52. Pamit

950 71 4
                                    

Vote sebelum baca ya gaisss💙🖤🦖🐠🌈🌹🦄

Ujian nasional yang sedang berlangsung nyatanya tidak mengendurkan kemesraan Dara dan Dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ujian nasional yang sedang berlangsung nyatanya tidak mengendurkan kemesraan Dara dan Dewa. Berbeda dengan yang lain, mereka justru asik bercanda ria, berduaan ke mana-mana setiap hari. Bukan malah belajar mempersiapkan diri untuk jadwal hari esok.

Dewa terlalu santai karena dia yakin dia akan lulus. Lagi pula belajar sekuat tenaga juga tidak akan membuatnya menjadi nomor satu. Karena Dara pastinya yang akan menduduki peringkat tersebut. Gadis itu selalu beberapa langkah lebih pintar dari yang lainnya.

Duduk bersama di lantai, bersandar pada kaki sofa, suara tawa Dewa yang terus iseng pada Dara memenuhi ruang tamu rumah gadis itu. Dia datang untuk mengajarkan bahasa isyarat yang diam-diam sudah ia pelajari dari tiga bulan lalu. Demi Dara, dia belajar dan ingin mengajarkan langsung pada kekasihnya itu.

"Ra, yang bener lah. Atau aku klitikin lagi nih!" Dewa mendengkus kesal. Pasalnya Dara yang disuruh untuk memperagakan bahasa isyarat kalimat aku cinta kamu justru terus mengacungkan jari tengah padanya.

Dara menulis. Aku cape. Otak aku ngebelah ke mana-mana. Nanti habis ujian belajar lagi ya. Please😗

"Kalo nanti-nanti, kapan bisanya. Katanya pegel jarinya ngetik mulu," ujar Dewa.

Dara bersedekap dada. Mengacungkan jari tengah lalu bersedekap lagi.

"Orang disuruh peragain kalimat Dewa i love you malah jadi Dewa fuck you. Ganti aja deh jadi finger heart kaya yang di Korea gitu. Ya ... ya ... ya ... nggak sopan tau, masa sama pacar sendiri gitu!" Dewa berseru lembut, memohon.

"Ayo sekali lagi. Dewa i love you. Pake fingert heart," bujuknya.

Tetap saja Dara terus memberikan jari tengahnya untuk Dewa. Bukan hanya itu dia juga memberikan jempol menghadap ke bawah serta jari metal layaknya rockstar.

"Iseng kamu ya!" Dewa menggelitik Dara membuat gadis itu merasakan geli di seluruh tubuh.

"Pacaran terus, bukannya belajar lagi ujian!" Sekala berseru, datang bersama Jason dan Maxim. Keduanya berhenti. Berdiri menyapa tiga orang yang baru saja masuk tanpa salam tanpa permisi.

"Kalau saya sih udah dijamin bisa ngerjain plus lulus. Nah kalo Dara, nggak usah belajar juga pasti bakal jadi juara umum. Ngalah-ngalahin Einsten dia mah. Ya nggak, Om Jas?"

Jason menggangguk setuju. Maxim menghela napas geleng-geleng kepala. Kelakuan anak muda selalu saja sama. Baik Dara maupun Sekala, keduanya sama-sama sedang dimabuk cinta.

"Itu buku apa?" tanya Maxim.

"Itu buku bahasa isyarat, Om. Dara lagi belajar biar nggak cape ngetik kalau lagi ngobrol sama saya," jawab Dewa tersenyum bangga.

"Kamu bisa bahasa isyarat? Sejak kapan?" Jason bertanya.

Menunduk, Dewa merasa tersipu. "He ... saya belajar dari tiga bulan lalu. Sengaja, biar saya bisa ngajarin Dara," jawabnya cengengesan.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang