•
<☆>
●
[◇]
•
°
•
♡Bau tanah di pagi hari selepas hujan semalam adalah bau paling disukai Dara. Petrichor yang terhirup olehnya menjadi penenang sendiri untuk hati yang seringkali gundah.
Gadis itu tak hentinya tersenyum meski beberapa cipratan air mengenai baju sekolah yang ia kenakan. Dia tetap memaksa naik motor meski gerimis masih melanda. Langit yang menggelap tidak melunturkan ukiran di bibir. Selagi tidak ada guntur, dia akan menikmati hujan meski airnya tumpah bak air bah.
"Ra, lo suka hujan?" Pertanyaan itu keluar begitu saja saat Dewa melihat Dara bermain dengan tetesan air dari genteng di depan ruang kelasnya.
Dara mengangguk. "Hmm. Asal nggak ada petir."
"Emang lo berharap apa sehabis hujan? Bukannya biasanya ada petir sebelum atau sesudahnya," tanya Dewa.
"Pelangi. Gue suka kalo ada pelangi sehabis hujan." Dara memejamkan mata dengan senyum manisnya. Menikmati percikan air yang terasa begitu segar.
"Kalo enggak ada?"
"Ya nggak apa-apa."
"Terus kalo adanya cuma petir, lo masih suka hujan?" Tanya Dewa lagi dengan satu alis diangkat.
"Masih lah. Kalo ada petir gue tinggal tutup telinga. Atau lari ke rumah Sekala minta ditemenin."
Dewa tertawa lirih membuat Dara membuka matanya dan beralih menatap laki-laki itu. "Kok lo ketawa?"
"Coba kalo lo nikmatin hidup sesimple itu, Ra. Hujan adalah kebaikan, pelangi adalah balasan baik dan petir balasan jahat. Saat lo dapet pelangi lo seneng, tapi kalo nggak ada, ya udah. Dan saat lo dapet petir, lo abaikan itu. Lo tetep suka jadi hujan." Sekarang Dewa yang memejamkan matanya, ikut menadah tetesan air yang jatuh.
Sementara Dara, menatap lekat wajah Dewa yang baginya terlihat begitu teduh. Setiap kalimat yang keluar dari bibir lelaki itu mampu membuat hati Dara menghangat.
"Kita hidup di dunia bukan di surga, Ra. Kalo ada yang baik pasti ada juga yang jahat. Kalo emang kita apes ketemu sama yang jahat terus, ya udah biarin. Biar Tuhan yang balas." Dewa menyipratkan air di tanganya ke wajah Dara.
"RAWA!! jadi basah kan!" Tak mau kalah, Dara juga mencipratkan air pada Dewa.
Di balik jendela, ada Joko, Abian, Zidan, Sebastian, Kirana, Brianny dan Diana yang melihat dua orang tersebut saling bercanda. Mereka semua memangku dagu dengan dua tangan dijadikan sandaran.
"Nggak seru kalo cuma nyiprat. Seember lah biar segerrr!" ujar Joko.
Mendengar itu membuat Kirana memundurkan wajahnya tiba-tiba. Dia mengingat kembali perbuatannya pada Dara dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada(Ra)Dewa [END]
Teen FictionAdara Mesha Batari, gadis cantik yang tumbuh bersama dengan trust issue. Kebohongan dan kemunafikan yang ia dapat di masa lampau berubah menjadi akar kepahitan yang menggerogoti hatinya. Dia selalu melihat dunia begitu jahat. Ketulusan orang-orang d...