36. Trauma masa lalu

1K 93 7
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca ya...

Jangan lupa vote sebelum baca ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Drrtt Drtt

"Yah ... kalah! Lo kok malah keluar sih, Wa. Jadi kalah kan!" Joko berdecak kesal. Mereka sedang bermain game bersama seperti yang biasa anak laki-laki lain lakukan.

"Ibu Negara telepon," jawab Dewa disertai cengiran.

Joko dan Zidan memutar bola matanya. Timnya kalah dari Abian, Sebastian dan Segara. Maklum saja, Ibu Negara yang dimaksud Dewa harus menjadi prioritas. Tidak lucu, belum genap satu hari jadian masa terabaikan.

"Kenapa, By?" tanya Dewa lembut.

Mual. Tadi pagi mereka mendengar Dewa memanggil Dara 'Sayang' rasanya sudah enek. Dan sekarang dia memanggil Dara dengan 'Baby'. Haruskan orang pacaran seperti itu. Cukup aku-kamu dan panggil nama seperti biasa, bukankan sudah cukup. Ah Tidak, mereka jomblo mana tau rasanya.

"Coco mati," rengek Dara dari sebrang telepon sana. Suaranya seperti menahan tangis. Joko tertawa begitu kencang mendengar suara Dara yang samar-samar. Sementara Dewa bingung harus menanggapi seperti apa.

"Itu Joko yang ketawa? Kok lo jahat, Jok!" murka Dara.

Dewa mengalihkan panggilannya ke video call. Benar kan, Dara tengah meringkuk dengan wajah hampir seluruhnya tertutup bantal.

"Kok bisa mati, kenapa? Kamu nggak kocok-kocok airnya kan?" tanya Dewa lembut.

"Enggak. Tadi tuh pas aku udah sampe kamar aku ngobrol ada kali satu jam sama dia. Habis itu tidur. Tadi pas bangun, habis mandi mau liat Coco lagi. Eh taunya udah mati," cicitnya.

"Lo kasih makan nggak, Ra?" celetuk Abian.

Matanya yang murung mendadak melotot. Duduk, gadis itu berbalik menaruh bantalnya di kaki yang tersila. "Kan Dewa nggak kasih makanannya," jawabnya polos.

Tawa Joko kembali pecah. Bodoh, itu yang ingin dia katakan kepada Dewa. Tapi diurungkan. Bisa beresiko kalau dia sampe keceplosan.

"Dia mati kelaparan. Ya udah besok pulang sekolah kita beli lagi. Mau kan?" tanya Dewa lembut. Dara mengangguk.

"Itu namanya karma, Ra. Makannya kalo mau uwu-uwuan liat tempat!" ledek Joko.

Muka Dara bertambah masam. "Bukan. Itu karena Joko yang beli kemaren. Makannya mati. Coba kalo aku nyuruhnya Zidan, Sebastian atau Abian, pasti masih hidup sampai sekarang. Nggak usah merasa bersalah. Yang salah Joko!" bujuk Dewa.

"TEROS AJA TEROS, WA. UDAH DIBANTUIN MALAH NYALAHIN!"

"Nggak usah gubris Joko, Ra. Liat nih, gue pake apa?" Segara mendekat kepada Dewa. Menunjukan kain hitam bertuliskan ROABIGON terikat di kepalanya. Kain yang sama dengan kain yang digunakan Dewa untuk menutup matanya tadi pagi.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang