43. Fakta dan Luka

1.3K 124 16
                                    

Jangan lupa vote, komennya juga💙🖤

"Ra, lo ke mana?" Segara tanpa tujuan pasti terus melajukan motornya. Harap-harap melihat Dara di tengah padatnya jalanan Jakarta pagi menjelang siang ini.

Segara bingung harus memilih opsi yang mana. Dara memiliki beberapa tempat yang seringkali dikunjungi ketika dalam keadaan seperti ini. Rumah Griya Samudera, rooftop LA SIENNA atau makam Ayah dan Bundanya. Dengan cuaca yang begitu panas, Segara yakin, Dara tidak akan pergi ke makam. Menimbang antara Griya atau rooftop, akhirnya dia memutuskan pergi ke rooftop.

Sayangnya dari ketiga pilihan Segara tidak ada yang benar sama sekali. Dara saat ini sedang berada di rumah Maxim. Tepatnya di dalam kamar Larra. Dara yakin, Larralah yang menyebarkan foto itu. Dia satu-satunya musuh yang paling Dara yakini bisa berbuat nekad seperti itu.

Setiap sudut kamar Larra sudah diobrak-abrik. Laptop yang berada di meja belajar sudah dicek. Tapi nihil. Dara tidak menemukan bukti apapun. Tangannya mulai menjamak sudut-sudut kasur. Siapa tau dia bisa menemukan ponsel kedua Larra atau memory card yang digunakan untuk menyimpan foto itu. Siapa tau? Dara hanya sedang menduga.

"Buku? Ngapain Larra nyimpen buku di sini!" Dara bergumam sendiri. Duduk di pinggiran ranjang, Dara mulai membuka lembar demi lembar buku bersampul hitam bergambar bulu emas.

Dara sudah menutup mulut dengan satu tangan dari awal dia membaca buku tersebut. Sampai pada lembar ke sepuluh yang merupakan lembar terakhir yang bertinta, Dara semakin dibuat shock. Tubuhnya gemetar.

Tanpa takut dicurigai, Dara berlari menuju rumahnya menghiraukan Bi Yola yang menyapa. Bertanya kenapa gadis itu berada di rumah bukan di sekolah. Dara masuk ke dalam kamar, menutup pintu rapat-rapat.

Tuuttt Tuuuttt

"Halo, Kak Dara, kenapa? Kak, itu fot‐-"

"Lo pembohong! Buku hitam bercover bulu emas ada di tangan gue!"

"KAK!"

Panggilan diakhiri sepihak oleh Dara. Larra sekarang pasti sedang panik. Dara sudah memastikan dia akan segera pulang dan datang kepadanya. Memohon, mengemis ampunan.

Berongkang kaki di tepian ranjang. Panggilan dari Larra diabaikan. Joko dan Segara juga menghubunginya beberapa kali tapi ia diamkan. Dara membutuhkan Dewa bukan mereka. Tapi Dewa malah lebih memilih Maudy. Hati Dara begitu gondok, tapi urusan itu biarlah diurus nanti. Larra jauh lebih penting sekarang.

Dua puluh menit untuk Dara menunggu kedatangan Larra. Tidak ada orang di rumah. Pak Rudi dan Bi Asih sedang pergi bersama Vio. Seperti biasa, berbelanja di supermarket.

"KAK DARA!" Teriak Larra dari lantai dasar.

Dara sudah bersandar pada tepian tangga di lantai dua. "Apaa?" jawabnya meledek.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang