44. Andai Saja

1.1K 114 17
                                    

Awali semuanya dengan Bissmillah untuk yang muslim. Salam sekalian biar bacanya berkah😅

Jangan lupa vote kalian🌟

Dewa dengan rasa sesalnya berharap bahwa apa yang ia dengar tadi hanyalah mimpi. Langkahnya guntai menyusuri koridor rumah sakit. Bersama dengan Jason, Sekala dan keempat anggotanya mereka sampai di UGD. Dokter masih di dalam menangani Dara. Di luar ruangan sudah ada Rossie, Rafael dan Segara. Sementara Maxim dan Vio kembali ke rumah untuk menemani polisi menyelidiki kasus Dara.

Dara ditemukan pertama kali oleh Bi Asih yang baru saja pulang berbelanja bersama Vio dan Pak Rudi.

Segara berderai air mata menarik lengan Dewa menjauh dari sana. Abian, Joko, Zidan dan Sebastian menyusul di belakang. Di sebuah koridor dengan taman di sebelah kiri dan kanannya Segara membawa Dewa.

BRUGH

Darah segar mengalir keluar dari sudut bibir Dewa. Dia meringis kesakitan namun tidak melawan. Membiarkan Segara memukulnya untuk yang kedua kali.

"APA GUNANYA LO BUAT DARA! KALAU LO NGGAK SANGGUP JAGA DIA, LEPAS!"

"HADIRNYA LO CUMA BIKIN PENYAKIT DIA TAMBAH PARAH! APA SUSAHNYA ADA DI SAMPING DIA, WA? KALO SEANDAINYA LO NGGAK PERGI TADI! DARA NGGAK AKAN SAMPAI SEPERTI INI! DIA NGGAK AKAN KRITIS!" Segara berseru, suaranya bergetar. Air matanya lolos begitu banyak. Dewa didorong, jatuh tersungkur ke belakang. Tidak mengelak, tidak melawan. Dia merasa pantas mendapatkannya.

"Gue bener-bener kehabisan kata-kata buat lo. BRENGSEK!" Segara pergi, tidak ingin emosi semakin menguasainya.

Bughh

Joko menendang kaki Dewa yang masih tersungkur dan tertunduk. "BEGO!" serunya dan berlalu pergi.

"Gue cuma mau nepatin janji gue ke Dara buat kasih perhitungan kalo lo nyakitin dia!" Satu tonjokan di perut, Zidan berikan pada Dewa.

"Dara udah gue anggap kaya saudara sendiri. Lo pantes dapetin ini, Wa!" Satu tonjokan lagi di perut Dewa dari Sebastian.

Abian menarik kerah baju Dewa. Membawa cowok itu untuk berdiri kembali. Abian menepuk pundak Dewa lalu memukulnya keras dengan sikutnya hingga Dewa terjatuh lagi. Lututnya dijadikan topangan. Perih. Tapi itu belum seberapa dibandingkan yang sedang Dara alami. "Nggak ada gunanya nyesel, Wa!" serunya dan berlalu pergi.

Dewa terus menunduk. Menyesal juga percuma, memang benar apa kata Abian. Dia memang bodoh. Sangat bodoh hingga tidak menyadari kalau sedang dibohongi oleh Maudy.

"Dewa bangun. Lo harus kuat buat Dara!" Sekala berdiri di depan Dewa bersama Jason di sebelahnya.

"Gue nggak pantes, Kal, buat Dara. Gue bego. Bener apa kata mereka! Gue brengsek! Nggak guna!" ucap Dewa parau.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang