•
<☆>
●
[◇]
•
°
•
♡
Sinar Mentari yang begitu terang kini mulai terasa panas untuk Dewa dan Dara. Dua menit yang diucapkan berakhir menjadi sepuluh menit. Total lima belas menit mereka saling berpelukan dalam diam. Beberapa peluh sudah menetes bersama dengan hati mereka yang kian menghangat. Gundah gulana yang menimpa keduanya sirna.
Cukup untuk kali ini. Mereka berdua menuruni tangga yang sedikit kotor terkena debu dan asap kota Metropolitan. Tempat ini terlalu jarang disinggahi sehingga mang Diki yang bekerja sebagai pembersih sekolah hanya membersihkan asal. Itupun hanya sekali atau dua kali dalam seminggu.
"Loh, kalian?!"
Dara yang berada di depan tersentak kaget saat melihat Larra di ujung tangga paling bawah. Larra menatap keduanya dengan tatapan curiga. "Habis ngapain, kok berdua-duaan?"
Dewa yang berada di belakang Dara maju ke depan. "Berjemur. Dara kurang vitamin D," jawabnya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Dewa menatap Larra dengan wajah datar dan tatapan sinis.
"Hmm kok Larra nggak percaya ya. Ka-"
"Bel udah bunyi, kamu masuk aja sana ke kelas. Nanti gurunya marah," ujar Dara menyela Larra.
"Oh ya. Kalo gitu aku pergi dulu. Bye-bye." Larra melambaikan tangan dengan senyum cerianya.
Akhirnya Dara bisa menghembuskan napas lega. Dewa yang berada di sampingnya tertawa lirih melihat wajah Dara yang semula tegang menjadi rileks kembali. Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke kelas dengan Dara yang masih memimpin di depan.
Tatapan curiga mengawali kedatangan mereka berdua di ambang pintu kelas. Apalagi anak-anak ROABIGON yang berada di barisan belakang, tak hentinya mereka menatap dengan senyuman meledek untuk keduanya.
Jika ditanya mereka tau atau tidak, jawabannya adalah tau. Mereka terlalu setia kawan dengan Dewa, jadi tidak akan ada yang membuka mulut bahkan jika suatu saat ada yang memaksa mereka untuk memberi tahu.
Dara memasang wajah datar dan terus berjalan menuju bangkunya, begitu pula dengan Dewa. Hal itu membuat mereka yang tadinya curiga menjadi bodo amat dan melanjutkan aktifitasnya masing-masing.
"15 menit, Bos. Udah tembak lah si Dara," bisik Joko di telinga Dewa.
"Kalo bisa, udah gue lakuin!" jawab Dewa tanpa menoleh.
***
"Kak Dara ...!!" Entah sejak kapan Larra sudah berada di luar kelas Dara. Sesaat setelah bu Dita keluar, dia langsung masuk dan menyapa Dara dengan teriakan tiga oktafnya.
"Aku belum percaya sama jawaban kak Dara. Tadi pas istirahat pertama kalian berdua habis ngapain di rooftop?" tanyanya dengan suara yang ditinggikan. Sontak semua orang melihat ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada(Ra)Dewa [END]
Teen FictionAdara Mesha Batari, gadis cantik yang tumbuh bersama dengan trust issue. Kebohongan dan kemunafikan yang ia dapat di masa lampau berubah menjadi akar kepahitan yang menggerogoti hatinya. Dia selalu melihat dunia begitu jahat. Ketulusan orang-orang d...