55. Not Him

1.2K 98 4
                                    


Selamat datang di part kedua dari akhir 🥀

"Kal, selain lo, ternyata Segara juga nggak guna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kal, selain lo, ternyata Segara juga nggak guna. Liat deh, udah tiga hari dia tidur nggak bangun-bangun, padahal pacarnya lagi nahan nangis karena nunggu dipeluk dulu!" Kalimat-kalimat nyeleneh yang keluar dari bibir Dara tiga hari ini menjadi penghibur tersendiri untuk dia maupun Sekala. Dara selalu mencoba kuat meski pada akhirnya air mata yang ditahan tetap lolos juga.

Sekala menangkup kepala Dara agar menoleh padanya. "Nangis aja, Ra. Justru Segara nggak suka kalo lo gini. Air mata lo nggak bakal bikin banjir Jakarta, kok!" ledeknya.

Dara geleng-geleng kepala. "Nggak, dia nyuruh gue buat senyum. Katanya gue cantik kalo senyum!"

"Iya-iya, terserah, lo deh ...."

Nisan Segara menjadi pemandangan favorit Dara saat ini. Benda itu mati, tapi di sana terukir nama Segara, sosok sahabat yang begitu Dara sayangi. Tiga hari berturut-turut, disetiap kali dia baru saja  sampai di sana, yang gadis itu lakukan selalu membersihkan nisan tersebut lebih dulu. Dara tidak akan membiarkan nama Segara tertutup debu atau terkena tetesan air hujan.

Anggap saja Dara gila, dia selalu berbicara pada tanah untuk membangunkan Segara. Taburan bungapun tak luput diperintah untuk masuk ke dalam lubang dan membisikan pada Segara kalau ia datang. Sekala yang menemaninya hanya bisa diam dan terkadang tertawa melihat tingkah laku Dara. Biarkan. Itu cara Dara agar tetap kuat.

"Ra," panggil Sekala setelah mereka saling diam beberapa menit.

"Apa?"

"Lo masih pacar Dewa kan? Lo sama Segara nggak benar-benar pacaran. Gue tau, Ra. Gue di sana, berdiri diantara kerumunan orang-orang. Semua orang yang liat juga tau, kalo lo bohong. Lo ngangguk karena permintaan Segara yang mau lo bohong. Gue tau lo nyesel. Tapi jangan gini. Jangan mainin hubungan, Ra. Lo masih pacar Dewa," jelas Sekala.

"Gue udah putus sama Dewa!" jawab Dara tegas.

"Sepihak kan? Dewa masih mau sama lo. Lagi pula kata Papah, lo mutusin Dewa juga karena lagi emosi. Itu nggak fair namanya. Nggak sah, Ra!"

Diam terpaku, Dara mencerna ucapan Sekala dalam-dalam. Sejujurnya dia akan bicara baik-baik pada Dewa jika saja dia tidak datang dan memukul Segara waktu itu. Andai saja dia tidak menabrak Segara dan membuat nyawa sahabat tercintanya melayang.

"Dia udah bunuh Segara. Apa masih pantas lo nanya begitu, Kal? Mana hati nurani, lo. Harusnya gue dari dulu dengerin Segara buat nggak usah deket-deket sama Dewa. Pasti kejadian ini nggak mungkin terjadi!"

"Ra, ini semua takdir!"

"Takdir yang disengaja! Dia sengaja bunuh Segara. Apa itu yang dimaksud takdir? Hah?!"

Mengusap lengan Dara, Sekala mencoba mereda emosi gadis itu. "Maaf-maaf. Gue harusnya nggak bahas ini sekarang. Lo masih dikuasai emosi. Takut disembur api gue," ledeknya.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang