.......
......
.....
....
...
..
.
.
.Arasya melangkahkan kakinya dengan cepat masuk kedalam ruangan Laura setelah barusan ia membeli buah-buahan untuk Istrinya itu.
"Halooo sayang," sapa Arasya seraya membuka pintu.
Wajah pucat Laura membalas senyuman Arasya, ia senang bisa bertemu kembali dengan sang Suami setelah sekian lama tidak bertemu.
"Kamu baik-baik aja kan? Aku kira kamu bakal ninggalin aku, takut banget." Arasya dengan nada manjanya dalam berbicara.
"Baik kok, anak-anak kita juga baik tuh"
Arasya mengerutkan dahinya lalu melihat kearah samping ranjang tidur Laura, sepasang bayi lucu yang sedang tertidur pulas.
"Itu bayi kita? Kembar?" ujar Arasya senang. Arasya dengan cepat menghampiri kedua bayi kembar berjenis kelamin berbeda.
"Lucu banget anak Papah. Ya," pujinya.
Laura tersenyum, "Aku belum kasih nama bayi cowonya tapiii, aku udah kasih nama bayi cewenya. Hehe,"
"Siapa namanya?" tanya Arasya.
"Emhh... Syafazea Putri Kaf"
"Bagus gak?""Bagus banget! Ada nama kamu sama nama aku juga hehe," puji Arasya.
"Yaudah yang cowo aku kasih nama, Rayman El Kaf, gimana?"
"Setujuu!!"
"Jadiii anak-anak kita ada Syafazea dan Rayman," setuju Laura penuh kebahagiaan.Arasya menatap wajah pucat Laura lalu menghampiri Istrinya dan memeluk erat tubuhnya.
"Makasih ya dan maafin semua kesalahan aku," bisik Arasya dalam pelukannya.
Laura melepaskan pelukan Arasya, "Aku udah maafin aku. Sayang, aku juga minta maaf sama kamu karena udah ninggalin kamu sampe sini. Maafin,"
"No kamu ga salah, aku disini yang salah, aku yang salah."
Laura tersenyum manis, "Kita sama-sama salah dan harus saling memaafkan,"
"Arasya,"
"Iyaa sayang?" sahut Arasya.
"Aku titip kedua anak ini, sayangi mereka seperti kamu sayang diri kamu sendiri dan juga aku,"
"Pastii sayang, pasti."
"Kita gedein mereka bareng-bareng. Ya?" sahut Arasya penuh harap.Senyuman, hanya senyuman yang terukir dari bibir pasi Laura. Laura berharap jika suaminya ini berubah dan menjadi Ayah yang baik untuk Putra Putrinya.
Arasya, mata lelaki itu tampak berbinar seperti seseorang hendak menangis. Ia tak menyangka bahwa di usia mudanya dirinya sudah menjadi seorang Papah dan pemimpin dikeluarganya.
"Laura,"
"Apa?" jawab Laura.
"Aku sayang kamu, jangan tinggalin aku ya?"
"Syaa. Di dunia ini ga akan ada yang kekal semua pasti akan pergi ketempat yang semestinya, kalaupun nantinya aku pergi kamu harus ikhlas begitupun sebaliknya," jelas Laura menatap sendu ke arah wajah suaminya itu.
"Tapi aku ga mau, kamu pergi aku juga harus ikut. Aku ga mau menyia-nyiakan lagi kesempatan yang Tuhan berikan,"
"Lalu gimana dengan mereka?" Laura melirik sekilas ke kedua anaknya. "Mereka butuh sosok orang tua, kalau gaada dua-duanya kan kasian," lanjutnya.
"Tapi..."
"Gada tapi-tapi," sela Laura.
Arasya menghembuskan nafasnya, memang benar apa yang dikatakan oleh Laura tadi, hidup di dunia gaada yang kekal dan semua pasti akan merasakan kehilangan cepat atau lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aktor Itu Suamiku [SELESAI]
أدب المراهقين{ŚÉĹÉŚĄÌ} "AWALNYA EMANG MEMBOSANKAN, TAPI DIHARUSKAN UNTUK DIBACA TERUS" Hati Dan Pikirannya Sangatlah Bertolak Belakang, Apalagi Dengan Tujuannya. Banyak Yang Diinginkan Oleh Aktor Muda Itu Dari Perjodohannya Dengan Seorang Gadis Sederhana Berum...