#23. Ditolak

1K 94 0
                                    

•<☆>●[◇]•°•♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


<☆>

[◇]

°

*

**

Dewa terus melamunkan tentang apa yang terjadi pada Dara. Siapa yang bermain petak umpet dengannya. Obat apa yang Sekala berikan padanya. Dan yang membuat Dewa cemburu, Segara sepertinya tau semuanya tentang Dara. Bisa dilihat dari komentar yang dia berikan pada postingan Sekala barusan.

"Dewa?"

"Wa ...?"

"Sayang ...?" Maudy menggoyangkan lengan Dewa membuat lelaki itu terbangun dari lamunan.

"Kamu mikirin apa sih? Dari awal kamu dateng sampe sekarang pikiran kamu tuh kemana-mana terus! Kamu nggak lagi mikirin perempuan lain kan?"

Dewa meraup wajahnya. "Maudy, aku udah nggak sanggup kaya gini terus. Kamu sadar nggak, selama apapun kamu mau kita bertahan, aku nggak bakal cinta sama kamu. Aku mau kita u--"

Maudy memeluk Dewa. "Wa, jangan ngomong gitu. Kata dokter aku udah mau sembuh. Bantuin aku ya, imun aku naik karena kamu selalu bikin aku bahagia."

Sudah berapa kali Maudy mengatakan bahwa dia akan sembuh setiap kali Dewa mengatakan ingin berpisah. Tak jarang gadis itu juga mendadak pingsan, membuat Dewa tidak pernah berhasil menyelesaikan ucapannya dan justru kembali iba dan mengurungkan niat.

"Cepat atau lambat kita juga bakal pisah. Maudy, kamu harus mulai menyesuaikan diri buat hidup tanpa aku," ujar Dewa selembut mungkin. Tanpa menoleh atau sekedar membalas pelukan erat gadis itu.

"Wa, kamu bikin aku jadi pusing lagi. Jangan ngomongin ini please ...," bujuk Maudy masih dengan memeluk Dewa.

"Eh Dewa. Udah lama di sini?" Seorang perempuan dengan dress merah ketat sepaha dan makeup tebal datang membawa dua paper bag besar. Dia adalah Laurent, ibu dari Maudy.

Dewa buru-buru melepas pelukan Maudy. "Sudah, Tan."

"Karena Tante sudah pulang, Dewa pamit mau pulang ke rumah juga ya. Maudy, Tante Laurent, Dewa pamit." Sebelum langkahnya dicegah, Dewa langsung bersalaman dengan Laurent dan pergi dari sana. Maudy bahkan tak sempat mengatakan hati-hati kepada Dewa.

Tatapan sinis dari Laurent diberikan untuk Maudy selepas kepergian Dewa dari hadapan mereka. "Makannya, kamu tuh lebih agresif sedikit kek. Jangan di ruang tamu doang, bawa Dewa ke kamar. Pake pakaian yang kebuka sedikit biar Dewa tergoda!"

"Aku bukan perempuan murahan kaya, Mamah!"

PLAK

Laurent yang kesal membuang paper bagnya asal dan menampar Maudy sekeras yang ia bisa. "Kalo bukan karena bantuan Mamah, kamu sama Dewa udah pisah dari lama. Anak nggak tau diri! Berani kamu ngatain Mamah, HAH!"

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang