54. Pulang

1K 95 10
                                    

Selamat malam...

Happy new year all 🎉🎉🎉

Yang mau malam mingguan jangan lupa jaga protokol kesehatan. Yang di rumah aja, selamat ber-rebahan😁😁

Jangan lupa 🌟 ya ....

"Coba kalo suara lo masih ada, pasti sekarang lo lagi bawel sambil pukul lengan gue. Ga, jangan pulang ... sini aja ....!" ledek Segara.

Benar kan, Dara memukul lengan Segara keras-keras agar dia berhenti meledeknya. Matanya masih sembab dan dia dipaksa tertawa dengan hiburan disertai nyinyiran ala kadarnya dari Segara.

"Tuh kan! Tangan lo terbuat dari apa si, sakit tau!" Segara mengeluh mengusap lengannya. Dara acuh, mengatakan bodo amat tanpa suara.

"Ya udahlah gue pulang. Takut ketinggalan pesawat. Inget jangan kelamaan main gerimisnya!" Mengusap kepala Dara, Segara pergi.

Dara yang berdiri hendak melihat Segara dari atas berpaling atensi saat mendapati ponsel milik cowok itu yang tertinggal di sofa. Segara pasti baru sampai loby, Dara berlari, masuk ke dalam lift pibadi. Semoga saja Segara masih di sana.

Pintu lift terbuka. Berlari semakin kencang, ternyata motor Segara sudah berjalan keluar area hotel dan mulai masuk ke jalanan besar menyatu dengan pengendara lain.

BUGHH

PYAARR

Bunyi itu, bunyi yang sama seperti saat Dara menabrak dan membuyarkan gelang milik Luna. Hanya saja dentumannya kali ini lebih keras. Bukan hanya Dara, Nana beserta karyawan hotel yang mendengar bunyi itu berlari ke area jalanan besar.

Ponsel Segara yang berada digenggaman jatuh. Dara menutup mulut tak percaya. Segara sudah terkapar di lantai beraspal berjarak lima meter dari motornya yang sudah hancur berserakan.

Segara terpental, setelah dia dan motornya ditabrak lari oleh sebuah mobil.

Tangis Dara pecah, dia berlari menghampiri Segara yang kepalanya sudah berlumuran darah. Dia masih tersadar. Masih bisa tersenyum tipis pada Dara.

Memangku kepala Segara, Dara menepuk pelan pipinya sebagai pengganti panggilan yang tidak bisa dia lakukan. "Jangan nangis, kali ini gue larang lo." Suara Segara begitu lirih, hampir tak terdengar ditambah suara bising pengendara lain yang masih berlalu lalang. Tangannya mengulur hendak menyeka air mata gadis itu. Dara menggenggamnya, membantu mengarahkan pada pipinya.

"Ra, gue kangen banget denger suara, lo. Gue kangen bawelan lo. Nanti kalo sembuh, panggil gue ya?" Dara mengangguk, mengatakan kata pasti sembari memaksa senyum.

"Sa-sakit, Ra," rintihnya. Dara berkata lagi, menanyakan bagian mana yang sakit.

Segara mengenggam tangan Dara dengan kedua tangan. "Se-semunya. Lo mau sembuhin?" Lagi-lagi Dara mengangguk.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang