•
<☆>
●
[◇]
•
°
•
♡"DARA!! APA YANG KAMU LAKUKAKAN!"
Dara terdorong, jatuh tersungkur ke belakang. Tangan mungilnya begitu sakit menahan tubuhnya agar tidak menghantam lantai lebih keras. Gadis itu menggeleng, menangis, terus mengatakan tidak, tapi wanita itu masih belum percaya. Dara tertuduh, terpojok bersama air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya.
"Ra ...."
"Ra ...."
"Adara Mesha Batari ...." Segara mengusap tangan Dara agar gadis itu tersadar dari lamunannya.
"Eh iya, Ga. Kenapa?"
Segara tersenyum. "Mau ke kantin?"
"Lo nggak latihan?"
"Nggak, Ra. Hari ini gue izin buat nemenin lo seharian di sekolah. Lagi pula gue juga udah jago," jawab Segara remeh. Dia tersenyum menaik turunkan alis.
Dara terkekeh. "Terserah lo deh, Ga. Ayo, gue laper."
Dara dan Segara saling bergandengan tangan menuju kantin. Kemaren selepas kejadian Dara pingsan, Segara tidak lagi melanjutkan latihannya saat pulang sekolah. Dia memilih untuk menjenguk Dara di rumahnya. Begitupun hari ini, dia ingin menjaga Dara sampai gadis itu kembali lagi ke rumahnya.
Dan Larra, dia sudah ditegur oleh orang tua dan kakaknya. Tapi sepertinya gadis itu masih saja tidak merasa bersalah. Dia menganggap Dara yang berdrama. Hanya karena ucapannya, dia pingsan dan membuat semua orang panik. Bagi Larra itu terlihat berlebihan.
"Dewa kalo ada Segara tersingkirkan. Turut bersedih gue, Bos!" seru Zidan menepuk pundak Dewa.
"Kalem, Wa. Yang penting lo yang lebih sering dan lama meluk Dara," goda Joko.
"Coba kalo bukan karena si menye-menye. Pasti Dewa udah pepet Dara sampe tu anak nggak bisa kemana-mana." Sebastian ikut tersenyum menggoda Dewa yang wajahnya ditekuk karena cemburu pada Segara.
Sementara Abian, laki-laki itu tengah terdiam dengan pikiran yang begitu penuh dengan tanda tanya. Dia sedang memikirkan Dara yang berubah sikap setiap kali bertemu dengan Larra. Dia bisa saja membalas, tapi kenapa diam yang dia tunjukan. Harga dirinya diinjak tapi dia enggan bertindak. Itu aneh.
"Kalian curiga nggak sih. Dara sama Larra tuh kenapa?" tanya Abian pada mereka semua.
"Ini yang mau gue tanyain ke Dara. Tapi liat dia yang sampe panik begitu kemaren, kayanya nggak jadi deh. Lebih baik nunggu dia cerita sendiri," jawab Dewa.
Mereka semua mengangguk setuju. Lagi pula tidak baik mencampuri urusan orang lain. Akan lebih berguna jika mereka ikut menjaga Dara dari serangan Larra yang mendadak. Gadis itu seperti punya dendam tersendiri pada Dara. Bisa dilihat dari tingkah lakunya yang sering kali mencoba menjatuhkan nama baik Dara di tempat umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada(Ra)Dewa [END]
Teen FictionAdara Mesha Batari, gadis cantik yang tumbuh bersama dengan trust issue. Kebohongan dan kemunafikan yang ia dapat di masa lampau berubah menjadi akar kepahitan yang menggerogoti hatinya. Dia selalu melihat dunia begitu jahat. Ketulusan orang-orang d...