itu bersama Ibunya dan dapat disimpulkan bahwa Adhi Bram Pangestu adalah Suami baru Nisa.
"Kamu kenal sama om Bram?" tanya Nisa.
Bukannya menjawab pertanyaan dari sang Ibu, Laura malah menatap tajam Bram dan Nisa secara bergantian.
"Ini siapanya Ibu?" ucap Laura untuk meyakinkan kecurigaannya.
"Ini suami Ibu, Papah tiri kamu juga sayang." sahut Nisa.
Laura menggelengkan kepalanya dengan cepat, sirna kebahagiaan beberapa detik yang lalu karena melihat suami baru Ibunya atau dikenal dengan Bram.
"Ga-ga-ga, ga mungkin. Ini bukan suami baru Ibu kan?" tanya Laura.
"Iya, ini suami Ibu. Nak,"
"Kok kalian bohongin Laura! Kenapa?" seru Laura.
Nisa dan Bram saling bertatapan sekilas tak mengerti apa yang dibicarakan oleh Putrinya yang sedang hamil muda.
"Maksud kamu apa ya?" Akhirnya Bram bersuara setelah sedari tadi diam seribu bahasa melihat anak dan Ibunya bertemu.
"Om, om ini kan Papahnya Raka?"
Deg
Apa yang dikatakan oleh Laura itu benar, Bram adalah Papah kandung dari Raka dan Bram tidak tau menahu jika Raka adalah teman dari anak Istrinya itu, Laura.
"Iya. Tapi, saya ga tau kalau kamu anak dari Istri saya," jawab Bram.
"Heuhh,"
"Kalian udah bohongin saya, ditambah dengan anak Om, Raka. Ibu juga, Ibu yang salah di masalah ini kenapa Ibu ga jujur sama aku soal pernikahan ini? Kenapa Ibu malah ninggalin aku? Kenapa Ibu gak ada satu kata perpisahanpun? Laura terpuruk Ibu, Laura sakit, Laura gak bisa hidup seperti ini, Laura masih butuh Ibu!" cecar Laura sambil menahan tangis yang hendak terjun keluar dari kedua matanya.Laura menjatuhkan keranjang yang ada digenggamannya, "Sekarang udah jelas dan sekarang Laura sangat menyesal nyari Ibu disini,"
"Laura! Ibu mau jelasin lagii sama kamu. Nak," tanpa permisi Laura segera berlari menjauh dari keduanya.
"LAURA, hiks."
Nisa menangis didalam pelukan sang Suami, ia juga menyesal karna telah membiarkan putrinya sendirian meskipun sudah bersuami, ia marah pada dirinya sendiri.
Laura masih terus berlari dengan tangisan dari matanya yang kini tersapu oleh rintikan hujan di malam hari, ia mencari tempat yang aman agar Nisa dan Suaminya itu tidak bisa menemukannya.
Tubuhnya sudah basah karna hujan, lekukan perutnyapun terlihat dari balik baju dan jaket basah yang ia kenakan. Laura menepi di sebuah gang kecil yang bersebelahan dengan Apartemen terkenal di kota Bandung.
Air matanya masih tak bisa dibendung, Laura menangis sesegukan dibalik hujan yang lebat ini.
"Kenapa gak ada yang jujur sama gue, apa karna gue anak tiri dan gak diperdulikan siapapun? Hati gue sakit."
"Gue kira lo itu baik, Ka. Tapi ternyata lo itu sama jahatnya kaya orang-orang. LO JAHAT RAKA!"
"Sekarang gue bener-bener sendirian, gue gak punya apa-apa dan siapa-siapa lagi, gue orang yang paling gak beruntung di dunia ini,"
"Gue bakal milih matii aja kalau gini, hidup gue udah terlalu menyusahkan orang lain, hidup gue penuh dengan musuh, kenapa Tuhan engkau gak cabut nyawa hambamu ini aja?"
"Sakitttt. Hiks Hiks Hiks,"
....
Sudah sejak dari pagi Arasya dan Adami tiba di Bandung. Sebelum mencari keberadaan Laura, mereka memilih untuk check-in terlebih dahulu di sebuah hotel untuk membahas kemana saja mereka akan mencari Laura.
Setelah Arasya membersihkan tubuhnya dari keringat yang menempel ia pun segera bertemu Adami di lobby hotel untuk memulai lagi pencarian di malam hari.
"Diluar hujan, cari payung dulu." Ucap Arasya.
Setelah Adami menemukan payung, keduanyapun pergi menuju mobil yang terparkir dihalaman hotel dan lalu pergi menyusuri perkotaan besar di kota Bandung.
"Kayaknya kita ke daerah ini aja dulu," tunjuk Adami menunjukan handphonenya yang tersambung ke GPS.
"Oke,"
Mereka banyak bertanya ke orang-orang yang dijumpainya dengan modal foto dari Handphone Adami. Namun, hasilnya masih tidak sesuai ekspetasi keduanya.
Akhirnya mereka terus menembus hujan lebat dengan mata yang tak lepas dari pinggir ataupun jalanan yang mereka lalui.
"Law. Gue kangen lo, ayo dong ketemu." gumam Adami.
Harapan keduanya sangat tinggi bisa menemukan Laura disini meski entah kemana tujuannya mereka akan terus mencari dan mencoba mencari tau.
"Belok. Sya,"
"Oke. Terus awasi jalanan ya, siapa tau ada orang lagi yang bisa kita tanyain atau itu orang adalah Laura,"
....
Ditempat yang sama dengan keadaan yang sama pula, Laura masih menangis duduk diatas tanah tanpa alas sedikitpun. Hujan terus mengguyur tubuhnya hingga wajahnya terlihat pucat dan badannya yang menggigil.
"Gue mau pulang tapi kenapa tubuh gue kaya yang ga mau pulang gini sih, lemes banget. Hiks,"
Rintih tangisnya masih terdengar jelas meskipun suara hujan yang terdengar lebih kencang.
"Mbak, ngapain disini?" suara seorang lelaki cukup mengagetkan Laura yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Laura takut jika suara seorang lelaki ini adalah orang jahat makanya ia belum mau melihat kesumber suara itu.
"Mbak, saya orang baik kok."
Dengan perlahan namun pasti Laura mulai membuka wajahnya dan menengok kearah kanan tepat sumber suara itu terdengar.
"Loh. Laura!?"
N E X T
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktor Itu Suamiku [SELESAI]
Fiksi Remaja{ŚÉĹÉŚĄÌ} "AWALNYA EMANG MEMBOSANKAN, TAPI DIHARUSKAN UNTUK DIBACA TERUS" Hati Dan Pikirannya Sangatlah Bertolak Belakang, Apalagi Dengan Tujuannya. Banyak Yang Diinginkan Oleh Aktor Muda Itu Dari Perjodohannya Dengan Seorang Gadis Sederhana Berum...