Ciee Ciee Ciee Udah Sampe 30
....
Lanjut Kuyyy!!Waktu hidup bagian Sekolah telah usai, waktunya Laura pulang ke rumah diantar oleh sahabatnya, Adami.
"Mii. Makasih ya udah mau nganterin, lo gak mau mampir dulu gitu?" tanya Laura sebelum dirinya keluar dari mobil milik Adami.
"Kapan-kapan aja, gue gak mau ganggu orang yang lagi bucin-bucinnya," sahut Adami seraya terkekeh kecil.
"Dih. Gaje lo,"
Laura keluar dari mobil Adami dan masuk kedalam rumahnya dengan keadaan seragam putih yang masih kotor.
"Ass ...."
"Arasya?" lanjut Laura setelah ucapannya terpotong karena melihat Arasya yang keluar dari dalam rumah."Kok udah pulang?" tanya Arasya lalu matanya melihat kearah noda yang ada dibaju Laura.
"Kenapa kotor?" tanyanya lagi.Laura memanyunkan bibirnya, "Ketumpahan air ketuban," jawab asal Laura.
"Hah. Udah hamil? Anakku?" ucap polos Arasya dengan pandangannya beralih ke perut datar Laura.
Laura mendengus kesal, "Gila aja. Dahlah gue mau masuk." Laura segera masuk kedalam tanpa memperdulikan suaminya yang masih dalam rasa kebingungan.
....
Matahari semakin tenggelam diatas langit sana dan bergantilah dari terang menjadi gelapnya malam.
"Wushhhh,"
Brakk...Arasya menjatuhkan tubuhnya diatas kasur dengan posisi tengkurap, sedangkan Laura memekik kesal karna belajarnya terganggu akibat goyangan kasur yang diakibatkan oleh suaminya itu.
"Kaya bocil," ketus Laura.
"Biarin."
"Law?" panggil Arasya dengan nada bicara lebih lembut.Laura tak memperdulikan panggilan itu, malah semakin larut dalam belajarnya. Arasya mendaratkan kepalanya diatas buku atau lebih tepatnya diatas paha Laura.
"Heshhh, kenapa sihh. Ganggu aja!" kesal Laura.
"Mau lagi dong," nada bicara lelaki itu semakin terdengar manja ditelinga Laura.
"Suaranya gausa gitu, gue jijik. Kalau lo mau lagi tinggal ambil di kulkas, kan gampang," ujar Laura.
Arasya menekukan bibirnya kebawah, "Bukan ituuuuuu, anuu loh." sahut Arasya.
Laura menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya kasar, "Terus apa? Udah ah gue mau tidur. Awas-awas," ucap Laura seraya menyingkirkan kepala Arasya.
"Dih. Awas ye kau," ancam Arasya.
"Ah sudahlah, buat kopi sendiri aja." final Arasya lalu melangkahkan kaki keluar kamar.Pagi ini, di sekolah yang tercinta Bina Bangsa semua murid yang tergabung di organisasi siswa lagi berbaris di lapangan untuk mendapatkan arahan dari wakil kepala tentang acara tahunan kali ini.
Sedangkan dua perempuan yang berstatus sahabatan sedang berdiri diatas menatap anggota Osis yang ada di lapangan.
"Liat deh siii Arka. Manusia idiot malah cengar-cengir gitu. Hehe," celetuk Laura menunjuk Arka, Ketua Osis Bina Bangsa.
"Heh jangan gitu, itu kan manusia yang selalu ngejar-ngejar lo dari kelas satu," timpal Adami.
Laura menatap Adami sinis yang membuat siapapun menjadi takut jika di tatap seperti itu oleh Laura.
"Maap-maap,"
Mulai hari ini hingga acara puncak seluruh murid tidak akan ada kegiatan didalam kelas atau lebih jelasnya tak ada pelajaran. Hal ini membuat para cowo bermain apapun yang bisa dimainkan di sekolah ini dan cewenya lebih banyak menggosip di kantin.
"Ngantin yuk!" ajak Adami.
"Gue mau ke kelas dulu bentar. Lo duluan aja," sahut Laura.
Laura segera masuk ke kelasnya untuk mengambil sesuatu didalam tasnya, sedangkan Adami pergi menuju kantin.
Saat Laura sibuk mencari dompetnya, "Law," panggil seseorang dibelakang sana.
Laura segera membalikan badannya dan melihat seorang lelaki tinggi juga berpakaian tak karuan sedang menatap tubuh gadis itu.
"Raka?" ucap Laura.
"Haii," sapa Raka dengan wajah yang terlihat bahagia.
"Gausah sok manis lo, ngapain?" tanya ketus Laura.
Tiba-tiba saja Raka menjatuhkan tubuhnya didepan Laura dan mengeluarkan bunga mawar dari belakang tubuhnya.
"Ngapain sih?" tanya Laura bingung.
"Law, gue mau jujur masalah perasaan gue. Gue cinta sama lo, lo mau kan jadi pacar gue?" ungkap Raka.
Laura masih tak percaya dengan apa yang dilakukan temannya itu dan menurutnya ini aneh.
"Lo sehat, kan?" tanya heran Laura.
Raka mengangguk, "Gimana, mau?"
"Duh ... Sorry ka, gu ..." belum selesai menjawab tangan Laura sudah ditarik oleh Adami keluar kelas dengan cepat.
Raka lalu berdiri dan menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Huffftt. Gagal lagi," keluh Raka.
Diluar sana Adami membawa Laura turun kebawah dan menepi di taman samping sekolahnya.
"Ngapainnnn?" ucap Laura menghentikan langkahnya.
"Inget Law, lo itu udah punya suami." ujar Adami.
"Dih, gue inget kaliii. Gue juga bakal nolak si Raka itu," jawab Laura.
Adami terkekeh saat mendengar jawaban dari sahabatnya, "Maap atuh ya, kirain bakal nerima gitu aja."
"Ah gelo, sakit nih tangan gue."
"Maap-Maap,"
Akhirnya Laura dan Adami pergi ke tempat yang sudah direncanakan awal tadi, yakni kantin.
"Si Laura Makin Kurang Ajar!"
...
Spoiler :
Ada Masalah L A G I Nihhh...!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktor Itu Suamiku [SELESAI]
Teen Fiction{ŚÉĹÉŚĄÌ} "AWALNYA EMANG MEMBOSANKAN, TAPI DIHARUSKAN UNTUK DIBACA TERUS" Hati Dan Pikirannya Sangatlah Bertolak Belakang, Apalagi Dengan Tujuannya. Banyak Yang Diinginkan Oleh Aktor Muda Itu Dari Perjodohannya Dengan Seorang Gadis Sederhana Berum...