#25. Konsekuensi

1.1K 97 6
                                    

Menghapus kenangan dalam ingatan tak pernah semudah yang dibayangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menghapus kenangan dalam ingatan tak pernah semudah yang dibayangkan. Dia bisa kapan saja datang terutama saat kita sedang bersama dengan kesunyian.
Anh—


***

Suasana kantin sudah mulai ramai dengan murid-murid. Dewa dan Maudy duduk berdua bersama Zidan dan Sebastian. Di sana juga sudah ada Segara yang duduk menyendiri di pojokan.

Rombongan Abian datang setelah sebelumnya  mengantar Dara ke ruangan Sekala. Mereka disambut dengan teriakan Doni yang sepertinya sudah menunggu mereka lama.

"KIRANA ... DARA MANA? KATA EDGAR DIA JATUH DARI MOTOR, YA?!"

"Kalem kenapa sih, Don," cibir Joko memukul kepala Doni.

"Yeu, gue kan khawatir. Duduk sini. Ini meja udah gue booking!" serunya.

Bohong kalau Segara tidak mendengar ucapan Doni, tapi dia pura-pura cuek dan mencoba tidak peduli dengan Dara lagi. Dia ingin melupakan Dara dan menganggap gadis itu tidak pernah ada di dalam hidupnya.

Mereka duduk berseberangan dengan meja Dewa. Dimana Abian dan Dewa saling membelakangi satu sama lain.

"Dia baik-baik aja kok, Don. Cuma ada lecet di lutut sama sikunya," jawab Abian.

"Syukur deh. Dari tadi gue nanya Segara dia diem aja. LO KENAPA SIH, GA?!" tanya Joko lagi, namun tidak digubris oleh Segara.

"Mereka lagi berantem. Udah biarin aja," bisik Kirana pada Doni.

"Dara siapa sih? Kok kayanya semua orang peduli banget sama dia?" tanya Maudy pada Dewa yang juga didengar oleh semuanya.

Dewa tersenyum sambil memutar sedotan dalam gelas minumnya. "Dia, Queenya Athena. Perempuan hebat yang pernah aku liat selain Bunda."

Maudy meremas roknya, kesal karena Dewa memuji Dara dan menyamakan gadis itu dengan Miranti--Bunda Dewa sendiri. Maudy tau betul dia adalah perempuan yang begitu Dewa kagumi dan hormati.

"Kamu mau bikin aku cemburu ya, Wa?" tanya Maudy ragu.

Dewa terkekeh, mengalihkan pandangannya pada Maudy. "Nggak. Orang itu kenyataan," jawabnya lalu memalingkan pandangannya lagi.

"Dara emang kuat sih. Gue aja kagum. Dia beda dari cewe lain yang suka ngeluh dan terlihat lemah. Liat aja tadi, kakinya udah begitu aja dia masih batu nggak mau ditolong atau diobatin," imbuh Sebastian sekaligus menyindir Maudy yang sedikit-dikit memanggil Dewa karena pusing dan mimisan yang dialaminya.

"Dia juga banyak yang suka loh, yang ngantri buat jadi pacar dia banyak. Tapi sayangnya Dara salah pilih. Eh ralat, bukan salah pilih, dia salah jatuh cinta. Cowo yang disuka taunya udah punya pacar," celetuk Abian menyindir Dewa.

Ada(Ra)Dewa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang