41. Skandal

1K 104 38
                                    

Haii i'm back bawa part terbaru

Jangan lupa vote ya, Nak💙🖤

Jangan lupa vote ya, Nak💙🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu berantem?!"

Di sudut kanan bibir Dewa ada lebam berwarna biru dengan bercak darah kering di tengah. Begitu samar. Pantas saja Dara tidak menyadarinya sedari tadi.

"Nggak berantem. Ini ditonjok Segara kemaren," jawab Dewa cengengesan.

"H-hah! Kok?"

"Aku emang pantes dapetin ini. Kamu nggak usah kaget gitu. Khawatir ya?" Dewa bertanya begitu senang. "Aaa seneng banget dikhawatirin kamu," cicitnya.

Dara bergidik geli. "Apasih, lebay deh. Orang cuma nanya doang!"

Bibir Dewa menekuk ke bawah. Matanya sayu memeluk lagi pinggang Dara. "Jangan galak-galak. Kamu nggak mau nanya kenapa Segara tonjok aku?"

"Hmm. Kenapa dia tonjok kamu?"

Dewa tersenyum kembali dan mulai menceritakan kepada Dara. Selepas menidurkan Dara kemaren, Dewa langsung mengatakan alasan sebenarnya dia tidak jadi mengantar Dara. Belum sempat dia menambah kalimatnya, Segara langsung melayangkan pukulan keras, sesaat setelah dia mengucap kata, 'Menolong Maudy'.

Dewa buru-buru berucap kalimat kalau obat Dara habis dan akan bahaya jika dia jujur pada gadis itu. Segara yang akan melayangkan tonjokan kedua tertahan. Dewa mengeluarkan tabung obat yang diberikan dokter Shanna. Obat itulah yang membuatnya aman dan mendapat permintaan maaf dari Segara.

"By, aku sebenarnya udah menduga kalau Maudy bakal mancing kamu. Makannya aku kerja sama bareng Sekala buat minta kunci ruangan ini. Aku tau, kalau kamu marah pasti larinya ke sini. Maaf ya."

"Hmm. Jangan diulangin lagi. Kamu aman kali ini. Aku nggak nyangka kalau kamu diam-diam perhatian. Aku aja suka nggak ngeh kalau obat aku habis."

"Apapun tentang kamu, aku bakal lihat serinci mungkin. Aku nggak mau kelewat apapun."

Dara berdecih lagi. "Dasar gombal!"

Dewa terdiam. Terus menatap wajah Dara yang bersemu merah. Ada sesuatu yang ingin dia katakan. Hal itu sudah ia pikirkan sejak beberapa waktu lalu. Hanya butuh momen yang pas, dan Dewa pikir inilah saatnya.

"By, kamu mau denger sesuatu nggak?"

"Denger apa? Semua yang keluar dari bibir kamu pasti aku dengerin. Kan aku udah pernah bilang aku suka suara kamu." Dara begitu antusias. Petuah apalagi yang sebentar lagi akan dia dengar.

Kedua tangan Dara digenggam Dewa erat. Gerak-gerik Dewa seperti orang yang ragu akan sesuatu. "Dara, pejamkan mata kamu. Bayangin di depan kamu ada monster tinggi gede dan cuma kamu sendiri yang bisa menyelamatkan ayah kamu. Pukul samsaknya, keluarkan semua emosi kamu. Dara pasti bisa!"

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang