38. Bunda-Bunda berdaster

1K 98 3
                                    

Jangan lupa vote💙🖤

Jangan lupa vote💙🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Abian tertawa getir. "Ya terserah lo. Sekedar nolongin aja Dara bisa marah. Apalagi kalo sampe lo lebih perhatian ke dia. Dara nggak bakal nangis kaya cewe-cewe lain, paling langsung ninggalin lo tanpa basa-basi!"

"Lo harus inget, Dara juga sakit. Sekali lo hilangin kepercayaan dia, nggak ada jaminan dia bakal percaya lagi sama lo!" Abian berdiri kembali. Bunyi kunci terputar terdengar. Dia masuk dan langsung mengunci kembali pintu tersebut.

"Gue keterlaluan nggak sih?" tanya Dara pada Abian.

Abian mengangguk. "Sedikit. Gih, samperin kalo emang kasian."

Bunyi pintu terbuka terdengar lagi mengusik telinga Dewa. Dia tidak mau beralih pandangan karena yang datang tidak mungkin Dara. Kalau bukan Segara yang ingin marah, ya paling Joko yang datang untuk meledek.

"Nggak mau dimakan?" Dara sudah berdiri di belakang Dewa dengan tangan bersedekap dada.

Yang pertama dilakukan cowok dengan tinggi 182 centi meter itu adalah berdiri, berbalik badan dan langsung memeluk pinggang gadis di depannya. "Mau. Tapi mau ditemenin kamu," rengeknya begitu manja.

"Lepas, Wa. Ini di luar rumah, takut diliat tante Vio dari sebrang!" decak Dara.

Bukan dilepas, pelukan Dewa justru semakin kuat. Tubuh mereka mendekat semakin rapat. "Kan kamu nggak ijinin aku masuk

"Ya udah ayo masuk. Tapi lepas dulu!"

Melepas tautan, berlari kecil lalu membuka pintu dengan senyum lebar. "Silahkan masuk pacarnya Dewa," kata Dewa bergaya layaknya pelayan.

"Kok jadi kaya kamu yang punya rumah," ujar Dara disertai kekehan.

Melangkah maju menerima uluran tangan, senyum keduanya sama-sama mengembang. Untuk yang kali ini, permohonan maaf dikabulkan dengan cepat. Dewa sudah menyesal dan Dara sudah puas membalas dendam.

"Enak, Wa?" tanya Sebastian meledek.

"Nggik mii mikin kilii nggik ditiminin! Aturan lo biarin aja, Ra. Sampe kapan dia bakal kuat perutnya kosong gitu," cibir Joko.

"Kalian kenapa jadi nglunjak gini. Puas ngeledekin gue!" Lirikan mata Dewa dengan suara datar khasnya menghentikan senyum Joko seketika. Biar bagaimanapun, Dewa masih pemimpin mereka.

"Sensi amat si, Wa. Canda lah," ucap Zidan menunduk.

Drtt Drtt
Ponsel Dewa berbunyi. Layarnya tertulis 'Bunda' dengan ikon love berwarna merah di sebelahnya.

"Iya, Bund, kenapa?"

"Dewa, ini sudah jam berapa. Kan kemaren Bunda sudah pesan buat jangan keluyuran. Bunda sama Ayah mau pergi sebentar lagi!"

"Dewa lagi di jalan, Bund. Bentar lagi. Lima belas menit!"

"Buru, cepetan!"

"Iya, Bundaku, Cintaku, Sayangku, perempuan paling cantik sedunia ...."

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang