#8. Sesuatu Yang Tidak Bisa Dibeli Dengan Uang

1.4K 119 1
                                    

•<☆>●[◇]•°•♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


<☆>

[◇]

°

Sekala dan Segara tengah mondar-mandir di gerbang sekolah menunggu kedatangan Dara. Dari semalam, mereka tidak bisa menghubunginya sama sekali. Keduanya berpencar, ke tempat-tempat di mana biasanya Dara menenangkan diri, tapi nihil.

Keluarga juga begitu khawatir, terutama Rossie. Demi menenangkan wanita paruh baya itu, Jason dan Maxim harus berbohong dan mengatakan kalau Dara menginap di rumah Griya Samudera.

Gerbang sebentar lagi akan ditutup, tapi gadis itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Sekala bahkan rela melanggar aturan yang dia buat dengan tetap membuka gerbang lima belas menit lebih lama demi menunggu kedatangan Dara.

BREM BREMM

Suara motor itu mengalihkan atensi mereka. Dara datang. Meski kehadirannya sudah terlambat.

"Muter berapa kali?" tanyanya pada Sekala tanpa melirik laki-laki itu sedikitpun.

"Kamu nggak us-"

Dara berjalan mendatangi Edgar sebagai ketua Osis yang tengah menjabat. "Gue muter berapa kali?" Edgar bingung harus menanggapi apa. Dia mengkode pada Sekala agar dia saja yang memberi hukuman untuk Dara.

"Telat sepuluh menit. Muter sepul-" Lagi-lagi Sekala tidak melanjutkan ucapannya, Dara sudah pergi lebih dulu menuju lapangan. Gadis itu mencepol rambutnya, lalu melempar tasnya asal ke tanah berpaving itu.

Sepuluh putaran Dara laksanakan tanpa protes dan keluhan sedikitpun. Selesai berlari, dia menyambar tasnya tanpa mau melirik pada Segara dan Sekala yang berdiri di sana dengan air putih di tangan. Sia-sia mereka menunggu Dara, karena gadis itu berjalan begitu cepat masuk ke dalam kelas.

Suasana kelas yang tengah ramai mendadak hening dengan kedatangan Dara. Pelajaran belum di mulai karena guru sedang melaksanakan rapat bersama komite sekolah.

Semalam, Sekala sempat mengatakan kepada Rendi tentang kepergian Dara. Dia bahkan membuat group chat khusus tanpa Dara agar gadis itu tak merasa berhutang budi karena di cari.

Sayangnya, Dewa yang menemukan Dara tidak memberi tahu pasal keberadaan gadis itu pada siapapun. Dewa paham, ada kalanya seseorang memang tidak ingin di ganggu. Dan dara membutuhkan itu.

Rendi mengkode teman-temannya agar bersikap seolah tidak tahu apa-apa. Merekapun kembali ramai dan melanjutkan aktifitas seperti sebelumnya.

"Dewa," panggil Dara setelah mendudukan dirinya di kursi.

Dewa yang tengah bercanda dengan keempat sahabatnya di bangku belakang menoleh. Menghampiri gadis yang menyebut namanya tadi.

"Makasih buat semalam. Lo mau apa, biar gue balas. Gue nggak mau hutang budi ke lo!"

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang