Prologe

10.8K 536 16
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.

Happy reading

Remaja itu berada di pojok kamar, tubuhnya meringkuk di atas dinginnya lantai. Kini wajahnya tampak kacau, bibir pucat,dan lingkar mata yang sangat terlihat jelas,efek kurang tidur. Ya, dia Devaliano Akhtar Bamantara remaja berusia 17 tahun, yang Kini sedang meratapi hidupnya, di ruang bercat putih itu.

"Deva buka pintunya!" Teriak seseorang dari luar kamarnya.

Namun dia hanya bergeming, pandangan nya kosong.

"Deva! Ayah gak suka ya kamu begini terus!"

Masih tak ada tanggapan dari dalam kamar itu.

"Sampai kapan kamu seperti ini? ayok keluar Deva!" Teriak sang Ayah dengan terus menggedor pintu  kamar.

Deva semakin menunduk lalu menutup kedua telinganya, seakan dia tak ingin mendengar apapun yang ada di luar sana.

"Ini sudah 10 tahun Deva! Kamu masih tidak bisa merima kenyataan itu!"
Sang Ayah terus saja berbicara di depan pintu kamar, walaupun tahu anaknya tak akan merespon.

Deva tetap bungkam, tak bergeming. Di dalam sudut pikirnya, terlintas moment yang tak pernah bisa hilang dari pikirannya. Kejadian yang amat ia benci sampai detik ini.

Flashback

"Jahat kamu Mas! Salah aku apa?!"

"Maafkan aku Dona, aku sudah membohongimu selama lima tahun ini,"
Dimas terus berusaha meminta maaf

"Aku gak bisa Mas! Lebih baik aku pergi," ucap Dona dengan air mata yang terus menetes.

Tenyata sedari tadi, ada anak kecil yang duduk di pojok dekat tangga ,dia mendengar semua pertengkaran itu.

"Tidak Dona! Akhtar masih butuh kamu!" cegah Dimas

"Akhtar akan aku bawa!" Tegas Dona

"Enggak!"

"Aku tidak peduli," lalu Dona langsung pergi untuk mencari putranya.

Ketika mendengar orang tua nya cekcok, Akhtar langsung berlari ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua.

"Sayang ini Bunda, buka pintunya!" Teriak Dona dari luar.

Di dalam kamar Akhtar duduk di pojokan, dia terlihat sangat ketakutan.

"Sayang jangan di kunci pintu nya!"

Akhtar hanya diam, seakan tak mendengar panggilan dari Bunda.


***

Tok tok

Ketukan pintu terdengar dari luar.

"Kak Dev ini aku Ana! Ayo kita makan malam!"

Dia adalah Qiana Carrie Elemira atau biasa di sapa Ana yang sudah menjadi rutinitas nya memanggil Deva untuk sekedar kumpul makan bersama.  Dan dia adik sambung dari Deva

"Hugh Sstt...!!" umpat Deva.

Suara ketukan itu berhasil membuat Deva kesal, lalu dia melihat ke arah jam, ternyata sudah menunjukan pukul tujuh malam.

"Ngapain sih dia?!"gumamnya kesal.

"Kak! Ayo udah di tunggu di ruang makan!" Teriak Ana kembali dari luar

Ceklek

"Duluan," jawab Deva datar

"Hmm tapi benar ya Kak?" Ana tahu Kakaknya ini pasti menghindar.

"Hmm.."

Lalu Ana pun pergi, dari depan kamar Deva. Sudah menjadi hal biasa setiap hari nya bagi Ana harus menerima kenyataan bahwa dirinya hanyalah orang asing di sini.

Deva kembali merebahkan tubuhnya di kasur, mata nya menerawang ke langit-langit kamarnya.

"Ribet banget,makan tinggal makan juga," dumel Deva.

Di ruang makan sudah berkumpul semua, kecuali satu orang.

"Gimana, Kakaknya mau turun dek?" Tanya Antika Aprilia ibu dari Ana lebih tepat nya ibu sambung dari Deva.

"Tadi bilang nya duluan," jawab Ana lesu.

"Yaudah jangan di tungguin, kalian makan aja duluan," kini Dimas yang berbicara

"Tapi Pah, kasian Kak Deva kalo di tinggal," kata Ana.

"Dia kebiasaan, jadi gak usah di tunggu."

Begitulah tanggapan dari Dimas Bamantara kepala rumah tangga di rumah ini. Sikapnya selalu cuek ketika anak pertamanya berbuat seenaknya seperti itu.

"Yaudah dek kamu makan duluan aja, nanti biar Mamah yang bawa makanan buat Kakak."

"Yaudah deh Mah."

Lalu mereka semua melanjutkan makan malamnya, tanpa ada nya Deva.

***

"Mah aku aja deh yang antar, takut Kak Dev marah," kata Ana, mengambil alih piring dari tangan Mamahnya.

"Gapapa sayang, biar Mamah aja," jawab Antika mengambil kembali piring nya.

"Tapi Mah." Ana sangat takut Mamah nya di tolak lagi

"Tenang aja, Mamah gapapa kok."

Antika pun melanjutkan langkahnya menuju kamar Deva

Antika mulai mengetuk pintu kamar Deva, sudah berkali-kali namun tak ada jawaban.

"Sayang, buka dulu, ini mamah bawa makanan," kata Antika dengan lembut

Ceklek

"Gak laper," jawab Deva, dengan nada datar

"Yaudah kalo kamu belum laper, makanan nya di taruh aja, nanti kalo laper kamu makan ya," ucap Antika dengan penuh kelembutan.

Lalu Deva mengambil piring dari tangan Antika.

Antika tersenyum,"Di makan ya sayang."

Tanpa mengucapkan apapun, Deva Langsung masuk kembali ke kamar, meninggalkan Antika yang masih berdiri di depan kamarnya.

"Kapan, kamu bisa menerima Mamah Dev?" gumam Antika dalam hati

Di dalam kamar, Deva hanya menatap makanan itu, tanpa berniat menyentuhnya.

"Sebenarnya gue harus bersikap apa sama mereka?" Gumam Deva

****

Terimakasih sudah mampir ke cerita ini, semoga kalian suka.

Bantu cerita ini dengan vote like,coment share and follow my wattpad.

Follow Instagram
Author
Alfauziatulzahra
Akun promo
Authorzee15
Tiktok
Authorzee

Instagram para pemeran

Devaliano.akhtar
Qiana.elemira
Mikhaylaelri_11
Eziowiranata
Bimaa.erlanggaa_
Almeera_queenara
Marco_alexander943
Ababielluna
Ervano_mahendra
Gresela_caroline

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang