Jangan lupa klilk🌟
"Dara di mana? Kenapa putih semua?" Dara berjalan seorang diri di hamparan putih luas entah disebut apa namanya. Benar-benar putih. Tidak ada noda atau celah dari warna lain yang mengotorinya.Berjalan mundur, Dara mulai berlari ke sana kemari. Sejauh mata memandang tidak ada siapapun di sana. Sampai tiba-tiba tubuhnya menabrak sesuatu.
"DADA?!" Hans berdiri tersenyum pada Dara. Gadis itu langsung memeluk sosok tinggi di depannya itu.
Dari belakang rambutnya diusap lembut oleh seseorang. Dara menoleh. Sosok wanita cantik berpakaian putih dengan rambut tergerai tersenyum begitu manis padanya.
"BUNDA? INI BENER BUNDA. DA, INI NDA? DARA NGGAK SALAH LIAT KAN?" Senyum Dara mengembang mendapati sosok itu adalah Arunika--bundanya. Hans mengangguk. Tangannya mengulur mempersilahkan Dara untuk memeluk wanita itu.
"Jadi ini rasanya di peluk, Bunda." Dara menangis. Begitu terharu. Sosok yang ia rindukan bisa dipeluk olehnya.
Pelukan itu dilepas oleh Arunika meski Dara masih menginginkannya. Wanita itu menggandeng Hans dan berjalan mundur tiga langkah.
"Bunda sama Dada mau ke mana. Dara ikut yah? Dara mau ikut kalian. Dara nggak mau ditinggal sendiri." Dara ingin maju, namun tertahan. Ada sekat yang tak terlihat. Dara meraung-raung meminta dibawa, tapi tidak bisa. Hans dan Arunika menghilang, menjauh ditelan kilaunya cahaya putih.
Melihat tangan Dara bergerak, Suster Emi berseru kegirangan. Dewa berdiri, melihat bagaimana Dara membuka katup matanya perlahan. Satu lampu dimatikan, menetralkan mata Dara yang sudah sepekan lamanya berada dalam kegelapan.
Dara merasakan nyeri di sekujur tubuh. Silaunya lampu membuat pandangannya sedikit kabur. Siapa orang di depannya masih belum bisa terlihat dengan jelas. Dan saat pandangannya kembali normal, Dara dibuat semakin bingung. Siapa dia dan sedang apa dia di sana.
Tombol darurat sudah ditekan Suster Emi. Dokter sebentar lagi akan tiba. Dara menatap sekeliling. Dia ingin bersuara, namun suaranya tertahan di kerongkongan.
Dewa mundur satu langkah. Merasakan gemuruh firasat buruk yang tengah menyerang dada.
***
Jason dan Maxim yang mendengar kabar Dara sudah sadar dibuat bahagia sekaligus khawatir. Mereka berdua memang sedang dalam perjalanan ke rumah sakit saat kabar itu datang.
Kini sudah ada mereka, Vio, Sekala, Dewa dan Segara yang berada di luar menunggu dokter memeriksa keadaan Dara. Dewa terdiam sendirian sedikit menjauh. Dia memiliki ketakutan tersendiri. Pasalnya sikap Dara mengarah ke satu hal yang membuatnya enggan untuk percaya.
Bunyi pintu terbuka terdengar. Dokter Wira langsung dikerumuni oleh mereka semua. "Dok, gimana keadaan keponakan saya?" tanya Maxim panik.
Dokter Wira mengusap wajahnya kasar. Helaan napas berat terdengar begitu jelas. "Dara mengalami gagar otak ringan. Dia amnesia. Sebagian memori di otaknya hilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada(Ra)Dewa [END]
Teen FictionAdara Mesha Batari, gadis cantik yang tumbuh bersama dengan trust issue. Kebohongan dan kemunafikan yang ia dapat di masa lampau berubah menjadi akar kepahitan yang menggerogoti hatinya. Dia selalu melihat dunia begitu jahat. Ketulusan orang-orang d...