9.Aktorku

594 19 1
                                    

Sampailah kedua gadis cantik berbeda karakter itu disebuah Cafe yang sudah tak asing bagi mereka. Ya, Cafe Pemuda.

Mereka menduduki kursi Cafe dibagian sudut agar tidak merasa terganggu dengan lalu lalang para pengunjungan Cafe.

"Lo mau ngapain ajak gue kesini?" Tanya Laura menatap tajam Adami yang berada didepannya.

"Gue lapar mau makan dulu," Ucap Adami tak merespon pertanyaan sahabatnya,lalu ia memanggil pelayan dengan mengangkat tangannya.

Laura mendengus kesal karna waktu rebahannya harus tersita karena ajakan mendadak dari sahabatnya.

"Please mii, sekarang aja ya?" Laura menyatukan kedua telapak tangannya seraya memohon.

"Okay--" Ucap Adami memandang Laura lebih dekat.

"Gue mau tanya soal kedekatan Lo sama Aktor yang lo benci itu," Lanjut Adami.

Laura mengerutkan keningnya lalu berkata, "Arasya maksud lo?" Tanya Laura bingung.

Sedangkan Adami hanya merespon dengan anggukan kecilnya.

"Gue sebenernya mau cerita ini besok tapi yasudahlah gue jelasin sekarang," Sahut Laura membalas pandangan serius Adami.

"Eh makasi ya Mas,"

"Sama-sama Kak." Jawab pelayan yang memecah suasana keserius antara Laura dan Adami.

"Lanjut!" Pinta Adami sambil memasukan makanan kedalam mulutnya.

"Gue gak tau bahwa Arasya itu--" Ucapan Laura terpotong.

"Jodoh yang Ibu Gue kasih," Lanjut Laura lalu menunduk sedih.

Adami yang mendengar hal itu langsung mengelus pundak sahabatnya yang sedang bergetar karna air bening jatuh tanpa aba.

"Gu-gue sebenernya gamau Mii, tapi lo tau kan cerita dibalik ini semua, Hiks." Ucap Laura dengan isakan tangisnya.

"Gue ngerti Law lo gausah nangis kaya gini dong, Gue jadi gak tega kan," Lirih Adami sembari berpindah tempat duduk menjadi disebelah Laura.

"Apa Arasya baik Mii?, apa dia gak akan nyakitin gue?, ap..." Pertanyaan bertubi-tubi muncul dari mulut kecilnya Laura.

"Sutt Gue yakin dia baik kok, kalau dia jahat sama lo, bilang sama Gue!" Tekan Laura memotong pembicaraan.

Laura memandang sendu Adami, lalu memeluk Adami erat sambil mengusap-usap punggungnya.

"Semangat sayangnya akuuuhhh," Seru Adami melepaskan pelukannya lalu memegang kedua pundak Laura.

"Makasih pengertiannya, gue kira lo bakal cemburu hehe," Gumam Laura tersenyum pada Adami.

"Gak lah demi lo dan keluarga. Gue ikhlas deh idola gue diembat sama Lo," Jawab Adami dengan tawa khasnya.

....

Mobil Adami sudah mulai menghilang dari pandangan mata seorang Laura, sebelum ia masuk kedalam rumahnya sesekali menyapa tetangga rumahnya dengan senyuman.

"Assalamualaikum," Laura menoleh ke sumber suara yang berada dibelakangnya saat ini.

"O-om Thomas?" Kata Laura kaget lalu beralih pandangan kepada seorang pria muda disebelahnya.

"Arasya?"

"Iyaa, kami kesini mau bertemu sama lo dan Ibu," Jawab Arasya To The Point.

"Silahkan!" Suruh Laura dengan sopan.

Laura masuk kedalam rumah lalu mempersilahkan Thomas dan Arasya untuk duduk terlebih dahulu.

"Silahkan duduk, saya mau panggilkan Ibu dulu," Kata Laura yang langsung diangguki oleh Thomas.

Jantung Laura tiba-tiba berdegup kencang karena apa? Karena ia takut waktu yang ia cemaskan akan segera datang di kehidupnya.

Nisa lalu menemui Thomas dan Arasya yang berada di ruang tamu rumahnya tak terkecuali dengan Laura yang masih berdiam diri ditempatnya.

"Laura sayangg, sini nak!" Panggil Nisa sedikit mengeraskan suaranya.

"Iya Bu," Laura lalu duduk disebelah sang Ibu.

"Ada apa ya tuan Thomas dan kamu Arasya datang kemari?" Tanya Nisa dengan senyuman.

Laura masih terus menunduk tak berani untuk memandang kedua orang yang ada didepannya.

"Maaf jika mengganggu istirahat Ibu--" Ucap Arasya dengan penuh kesopanan.

"Saya dan Papah saya kesini untuk melamar dan membahas pernikahan saya dengan Laura," Lanjut Arasya dengan penuh keyakinannya.

Deg..

Jantung Laura terasa berdegup kencang disaat mendengar tujuan Arasya dan Thomas datang kerumahnya.

"Apa gak kecepetan Sya?" Tanya Laura yang sedari tadi hanya diam menunduk.

"Se.." Perkataan Arasya terpotong.

"Lebih cepat lebih baik nak, betul kan?" Jawab sang Ibu antusias.

"Iya apa yang dikatakan Ibu kamu betul," Setuju Thomas.

Laura saat ini sudah kehilangan kata-kata lagi, apalagi sang Ibu yang terlihat senang dengan hal berbau pernikahan Putrinya.

"Baik saya terima lamarannya, lalu?" Mantap Laura menjawab semuanya secara cepat.

"Alhamdulillah, lalu kita bahas kapan dilaksanakannya ya bu," Pandangan Thomas beralih pada Nisa.

"Iya" Jawab singkat Nisa mengangguk.

"Kapan kira-kira?" Tanya Arasya mengedarkan pandangannya.

...

UHUYYYYY
KAPAN kira-kira yaaaa...?
Ada Yang Mau Diundang Ke Pernikahan Laura Dan Arasya Gak?

Aktor Itu Suamiku [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang