37. Ikan 10 Juta

976 95 2
                                    

Gak bakal bosen ngingetin buat vote!

Satu vote kalian berarti besar buat Author🥰

Satu vote kalian berarti besar buat Author🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Buru susul Dara. Gila tu anak!" pekik Segara.

Untung saja Segara, Abian, Joko, Zidan dan Sebastian memang sudah berada di atas motor mereka. Gas ditarik dengan kecepatan terkontrol, mereka menyusul Dara dengan posisi berurutan ke belakang. Jika tidak bisa menyalip, setidaknya mereka tepat di belakang gadis itu.

Pantas jika Dara dikatakan Gila. Dia tidak peduli dengan bunyi klakson dari pengendara lain yang menegurnya karena ugal-ugalan. Lampu merah pun dia abaikan, mengikuti pengendara lain yang sama-sama tidak taat aturan.

"Serem anjir, tu anak kalo marah!" pekik Joko membuka helmnya. Mereka semua terhenti karena lampu berwarna merah.

"Dia mau kemana?" tanya Abian.

"Dari arahnya si pulang. Nggak mungkin ke mana-mana," jawab Segara.

"Dewa goblog lagian. Bohong aja Naomi bilang nggak ada orang. Masih ada mang Diki pastinya di sana!" decak Zidan.

Sebastian ikut manggut-manggut. "Lagian guru juga pasti masih ada. Alasan aja si Naomi. Pingsan juga nanti bakal bangun sendiri!"

Rekor, dengan keadaan jalanan yang macet, Dara sampai di rumahnya hanya dalam waktu sepuluh menit. Memarkirkan motor asal, tidak menggubris sapaan pak Rudi, Dara masuk ke dalam rumah dengan berlari.

Tak lama yang lainnya sudah sampai di sana. Pak Rudi sedang memarkirkan motor Dara ke garasi. Tentu saja beliau bingung. Ada masalah atau apa hingga anak majikannya itu bertingkah tidak seperti biasanya. Dan pula disusul oleh lima cowok gagah berjaket hitam dengan wajah panik.

"Pak, Dara mana?" tanya Segara.

"Di dalam rumah. Kenapa memangnya? Tadi dia lari nggak balas sapaan Bapak. Ada masalah?" jawabnya disertai pertanyaan juga.

"Aduh gimana ya ngomongnya. Kita masuk aja deh, Pak. Boleh kan?" tanya Segara menggaruk tengkuknya.

"Bingung kenapa, Ga. Memang Dara kenapa?" Vio datang dengan kedua tangan membawa kotak puding coklat untuk Dara.

"Anu, Tan. Lagi marah sama pacarnya," jawab Segara ragu.

Tawa renyah Vio terdengar meski wajahnya menunduk. Ada pertahanan dari bibirnya yang mengatup tidak memperbolehkan suara tawa itu lebih keras lagi. Etika, setidaknya dia harus menutup mulut. Tapi kedua tangan masih membawa tentengan. Lebih baik ditahan.

"Pacar. Dewa?" tanyanya dengan dahi mengernyit

"Kok, Tante tau?" tanya Segara balik tak kalah penasaran.

"Hmm, Omnya cerita kalau Dara suka sama seseorang. Terus berantemnya karena apa? Kok Dewanya nggak ikut?"

"Nah itu masalahnya, Tan. Si Dewa udah janji mau ajak Dara beli ikan, pas mau berangkat tadi, dia malah milih buat nolongin mantannya yang pingsan. Dara marah, naik motor ngebut nggak pake aturan," sela Joko dengan gaya khasnya. Dia mempraktekan tangan yang ber-wush seperti pembalap agar ceritanya semakin menarik.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang