•
<☆>
●
[◇]
•
°
•
♡Ditemani langit malam Jakarta, Dara, gadis itu kini masih berada dalam dekapan hangat Dewa. Mereka berdua tengah berada di D&D rooftop house Dara. Dewa yang menghubungi Dara untuk menanyakan sesuatu, teralihkan niatnya setelah mendengar suara sesenggukan dari gadis itu.
Terdengar lucu, tapi Dara dengan polosnya meminta dipeluk oleh Dewa. Mungkin bagi Dara pelukan itu hanyalah pengganti pelukan dari ayahnya. Tapi tidak dengan Dewa, jantungnya sudah berdetak tidak karuan. Entah Dara sadar atau tidak.
"Ra, lo nggak mau lepas ini?" tanya Dewa.
"Nggak. Gue kangen ayah. Bentar lagi, Wa. Please." Dara mendongakkan kepalanya, memohon pada Dewa. Wajahnya terlihat begitu menggemaskan jika dilihat sedekat itu.
Dewa tersenyum. "Hmm, lo boleh peluk semau lo."
Dara tersenyum puas dan langsung menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Dewa. Ingin rasanya laki-laki itu berteriak. Dara mempunyai sisi polos yang benar-benar berbanding terbalik dengan sikap dingin sebelumnya. Dewa hanya memaklumi karena Dara bilang dia belum pernah jatuh cinta.
Pada awalnya Dara meminta Dewa untuk datang ke rumahnya. Tapi apa kata orang nanti. Belum lagi rumah Sekala yang berada di sebrangnya. Dewa tidak ingin Dara dianggap aneh-aneh. Tempat terbaik adalah di sini, di rooftop yang jauh dari jangkaun orang-orang. Lagi pula mereka berada di luar, tidak masuk ke dalam rumah.
"Gue nggak tau kenapa pelukan lo bener-bener semirip itu rasanya sama pelukan ayah. Padahal ada om Maxim, ada om Jason, ada Sekala ada Segara juga. Tapi rasanya beda. Nggak senyaman ini," cicit Dara.
Segara. Dewa mendadak muram mendengarnya. Berarti selama ini Dara dan Segara sering berpelukan.
"Ra, lo tau nggak sih. Kaya gini bisa bikin orang salah paham." Entah kenapa nada suara Dewa seolah menunjukkan kekesalan.
Dara melepas pelukannya. "Gue nggak sepolos itu, Wa. Gue tau gue nggak boleh sembarangan peluk orang. Sorry, kalau gue lancang."
"Segara? Lo sering pelukan sama dia?" tanya Dewa penasaran.
Dara menggeleng. "Gue sama dia cuma sahabatan. Gue tau batasan. Dia peluk gue paling beberapa kali doang. Itupun buat nenangin gue dan jarang juga gue bales."
Cowok itu tersenyum. Ada sedikit kelegaan di hatinya. "Terus kenapa lo mau dipeluk gue. Kita kenal belum lama loh, Ra."
Dara menggigit bibir bawahnya. Dia begitu malu. Harusnya dia memikirkan itu sebelum meminta Dewa untuk memeluknya. Mereka bukan siapa-siapa dan kenal belum terlalu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada(Ra)Dewa [END]
Teen FictionAdara Mesha Batari, gadis cantik yang tumbuh bersama dengan trust issue. Kebohongan dan kemunafikan yang ia dapat di masa lampau berubah menjadi akar kepahitan yang menggerogoti hatinya. Dia selalu melihat dunia begitu jahat. Ketulusan orang-orang d...