48. Pelangi

945 94 0
                                    

Good Morning🌈🦄🦖🐠💙🖤🌹

Di sini gerimis, di tempat kalian gimana?

Jangan lupa buat 🌟 sebelum baca ya🥰

Tiga bulan berlalu, ingatan Dara perlahan mulai kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tiga bulan berlalu, ingatan Dara perlahan mulai kembali. Sedikit demi sedikit sifatnya juga berubah. Bukan hanya dengan Segara, dia juga mulai percaya lagi kepada semua orang. Meski rasa khawatir kerap kali hinggap menyapa.

Setiap kali bayangan ingatannya melintas, Dara akan menanyakan pada siapa saja yang berada di dekatnya. Seperti yang sedang ia lakukan sekarang. Dara dan kelima bujang beserta Dewa sedang berada di teras depan rumah.

Terus daster Bi Asih dikemanakan habis dipakai? Dara bertanya menunjukan layar ponsel. Ingatan saat dia berpesta barbeque melintas, dan momennya begitu pas karena mereka juga sedang berkumpul bersama.

"Ya balikin lah. Ntar yang ada Bi Asih marah lagi, mana daster baru semua," jawab Segara cengengesan. Dara manggut-manggut.

"Kalian jangan ketawa terus, ayo masuk. Makanannya sudah siap!" Vio berseru dari dalam rumah. Mereka yang tadinya masih duduk langsung berdiri. Perut mereka memang sudah waktunya untuk diisi.

Dara yang hendak mengekor tertahan. Dewa duduk sendirian menatap dedaunan yang tertiup angin. Gadis itu menepuk bahu Dewa menggerakan bibir bertanya kenapa tidak ikut masuk.

Dewa tersenyum. "Duluan. Aku belum lapar," jawabnya.

Dari sekian banyak ingatan Dara yang kembali, tidak ada satupun ingatan tentang Dewa yang melintas. Dara sendiri merasa bersalah karena Dewa kerap kali menuntunnya tapi ingatannya sama sekali tidak muncul. Cowok itu hanya tersenyum sendu dan mengatakan tidak apa-apa jika usahanya gagal.

Dara menulis. Maaf karena gue belum bisa ingat apa-apa tentang lo.

"Aku udah bilang berapa kali, nggak papa. Nggak perlu minta maaf. Kamu taruh ingatan kita terlalu dalam, makannya susah naik. Bagus malahan," ujar Dewa.

Dara mengernyit, menulis kembali. Kok bagus?

Tangan Dara digenggam. "Itu artinya memory kita terlalu berharga. Kamu sengaja taruh di tempat paling dalam biar nggak ilang. Meskipun sekarang ingatannya jadi nyelip dan susah dicari."

"Pokoknya selagi status kita masih sama, aku nggak papa. Jangan merasa bersalah karena yang harusnya disalahkan itu aku," tegas Dewa.

Dewa menuntun tangan Dara ke dada sebelah kirinya. "Kamu merasakan ini kan tiap kali dekat sama aku?" Dekupan jantung Dewa terasa jelas di telapak tangan Dara. Gadis itu mengangguk.

"Itu artinya aku masih aman. Kamu masih Cinta sama aku meski susah buat kamu menjelaskan itu semua." Dewa tersenyum, tangan kirinya mengusap pipi Dara.

Gadis itu menarik tangannya, menulis sesuatu. Tapi jantung aku juga begini kalau dekat sama yang lain. Kalo diem mati dong?

Dewa yang membacanya mendelik. Sia-sia dia bersikap romantis kalau ujungnya seperti ini. Dara menahan tawa. Menangkup bibirnya ke dalam. Memang benar, dekup jantungnya selalu berdetak lebih cepat setiap kali berada di dekat Dewa. Dia hanya sedang iseng dan meledek cowok itu.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang