•
<☆>
●
[◇]
•
°
•
♡Hari ini adalah hari senin. Hari dimana Dara akan mulai membayar janjinya pada Radewa. Meski terpaksa, Dara harus tetap melakukannya. Dia tidak mau berhutang apapun pada orang lain.
Dan sepertinya, Dewa sudah menunggu kehadiran Dara di parkiran. Dia tengah asik bersandar di motornya dengan bersedekap dada dan kaki menyilang. Bersiul ria menyahuti burung-burung yang terbang sepuluh meter di atas kepalanya.
"Wa, lo ngapain ngajak kita datang sepagi ini. Mana nongkrong doang di parkiran. Demi Alex, gue mending tidur di kelas deh!" decak Joko.
Sebastian menguap begitu lebarnya. Biasanya mereka berangkat mepet jam masuk. Kalaupun datang pagi, pasti ada niat lain. Contohnya mampir lebih dulu ke tenda nasi uduk mbok Tinah. Bukan seperti ini. Duduk bengong melihat Dewa yang sedari tadi cengar-cengir sendiri.
Zidan menepuk pundak Dewa. "Dewa! Lo kesambet ya? Nyengir mulu dari tadi?!"
"Diem napa kaya Abian, noh. Sabar, kalian bakal suka liat ini," ucap Dewa yang membuat keempat sahabatnya saling menatap heran.
Yang di tunggu datang. Adara sudah sampai bersama Segara di belakangnya. Sedangkan Sekala, laki-laki itu sudah sampai di sekolah dari jam setengah enam pagi. Menjaga gerbang dengan tongkat kecilnya.
Dewa tidak berhenti menatap Dara sampai gadis itu melepas helm dan turun dari motor. Saat Dara mulai menguncir rambutnya, Dewa bahkan tak ingin melepas pandangannya sedikitpun. Dia tidak menyadari, bahwa Segara sedang menatapnya tak suka.
Dara menarik napas dan menghembuskannya pelan. "Pagi Dewa ...," sapanya tak lupa dengan senyum manis tiga detik. Karena sekarang raut wajah Dara kembali datar.
"Pagi, Ra," jawab Dewa dengan senyum tak kalah manisnya dengan Dara.
"GILA!! GILA!! GILA!!! Apa itu tadi? Dewa yang di sapa gue yang mau meninggal!" Joko melotot melihat Dara yang sudah jalan menjauh dari mereka.
Zidan meremas dadanya. "Dara senyum, heart gue nggak baik-baik aja! Manis banget gila!"
"Manis ketemu manis. Diabetes gue naik!" teriak Sebastian dengan tangan yang tak berhenti menepuk pundak Joko.
Sementara Abian geleng-geleng kepala melihat kelakuan tiga sahabatnya itu. Dia sudah lebih dulu tau karena kemaren dirinya memasang telinga baik-baik, mendengar obrolan Dewa dan Dara.
"Apa gue bilang. Ayok masuk!" Dewa berjalan tanpa mau melunturkan senyumnya.
"KALO TIAP PAGI LIAT DARA SENYUM GITU, GUE UDAH KENYANG DULUAN. NASI UDUK MBOK TINAH MAH KALAH JAUH!!" teriak Joko kegirangan.
Segara yang berjalan di belakang Dara mengepalkan tangan. Apa yang dilakukan Radewa sampai-sampai Dara mau menyapanya seperti itu. Dia sendiri belum pernah diucapkan selamat pagi, sudah lebih dari dua tahun ini. Saat sekolah dasar dia memang mendapatkannya, tapi saat dia kembali, Dara yang dulu ia kenal sudah berubah. Dara terlanjur kecewa pada Segara yang ingkar dengan janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada(Ra)Dewa [END]
Teen FictionAdara Mesha Batari, gadis cantik yang tumbuh bersama dengan trust issue. Kebohongan dan kemunafikan yang ia dapat di masa lampau berubah menjadi akar kepahitan yang menggerogoti hatinya. Dia selalu melihat dunia begitu jahat. Ketulusan orang-orang d...