Happy Reading
Siang telah berganti malam, Laura kini belum tertidur karena dirinya masih harus merasakan nyeri disebagian tubuhnya dan juga rasa mual menyelimuti perutnya.
"Duhhhh," rintih Laura memegangi perutnya perlahan.
Karena tak kuat menahan rasa mualnya lagi Laura segera berlari menuju kamar mandi yang berada dibelakang bagian kasur miliknya.
Woekk
Woookk
Cairan bening keluar dengan derasnya dari mulut Laura, ia baru merasakan hal ini sepanjang hidupnya. Apakah dari faktor kehamilannya?
"Khukk, Khuk, ahhh malah jadi pusing gini lagi." Laura merintih kesakitan saat dirinya merasakan sakit yang menjalar dikepalanya.
Arasya yang sibuk dengan mengotak-atik laptopnya akhirnya terganggu dengan suara Laura dibelakangnya.
"Kenapa?" tanya Arasya.
"Mual plus pusing, Kaff." Laura menyahuti pertanyaan Arasya yang kemudian duduk dibibir kasur dikamarnya.
Laura menunduk menatap keujung jari-jari kakinya dan Arasya mulai mendekati Laura seraya mendaratkan tubuhnya dipinggir Laura.
"Syaa," panggil Laura sebelum Arasya membuka topik pembicaraan. Mungkin inilah waktu yang tepat untuk memberitahukan Arasya mengenai kehamilannya.
"A-aku mau bilang sesuatu sama kok. Ini kabar bahagia buat kita," ujar Laura.
Arasya mulai tertarik dengan pernyataan Laura tadi dan mulai memfokuskan kedua telinganya untuk mendengar kabar yang katanya baik itu.
"Apa?" tanya Arasya singkat.
"A-aku H-h ... H-hamil, Kaff." terang Laura.
Arasya bangkit dari posisi duduknya dan menatap Laura tak percaya, "Hamil? Kamu hamil?" tanyanya memastikan hal yang baru ia dengar.
"Iya. Nih buktinya," sahut Laura seraya mengeluarkan sebuah stik bernama Testpack dengan garis dua.
Arasya segera melihat hasilnya itu dan benar saja, Laura hamil.
"Ini anak siapa?" tanya Arasya dengan wajah yang datar.
Laura menatap bingung mendengar pertanyaan lucu dari suaminya itu, "Lah anak kamu dong. Kan kamu suaminya," jawab Laura.
"Anak akuuu? Hehe," kekeh Arasya seraya membalikan badannya kearah Laura yang sedang duduk.
"BARU DUA KALIII !!"
"KENAPA BISA HAMIL?"
"ATAU JANGAN-JANGAN KAMU MAIN SAMA COWO LAIN SELAIN AKU, KAN?"
Teriakan Arasya mampu membuat Laura terdiam kaku, Laura merasa Arasya yang sekarang bukanlah Arasya yang dulu yang baik dan penyabar.
"Hikss. Kenapa bentak aku?" rengek Laura.
"GAUSAH NANGIS DAN AKU GA PERCAYA ANAK YANG DIKANDUNG KAMU ITU ANAK AKU!" bentak Arasya seraya melemparkan hasil tes kehamilan Laura ke sembarang arah.
"Kemarin malam saat acara itu kamu tiba-tiba hilang, kemana? Lalu tiba-tiba ada di rumah sakit dibawa seorang cowo. Haa?" Arasya menatap tajam Laura seraya mencengkram pipi Laura dengan satu tangannya.
"Kamu udah ngehianatin pernikahan kita, Law. Apa karna pernikahan kita dijodohin dan hal itu buat kamu jadi semena-mena kaya gini?" ucap Arasya dengan melempaskan cengkramannya dengan kasar.
"Hiks, Hiks, Hiks. A-aku ga seperti apa yang kamu bilang, aku juga ga ngehianatin pernikahan kita. Syaa," kata Laura dengan suara yang bergetar akibat tangisan dan juga rasa takut.
Arasya masih dengan posisi yang sama menatap Laura dengan setajam-tajamnya hingga Laura tak berani menatap balik kearah suaminya itu.
"Liat sini!" titah Arasya memaksa wajah Laura menatap dirinya.
"Kalau belum ada bukti konkrit tentang kandungan itu Aku gak akan pernah anggap bayi itu ada!" ancam Arasya yang kemudian pergi keluar dari kamar.
Brakkk
Suara pintu tertutup keras akibat dari ulah Arasya. Kini Laura hanya bisa menangis karena ketidak percayaan seorang suami pada dirinya.
"Aku gak sebejad ituuu, Aku gak pernah ngelakuin hal yang lebih sama lelaki lain diluar sana, A-aku ga per -- Hiksss,"
Laura terus menangis ditengah kesendiriannya didalam kamar hingga tengah malam dan Arasya belum kunjung kembali kedalam kamar.
Setelah cukup tenang, Laura keluar dari kamarnya untuk mencari keberadaan Arasya yang entah ada dimana saat ini.
"Kemana dia?" cari Laura dengan memasuki ruang demi ruang yang ada dilantai atas.
Dilantai atas dirinya tak menemukan keberadaan Arasya, kini Laura menuruni tangga untuk mencari keberadaan Arasya dilantai bawah.
Mata Laura tertuju pada satu titik dan pandangan matanya itu mengarah ke tubuh Arasya yang sedang berbaring disofa panjang ruang tengah. Entahlah padahal ada satu kamar lagi dilantai bawah tapi, Arasya memilih tidur disofa dengan keadaan yang kedinginan.
"Arasya?" panggil Laura perlahan.
Tak ada respon dari suaminya itu, Laura yang melihatnya merasa kasian ditambah cuaca hari ini cukup dingin.
Laura segera mengambil selimut di dalam kamar dilantai bawah.Selimut yang dibawa Laura mulai menutupi perlahan sebagian tubuh Arasya. Saat setelah hendak selesai tiba-tiba saja tangan Laura dicengkram kuat oleh tangan Arasya.
"Akhh, s-sssakittt." rintih Laura kesakitan.
Arasya terbangun dari tidurnya dan kini sedang menatap sinis kearah Laura.
"M-maaf. S-saakiit syyaaa," kata Laura sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Laura.
"JANGAN DEKET-DEKET GUE DULU DASAR PEREMPUAN MURAHANNN!" teriak Arasya dan....
Brakkk
Arasya mendorong tubuh Laura hingga terjatuh kelantai ditambah dengan sebuah benturan kuat ke tangan Laura."Awww," pekik Laura.
"Kenapa kamu jadi giniii! Apa salah akuuu, Apaaaa?" Laura sedikit meninggikan suaranya.
Arasya melangkahkan kakinya mendekati Laura yang masih terduduk dilantai.
"Denger yaaa, aku berubah karna kamuuu! Karna kamuuu Laura!" bentak Arasya.
Laura yang mendengar bentakan hingga teriakan Arasya mulai kembali menjatuhkan air bening dari kedua matanya.
"Hikss, Kamu berubah."
"BERISIK! GAPERLU NANGIS DIDEPAN GUE!" teriak Arasya.
"MASUK KAMAR!" titah Arasya.
Laura hanya bisa menurut dan pergi kembali kedalam kamarnya yang berada diatas dengan posisi sedang menangis.
Bayangan-bayangan tentang masa lalunya mulai muncul kembali didalam pikiran Laura, rasanya sakit jika harus dibentak ataupun tak dipercayai oleh orang yang Laura sayang.
"Arasyaa. Kenapa dengan kamuu, sayang?" gumam Laura seraya memeluk guling yang berada disebelah tubuhnya.
....
Udah Pada Tau Kannn Sikap Arasya Sekarang, Belum Tau Tapi Kan Kenapa Arasya Bisa Berubah?
..Yok NeXt
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktor Itu Suamiku [SELESAI]
Teen Fiction{ŚÉĹÉŚĄÌ} "AWALNYA EMANG MEMBOSANKAN, TAPI DIHARUSKAN UNTUK DIBACA TERUS" Hati Dan Pikirannya Sangatlah Bertolak Belakang, Apalagi Dengan Tujuannya. Banyak Yang Diinginkan Oleh Aktor Muda Itu Dari Perjodohannya Dengan Seorang Gadis Sederhana Berum...