#10. Gelang kenangan

1.3K 115 1
                                    

•<☆>●[◇]•°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


<☆>

[◇]

°

   Sudah sepekan lebih Dara menyapa Dewa setiap pagi. Dia merasa bahwa apa yang dia lakukan cukup menyenangkan hatinya. Dia bahkan tersenyum lebih dari tiga detik. Semuanya mengalir begitu saja, Dara mulai terbiasa. 

   Kini tersisa tiga hari lagi. Dewa mulai was-was karena Dara hanya mau menyapanya seorang. Kepada yang lain, gadis itu masih saja bersikap dingin.

   Tidak seperti biasanya, hari ini Dewa memilih menunggu Dara di dalam kelas. Jika di parkiran, dia merasa tidak nyaman karena Segara terus menatap tidak suka padanya.

   Dara datang, dan masih bersama Segara di belakangnya. Sebuah pemandangan biasa, di mana ada Dara di situ ada Segara. Tapi di mana ada Segara, belum tentu ada Dara.

   "Pagi, Kak Dara," sapa Edgar iseng. Dia hanya mencoba ramah pada gadis itu. Siapa tau sapaannya di balas seperti Dewa.

   "Pagi, Gar," sahut Dara dengan senyumnya. Semua orang menatap keheranan pada Dara. Segara mematung, lelaki itu membelakakan matanya tak percaya.

   Dara, dia ikut terdiam. Tadi gue ngapain? Dara menggoyangkan kepalanya. Dia sendiri saja tidak percaya apalagi mereka yang melihat.

   Dara berjalan kembali dengan ragu. Beberapa siswa lain mencoba menyapa Dara setelah melihat Edgar yang di balas sapaannya.

   "Pagi, Ra."

   "Hai, Dara."

   "Morning, Dara."

   "Semangat sekolahnya, Dara."

   Semua sapaan itu di balas oleh Dara meski hanya dengan anggukan dan senyum ragu. Kenapa kepala dan bibirnya refleks melakukan itu. Kenapa hatinya berdegup kencang. Ada rasa hangat dan bahagia saat dia melakukannya.

   Mereka yang mendapat balasan dari Dara bahkan tak kalah senangnya. Sedangkan Segara, entah kenapa dia malah menunjukkan raut tidak suka. Bukannya itu yang selama ini dia inginkan. Dara berubah dan kembali ramah.

   Dara masuk ke dalam kelasnya. "Pagi, Dewa ... pagi kalian," sapanya.

   "DAN, TAMPAR GUE! INI SERIUS DARA? BUKAN JURIG! DIA NYAPA KITA, DAN. BUKAN CUMA DEWA DOANG!" Joko menggoyangkan lengan Zidan.

PLAK!

    Joko meringis kesakitan. "ANJIR! LO KOK NAMPAR GUE?!"

   Zidan menoyor kepala Joko dari belakang. "Lo yang minta bego!"

   "Pagi, Ra ...," jawab Dewa sedikit terlambat.

   Dara terdiam kembali. Gue nggak salah ngomong kan? Tadi kok ada kata kalian. Bukannya harusnya Dewa doang. Gadis itu meremas tasnya.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang