#15. Obat Dari Rasa Gundah

1.1K 101 0
                                    

•<☆>●[◇]•°•♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


<☆>

[◇]

°

   Jam tiga lewat sepuluh menit, Dara dan Segara akhirnya tiba di kediaman Dara. Rumah besar bernuansa putih dengan pohon-pohon kecil di sekelilingnya.

   Kedua insan tersebut memarkirkan motor mereka di garasi. Berjejer dengan lima mobil mewah yang jarang sekali terpakai. Dara sekarang lebih suka menaiki motor ketimbang menggunakan mobil, kecuali jika hujan lebat datang.

   "Pak Rudi kemana, Ra?" tanya Segara penasaran. Dia sudah sekitar satu bulan ini tidak melihatnya.

   "Paling lagi anterin bibi belanja bulanan."

   "Mobil nggak pernah lo pake?" tanya Segara lagi.

   Dara menggeleng. "Paling dipanasin pak Rudi. Kadang dipake sama om Max juga. Takut rusak mesinnya kalo didiemin."

   "Ga, lo kan tinggal sendiri, gue juga. Lo tinggal sini aja. Dibanding di apart."

   Segara menoyor kepala Dara pelan. "Big No. Gue juga pengin punya privasi. Kalo di sini, lo pasti nyelonong ke kamar gue terus. Enakan juga di apart. Gak perlu dibersihin setiap hari pula!"

   "Nolak sih nolak, tapi nggak usah pake toyor-toyor juga kali!"

   Segara menarik kepala Dara untuk dipeluk. Diusapnya lembut rambut yang sudah mulai kusut terkena panas Matahari yang begitu terik. "Maaf-maaf."

   Mereka berdua melepas sepatu dan menaruh tas sembarang di sofa ruang tamu. Berjalan keluar kembali dengan sandal jepit masing-masing. Segara memang memiliki sandal sendiri karena dia cukup sering bermain di rumah Dara.

   Bergandengan tangan dengan diayunkan membuat mereka nampak seperti adik-kakak. Dara terlihat begitu mungil di sebelah Segara padahal jarak tinggi mereka tidak terlalu jauh. Mungkin karena Dara yang sedang bersikap kekanakan sedangkan Segara bersikap cool dengan tampang datarnya.

   "Tante Vio ... Segara datang minta makan nih!" teriak Dara setelah masuk tanpa mengetuk.

   Rumah Dara dan Omnya memang jarang dikunci karena sopir pribadi mereka kerap kali mengobrol santai di depan rumah bersama pak Rudi. Tak jarang para maid juga ikut bergabung ketika sore tiba. Jadilah mereka merasa aman, lagi pula komplek di mana rumah itu berdiri juga sudah diakui keamanannya. CCTV dan satpam penjagaan ada di setiap sudutnya.

   "Ra, frontal banget sih! Malu gue!"

   "Alah! Biasanya juga malu-maluin!" cibir Dara.

   Vio datang dari arah dapur dengan celemek yang masih menempel di badan. Wanita itu beralih menjadi wanita rumahan setelah Maxim melarangnya untuk bekerja. Bandara yang dulu ditangani dengan tangan Vio sendiri kini dipegang kendalinya oleh Maxim.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang